Happy reading!
"Iya, yang kamu denger itu bener. Dia ayah kamu."
Arka menatap tak percaya kedua orang didepannya ini. Apa ini? Kenyataan apa? Belum cukup dia harus kehilangan orang tuanya dulu. Sekarang tiba-tiba seseorang datang dan mengaku dia ayahnya.
"Saya minta Anda pergi dari sini." Arka menatap kosong kedepan.
"Tapi saya—"
"Saya bilang Anda pergi dari sini!" Arka kemudian mendekat dan menarik kerah pria tersebut hendak melayangkan tinjauan.
Ana sendiri yang sedari tadi menyaksikan seluruh kejadian tersebut kemudian menghampiri Arka. "Arka No!" lerai nya lalu melepaskan cengkraman Arka pada kemeja pria tersebut. "Lo gila hah?! Gue tau lo marah, tapi bukan gini caranya!"
Arka diam dengan nafas yang masih menggebu-gebu dan tentunya emosi yang masih memuncak.
"Lo mau buat dia mati? Hah!" Arka diam mengepalkan tangannya hingga kini kuku-kuku jarinya pun memutih.
"Kalo iya, pukul dia! Ayo! Pukul dia pukul! Pukul sampe mati biar lo puas!"
Arka memalingkan wajahnya. Kini emosinya sudah kian tak terbendung.
"Gue tau lo marah, gue ngerti perasaan lo. Tapi nggak dengan cara kekerasan!"
"Bang Arka.."
Suara itu sontak membuat mereka menoleh. Mereka terkejut bukan main saat melihat Adel yang menangis dipelukan Adrian. Dia sendiri tak tau apa yang terjadi tiba-tiba dia pulang dan sudah terjadi keributan seperti ini.
Ana yang melihat Adel pun sontak memberikan isyarat pada Adrian.
Adrian yang paham maksud Ana pun memberikan isyarat dengan menggeleng, dia tadi sudah meminta agar Adel ikut lagi dengannya tapi gadis itu menolak dan memaksa melihat apa yang terjadi. Jika sudah terjadi seperti ini dia menyesal langsung mengajak Adel pulang.
Adel melepas pelukan Adrian kemudian langsung berlari dan memeluk Ana.
"Syutt Nggak ada apa-apa," ujarnya mencoba menenangkan.
"Saya mohon dengan sangat Anda pergi dari sini. Saya tidak mau menimbulkan kekacauan nanti nya," tegas Ana.
Pria itu mengangguk pasrah. "Baiklah saya permisi." ucapnya. Dia sempat bertatap pandang dengan Arka sebelum benar-benar pergi dari sana. Sementara Arka langsung pergi kerumahnya begitu saja.
Ana kemudian mengisyaratkan pada Adrian agar menenangkan Adel dan membawanya pergi.
"Del, Adel ikut abang dulu ya?"
Adel menggeleng pelan. "Kita jalan-jalan, abang beliin apa yang Adel mau, ya?" bujuk Adrian.
Adel kemudian mengangguk membuat Ana melepas pelukannya. Adrian pun segera membawa Adel pergi menjauh dari sana.
"Nenek yuk, saya antar masuk." ujar Ana ramah.
Irma tersenyum. Ana kemudian mengajaknya masuk kerumah Arka. Gadis itu bahkan membuat kan teh untuknya.
"Nenek, teh nya diminum dulu ya."
"Terimakasih."
Ana mengangguk. Berbarengan dengan itu Arka datang membuat Ana sontak berdiri.
"Lo mau kemana?" tanyanya.
"Bukan urusan lo," ucapnya kemudian melengos begitu saja. Belum sempat mengejar, motor Arka sudah lebih dulu pergi menjauh membuat Ana menghembuskan nafasnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...