Chapter 21

7.3K 259 23
                                    

Jam menunjukkan pukul 7 malam dan Sarah baru selesai mengantarkan Ana pulang kerumahnya.

"Gue langsung pulang ya, Na?" pamit Sarah setelah Ana keluar dari mobilnya.

Gadis itu tersenyum. "iya, lo hati-hati ya!"

Sarah mengangguk kemudian segera melajukan mobilnya meninggal Ana. Setelah Sarah pergi Ana lalu segera masuk kerumahnya karna ingin membasuh badannya yang sudah lengket karna keringat.

Saat hendak berbalik masuk. Matanya tak sengaja menangkap seseorang yang beberapa hari lalu membuat keributan.

"Dia kan orang yang ngaku papanya Arka? Eh bukan, dia kan emang papanya! Btw, dia ngapain ya disini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tak mau berfikir lama Ana pun segera menghampiri pria tersebut.

"Bapak, ngapain disini!?"

Pria itu tersentak saat tiba-tiba Ana datang. Dia tampak seperti orang yang sedang ketahuan mencuri sesuatu.

"Saya i-itu-" Ana menyerit saat pria didepannya ini malah sepertinya gelagapan.

"Bapak? Papanya Arka kan?" tanyanya lagi.

Bukannya menjawab, pria itu malah pergi begitu saja membuat Ana yang melihat itupun bingung.

"Eh- pak mau kemana?!" Ana lalu segera mengejar pria tersebut tapi sial, dia kehilangan jejaknya.

"Yah! Ilang lagi!" gerutunya. Ana lalu berfikir untuk apa pria itu kira-kira bersembunyi dan memantau disana? Ada-ada aja! Fikirannya.

Tak mau berfikir panjang Ana kemudian memutuskan untuk kembali kerumahnya. Lagipula firasatnya bilang bahwa nanti pria yang mengaku papanya Arka. Pasti akan kembali.

Ya, mungkin.

***

"Ini kenapa susah banget." Ana kembali melompat untuk mengambil buku di rak bagian atas perpustakaan. Ini sudah sangat sore. Kelas pun sudah pulang tapi tidak dengan Ana. Ia masih di dalam perpustakaan untuk mengambil salah satu buku.

Ana menghela nafas. Ini sudah ke sembilan kalinya ia mencoba mengambil buku di bagian paling atas rak. Tapi karna ia tak sampai, alias pendek, ia pun susah untuk menggapainya. Ana pun berjinjit untuk mengambil buku tersebut. Ia tersentak saat sebuah tangan mengulur disebelahnya. Dan juga tubuhnya dikunci oleh tubuh seseorang tersebut. Ana  menoleh sedikit kesamping dan itu langsung membuat wajahnya bertemu dengan rahang Arka yang tegas. Ana menelan ludahnya. Arka yang menyadari hal itu pun menoleh kearah Ana kemudian memberikan buku yang tadi Ana coba ambil.

"Ngapain lo liatin gue gitu?"

Ana tersentak. "Hah?"

Arka menatap Ana datar kemudian melemparkan buku di tangannya pada Ana. Ana pun langsung menangkapnya.

"Makasih." ucap Ana. Tak memperdulikan hal itu Arka pun berjalan pergi menuju rak buku selanjutnya. Dan entah karna apa, Ana malah mengikuti cowok itu.

"Lo ngapain disini?" tanya Ana berjalan di belakang Arka.

"Gue rasa lo tau kalo perpustakaan itu tempat umum."

Ana cengengesan sambil menggaruk rambutnya. "Iya juga si. Tapi ini kan udah sore, perpustakaan juga udah mau tutup."

Arka menghentikan langkahnya yang sontak membuat Ana juga berhenti. Cowok itu berbalik. "Terus lo ngapain disini."

"Cari buku."

"Tepat sekali." ucap Arka datar kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Ia pun kemudian mengambil salah satu buku dan hendak pergi. Sementara Ana yang melihatnya pun dengan cepat berteriak.

"Eh bentar! Tungguin!" Ana kemudian berlari menghampiri Arka namun karna tak berhati-hati, ia malah menyenggol salah satu rak buku yang menyebabkan rak tersebut goyang. Ana meringis karna kakinya yang sakit karna tersandung. Arka yang mendengar Ana yang berteriak langsung menghampiri gadis itu. Ia berdecak malas. Namun matanya langsung jatuh pada kardus yang berada di atas rak yang akan jatuh menimpa Ana. Arka membulatkan matanya dan langsung berlari menghampiri Ana. Ia menarik gadis itu agar menunduk kemudian tangan yang satunya berada di atas kepala Ana sebagai penghalang agar buku di dalam kardus tersebut tidak mengenai Ana.

Tak lama buku-buku tersebut pun jatuh mengenai punggung Arka. Ana sendiri memejamkan matanya karna hal tersebut. Arka pun menarik lengan Ana untuk berdiri setelah semua buku tersebut berjatuhan.

"Lo bisa nggak sih nggak ceroboh sekali aja?"

Ana menunduk takut.

"Kali ini yang jatuh buku, lo mikir nggak kalo lemari sebesar ini jatuh dan nimpa lo?"

Ana semakin menunduk karna teriakan Arka. Bibirnya bergetar menahan tangis. Entah kenapa ia malah menjadi ingin menangis karna Arka membentaknya.

"Bego tau nggak lo!"

"Iya gue bego! Gue ceroboh, gue tolol! Puas kan lo?! Bisa nggak lo nggak usah marah-marah? Lo fikir gue mau kejatuhan buku itu? Lo harusnya tadi biarin buku-buku itu jatuh kegue bukannya malah nolongin gue!" Ana mengusap pipinya yang basah karna airmata. "asal lo tau, gue nggak butuh bantuan lo!" ia kemudian berjongkok dan merapikan kembali buku-buku yang berserakan. Tentunya dengan airmata yang tidak bisa berhenti untuk tidak menetes. Hingga saat tangannya tak sengaja mengenai pecahan beling yang berada di dalam kardus tersebut yang membuatnya meringis.

Arka menghembuskan nafasnya sebentar kemudian berjongkok dan menarik tangan Ana. Gadis itu sempat menolak namun Arka tetap memaksanya. Arka kemudian mengambil handsaplas di tasnya dan memasangkan itu di jari manis Ana yang terdapat luka.

"Diluar udah mau hujan. Lebih baik kita cepet-cepet keluar." ucap Arka tanpa melihat Ana. Ia berdiri kemudian mengulurkan tanganya. Ana dengan ragu pun membalas uluran tangan tersebut.

Mereka berdua kemudian berjalan keluar. Namun saat baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba terdengar bunyi petir yang sangat keras dan berbarengan dengan itu, lampu di perpustakaan tiba-tiba padam.

Ana menjerit dan menutup kedua telinganya kemudian berjongkok ketakutan saat mendengar suara petir tersebut. Ya, dirinya memang sangat takut pada petir.

Arka yang mendengar pun menoleh ke belakang dan menemukan Ana dalam posisi seperti itu. Segera ia menghampiri gadis itu kemudian berjongkok agar mensejajarkan tinggi mereka.

"Lo kenapa?" tanya Arka memegang kedua bahu Ana. Ana dengan nafas yang masih tidak beraturan mendongak menatap Arka. Sejurus kemudian dirinya langsung memeluk tubuh cowok itu.

Arka sendiri terdiam bingung. Namun saat merasakan tubuh Ana yanv bergetar juga nafas gadis itu yang memburu, perlahan ia pun membalas pelukan Ana. Gerangakan yang membuat Ana sedikit demi sedikit merasa tenang dan memejamkan matanya.

Tbc.

Babang Arka galak bet ya:(

Babang Arka galak bet ya:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


With love,
zahrotulkhayah

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang