Chapter 62

7K 395 72
                                    

Kalo ada musik dimulmed, play ya. Biar feelnya lebih dapet👆

Update cepet kalo kalian aktif komen disetiap paragraf!

Happy reading:))

Arka ikut berlari mengikuti perawat yang sedang mendorong brankar Ana. Saat Arka hendak ikut masuk pada UGD, ia langsung ditahan oleh perawat dan disuruh menunggu diluar. "Tolong, mas nya tunggu diluar aja."

Bersamaan dengan pintu yang ditutup, Juno dan yang lainya pun datang. "Gimana keadaan Ana, Ar?" tanya Adrian.

"Gue nggak tau." Arka berucap lirih. Pandangannya kosong entah menerawang kemana.

"Jadi bener kak Ana belum meninggal?" tanya Adel diangguki oleh Surya.

Sore itu Surya berjalan memasuki salah satu perusahaan ternama milik sahabatnya. Langkahnya terhenti saat samar dia mendengar suara dari salah satu ruangan. Ia pun mendekat, beruntung pintu tersebut terbuka sedikit jadi dia bisa mendengar percakapan orang didalamnya.

"Pastikan rencana kita berjalan dengan baik. Setelah Ana berjalan menjauhi bandara, kalian segera menghentikannya. Dan lakukan seperti apa yang aku suruh."

"..."

"Kau tinggal masukan saja anak ingusan itu kedalam mobil. Dan ingat, lepas semua yang gadis itu kenakan. Tas, ataupun hal lainya. Aku tak mau ada yang curiga jika itu bukan Ana."

Surya teridiam ditempatnya. Ana? Ana pacar putranya? Itu, pasti. Karna yang sedang menelpon itu adalah Bram Anggara. Ayah dari Ana. Tak mungkin dia membicarakan Ana lain selain putrinya. Tapi, siapa gadis yang akan digantikan posisinya dengan Ana? Apa yang sebenarnya pria itu rencanakan?

Ia memutuskan mundur beberapa langkah hendak berbalik. Sepertinya ia harus memberitahukan ini pada putranya. Sampai saat tiba-tiba Surya merasa sesuatu memukul kepalanya begitu keras sehingga dirinya tersungkur dan tak sadarkan diri.

"Terus abis itu ayah dimana?" tanya Adel menunggu Surya melanjutkan perkataannya.

"Ayah terbangun dan menemukan diri ayah yang sudah terikat dikursi. Untungnya ayah bisa melarikan diri dan segera memberitahu Arka tentang ini." Surya melirik kearah Arka.

Sampai tiba-tiba seseorang datang membuat mereka semua yang berda disana menoleh. Terutama Arka yang langsung berdiri dan mencengkram kerah kemeja pria itu.

Bugh!

Satu pukulan mendarat diwajahnya sehingga ia tersungkur. Adrian dan Juno segera menghampiri Arka untuk melerainya. "Jangan buat ribut, Ar. Ini rumah sakit."

Mereka menoleh dan berdiri saat mendengar pintu UGD terbuka. Arka segera menghampiri dokter yang tadi menangani Ana.

"Bagaimana kondisi Ana, dok?"

"Kondisi saat ini belum bisa dipastikan. Tapi untuk saat ini pasien bisa dikatakan cukup baik. Kami akan segera melakukan diagnosis untuk tau apa yang sebenarnya terjadi pada Ana."

"Bisa dijenguk tidak dok?"

"Satu orang saja, ya. Saya permisi dulu. Kalo ada apa-apa segera panggil saya." dokter tadi pergi setelah mengatakan itu.

"Masuk, Ar." suruh Juno menepuk bahu Arka.

Arka mengangguk dan masuk kedalam ruangan itu. Begitu ia masuk, suara derektor kehidupan terdengar pelan di dalam ruangan bernuansa serba putih tersebut. Arka berjalan kesisi bankar, menatap lekat gadis rapuh yang sedang terbaring dengan alat medis yang menempel ditubuhnya. Begitu banyak hingga membuat hati Arka begitu sangat amat nyeri.

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang