Didalam mobil, suasanapun berubah hening. Baik Ana maupun Arka tak berniat memulai obrolan. Terutama Ana yang bahkan masih sedikit syok dengan kejadian dipesta tadi.
Andai saja Arka tak memukul Tara tepat waktu, entah apa yang akan terjadi padanya tadi.
"Lo kenapa nggak ngelawan tadi waktu Tara gitu sama lo?"
Ana menoleh kearah Arka. "Gue udah ngelawan, tapi tenaga gue nggak sebanding sama tenaga dia."
"Ya harusnya lo bisa dong injek kakinya atau apa kek! Nggak usah diem gitu."
"Lo kok marah si sama gue?" tanya Ana heran pasalnya cowok itu malah memarahinya.
Arka mendengus, "Ya karna lo tuh ceroboh. Coba gue nggak tepat waktu nolongin lo."
"Iya gue nggak tau kalo Tara bakal senekat itu, Cindy kan yang maksa gue dansa sama dia tadi."
"Terus kenapa lo harus pake high heels segala? Kaki lo luka kan jadinya."
"Ya masa gue pake sneakers?"
"Bisa diem nggak kalo ada orang yang ngomong? Nyorocos mulu!"
Ana menutup mulutnya dengan kedua tangan kemudian beralih menatap jendela. Sementara Arka hanya menggeleng kan kepalanya.
Dia kemudian kembali fokus menyetir. Jarak rumah Cindy dan rumahnya pun memang terbilang cukup jauh.
Arka menoleh saat Ana tiba-tiba menjatuhkan kepalanya dibahunya.
Menghela nafas saat melihat bahwa Ana sudah tertidur. Dia kemudian sedikit membenarkan posisi kepala cewek tersebut. Arka lalu mengratkan jas agar menutupi tubuh Ana lalu kembali fokus pada setir mobilnya.
Setelah sampai dirumah, Arka kemudian menggendong Ana kerumahnya. Menjatuhkan tubuh Ana pada kasur dengan hati-hati. Menarik selimut agar menutupi tubuhnya.
Matanya teralih pada luka dikakinya. Dirinya lalu mengambil es batu dan kain kemudian mengompres kakinya. Tak lupa dirinya juga mengobati luka dikaki cewek itu.
Setelah selesai dia lalu segera keluar dari rumah Ana dan kembali kerumahnya.
***
Jam istirahat sudah berbunyi sejak tadi, kini Ana, Sarah dan yang lainnya sedang berkumpul di salah satu meja dikantin sana. Ana bersyukur karna dia dari tadi belum menemukan Cindy.
"Kaki lo udah baikan, Na?" tanya Sarah.
"Udah kok, lagian gue nggak papa kali."
"Iya lah sembuh, orang dokter nya aja sigap! Ganteng lagi, iya nggak?" celetuk Adrian.
"Enak banget ya si Arka, punya sahabat seimut Ana, punya orang yang suka sama dia secantik C
indy," Nathan menepuk bahu Arka, "bagi-bagi lah Ar!""Muka lo oplas dulu Nat!" sindir Sarah.
"Wah seru nih! Lagi pada ngomongin apa?" Cindy yang tiba-tiba datang langsung mengambil duduk disebelah Arka.
"Kaki lo udah nggak kenapa-napa kan Na?" tanya Cindy setelah melihat Ana duduk didepannya.
Ana tersenyum simpul, "Udah nggak papa kok."
Cindy mengangguk kemudian beralih pada Arka, "Makasih ya Ar, kemarin udah dateng ke pesta gue." Arka yang sedang memainkan hpnya tak menanggapi apa yang cewek itu ucapkan. Sementara Cindy langsung Merebut hp itu tanpa aba-aba.
"Lo apa-apaan si? Balikin!" Arka merebut kembali hpnya.
"Jawab dulu dong!" Cindy menarik-narik lengan seragam Arka.
Arka menepis nya kasar. "Gausah pegang-pegang. Caper banget si lo jadi cewek."
"Kok lo ngomong nya gitu si?" Cindy memelankan suaranya membuat Ana memutar bola matanya malas.
"Jangan karna gue waktu itu nganterin lo pulang, lo jadi bisa ngelakuin seenaknya sama gue!" Arka menunjuk wajah cewek itu, kini Cindy bahkan sudah terlihat ketakutan.
"Udah sana pergi!" usir cowok itu membuat Cindy langsung pergi dari sana.
"Kita balik ke kelas aja yuk, Sar? Udah mau bel." Ana kemudian bangun disusul Sarah dibelakang nya.
Setelah duduk dibangku mereka. Ana dan Sarahpun lebih meilih melakukan kegiatan mereka masing-masing.
Ana menutup mukanya. Ada perasaan aneh yang saat ini menguasai dirinya dia bahkan tak tau apa itu.
"Lo kenapa si Na? Udah kayak orang nggak waras tau nggak." tanya Sarah saat melihat Ana menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang gila.
"Emang udah nggak waras gue.." lirih Ana.
"Lo ngomong apa, Na?"
"Eh, nggak kok gue nggak ngomong apa-apa," Sarah mengangguk kemudian memainkan botol air miliknya. "Sar? Gue boleh nanya nggak?"
Sarah menoleh, "Nanya apa?"
"Menurut lo kedekatan gue sama Arka, berlebihan nggak si?"
"Kenapa? Kok nanya gitu?"
"Ya nggak papa si, cuman banyak aja yang bilang gue sama Arka tuh lebih," jelas Ana.
"Menurut gue si wajar aja si ya, lo juga paling deket sama dia karna tetanggaan dan karna ya lo sekelas. Lo juga deket kan sama Adel, jadi menurut gue si wajar aja."
Ana menganggukan kepalanya.
"Kenapa lo? Suka sama Arka?" tanya Sarah membuat Ana menggeleng cepat.
"Nggak! Lagian, gue baik kedia karna dia sahabat gue."
"Kadang, hati sama fikirkan tuh emang nggak sejalan Na."
Ane menyerit dengan apa yang Sarah ucapkan, "Maksud lo?"
Sarah mengendikan bahunya, "Ya gitu.."
***
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore dan Ana belum juga menemukan angkutan untuk ditumpangi. Padahal dirinya sudah menunggu dihalte yang dekat jalan raya dan cukup jauh dari sekolahnya. Jika tau akan seperti ini jadinya, dia mungkin tidak akan menolak tawaran Sarah untuk pulang bersama cewek itu.
"Sosoan jadi orang nggak enakan si!" gerutunya pada dirinya sendiri.
Ana yang mulai kesalpun kemudian memutuskan untuk berjalan kaki. Tak mungkin jika dia terus-terusan menunggu angkutan umum. Terlebih, ini sudah sangat sore.
Tiba-tiba ingatan nya jatuh pada Arka dan Cindy. Kenapa sekarang dirinya jadi sering uring-uringan semenjak gadis bernama Cindy itu datang? Melihat kemarin Arka dan Cindy berdansa, dan betapa mudahnya gadis itu meminta tumpangan pada Arka. Tidak mungkin dirinya mencintai Arka, rasa yang dirinya rasakan saat dengan Arka hanya perasaan sahabat.
Dan Revan, dia masih mencintainya.
Gue kenapa si? Kenapa jadi gini?
Ana terus menggerutu karna tak kunjung sampai dirumah nya. Padahal rumahnya sudah tak jauh lagi karna Ana memilih melewati jalan sempit untuk memotong jalan. Cewek itu melangkah kan kakinya malas, wajahnya juga terlihat murung. Bibirnya mencuat sebal dengan pikiran terarah pada kejadian beberapa hari belakangan.
Sampai tiba-tiba sebuah tangan mencekalnya. Menariknya kasar hingga Ana membalikan badanya terkejut. Ana membulatkan matanya sempurna. Terkejut melihat dua orang didepannya. Susah payah dia menelan salivanya.
Pengawal ayah?!
Tbc.
Kalo ada typo, jangan pelit buat ingetin ya!
Dont forget buat follow ig gue juga! @zahrotul13_
Udah ada trailer Arka juga loh disana!
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...