Chapter 48

8.4K 308 31
                                    

Ada yang nungguin Arka nggak nih? Absen dulu coba biar semangat updatenya😋

Happy reading semuaaa:)

Setelah kejadian Ana yang dijemput Revan. Gadis itu tak bertemu dengan Arka saat pulang kerumah. Bahkan kini terhitung hampir 2 hari Arka pergi. Adel bilang, Arka sedang ke Jakarta dengan Adrian karna ada masalah pada perusahaan papanya.

Ana menghembuskan nafas bosan. Ia saat ini sedang sendiri di rumah karna Adel sedang pergi ke rumah Yati untuk belajar.

Ana menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Segera gadis itu berjalan untuk mengetahui siapa yang datang.

"Arka?" Ana berjalan mendekat pada Arka.

"Gue, mau istirahat dulu." cowok itu langsung pergi meninggalkan Ana tanpa ada basa-basi.

Ana menautkan kedua alis bingung melihat perilaku Arka. "Arka kenapa si, Ad?" tanya Ana pada Adrian yang baru masuk. Ana kemudian mengikuti Adrian duduk disofa.

"Ketemu ayahnya."

Ana menyerit heran. "Bukannya kalian mau ngecek perusahaan? Kok malah jadi ketemu sama pak Surya?"

"Ya, gitu. Mereka nggak sengaja ketemu. Gue aja nggak tau mereka ketemu dimana. Arka cuma bilang kalo dia abis ketemu bokapnya dan nyuruh gue nggak bilang ke elo," ujar Adrian menjelaskan.

Ana menoleh sebentar ke arah kamar Arka. "Oh iya Ad, lo bisa jemput Adel di rumah Yati nggak? Kasian kalo pulang sendiri."

Adrian hanya bergumam kemudian mengambil kunci motor dan keluar dari rumah Arka.

Ana lalu memutuskan masuk ke kamar Arka untuk menemui cowok itu. Saat membuka pintu, Ana terkejut saat menemukan botol alkohol dikamar Arka. Cowok itu masih mengenakan setelah jas nya dengan rambut yang acak-acakan dan rokok ditangannya.

Ana menutup perlahan pintu kamar Arka kemudian berjalan mendekat dan duduk disebelah cowok itu.

Arka masih enggan membuka suara ataupun melihat Ana disamping nya. Ia masih menatap kosong kedepan. Arka mengambil kembali alkohol disebelahnya, kemudian hendak meminum nya sebelum Ana tiba-tiba mengambil alkohol itu dan juga rokok ditangannya.

Ana berjalan kearah jendela lalu membuang alkohol dan rokok itu keluar.  kemudian kembali duduk disebelah Arka. "Bukan gini, Ar. Harus berapa kali gue bilang sama lo." gadis itu mengusap rambut Arka kemudian menyuruhnya untuk menatap dirinya. Ana lalu langsung memeluk Arka. "Jangan pake itu lagi buat lampiasin amarah lo, Ar. Nggak akan ngaruh apapun."

"Gue cuma butuh tenang, Na." Arka melepas pelukan mereka. Menatap Ana dengan tatapan sendu.

"Tapi itu nggak baik, Ar. Gue nggak suka liatnya." Ana memegang lengan Arka.

Arka terdiam sebentar. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya dipaha Ana. Seharusnya dia ingat pesan Ana dulu. Seharusnya dia tidak terlalu masuk dalam amarah dan justru membuatnya jatuh dalam masalah. Melampiaskan amarah pada sesuatu yang tidak berguna justru bukan menyelesaikan masalahnya. Dia harusnya lebih berani menghadapi kenyataan. Berapa jauhpun dia berlari, kenyataannya akan selalu menamparnya kembali. Berlarut dalam kesedihan tak akan mengubah apapun yang sudah Tuhan takdirkan.

"Mau sekuat apapun lo ngelak, kalo kenyataannya emang gitu, lo bisa apa." Ana mengusap-usap rambut Arka. "Jangan bebani diri lo dengan emosi sesaat lo yang justru bakal ngehancurin masa depan lo."

Arka masih diam. Mencerna apa yang gadis itu ucapkan.

"Please ini bukan Arka yang gue kenal."

Arka bangun kemudian menatap Ana sebentar. Mengusap wajahnya kasar. Hati dan fikirannya bercambuk sekarang.

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang