"Aaaaaaaaa."
Ana yang kaget pun langsung berlonjak ke gendongan Arka sehingga membuat mereka hampir terjatuh jika saja Arka tak menjaga keseimbangan mereka. Ana mengalungkan tangannya di leher Arka juga kaki yang memeluk sempurna di pinggang cowok itu. Ia menyembunyikan kepalanya di leher Arka sambil memejamkan matanya.
"Lo kenapa si. turun nggak!"
Ana membuka matanya perlahan kemudian turun dari gendongan cowok itu.
"G-gue takut petir." Ana menyelipkan helaian rambutnya untuk menetralkan rasa gugup.
"Petir takut, preman kagak."
"Preman kan bisa dilawan."
Arka memutar bola matanya malas, yang benar saja. Tiba-tiba matanya teralih menatap tangan Ana yang masih memegang tangannya.
Arka mengibas-ngibas tanganya meminta Ana agar melepaskan tangannya dari lengan Arka. "Ngapain lo pegang- pegang?"
Ana mencerutkan bibirnya. Menatap sebal Arka sambil berdecak. "kan udah gue bilang, gue takut."
"Rumah lo nggak ada lilin?" tanya Arka. Tidak mungkin bukan, mereka akan gelap-gelapan seperti ini.
"A-ada kok, di laci."
Arka kemudian hendak mengambil lilin dilaci tersebut sebelum Ana tiba-tiba menarik kaos nya. "Apaan si? Gue mau ambil lilin."
"Ikuuuttt."
Ana berjalan dibelakang cowok itu sambil terus memegangi kaosnya.
"Kok cuma satu si?" tanya Arka setelah melihat likin tersebut hanya tersisa satu.
"Hah? Masa si?"
"Bego banget si lo. Terus ini gimana cuma satu doang lilinya?"
"Yaudah tinggal nyalain aja apa susah nya si marah-marah mulu heran."
Arka tak menanggapi justru menyalakan lilin dan melengos duduk di kursi tv membuat Ana yang melihat pun mengikutinya dengan berlari kecil.
"Lo kok ninggalin gue si?" gerutunya kemudian duduk disebelah Arka.
Sementara Arka hanya diam dan mengambil hp nya kemudian memainkan game kesukaanya karna rasa kantuknya sudah hilang karna kejadian barusan.
Ana mendengus saat melihat Arka malah sibuk dengan game diponsel nya Ana yang bosan pun turun dan duduk dibawah sambil memainkan lilin. Dia tak mungkin mengambil hp dikamar nya bukan.
"Bandung kok masih sering mati listrik ya?" gumam Ana tiba-tiba.
"Bandung sekarang suram, karna ada lo."
Ana menyengir lebar. Siapa lagi jika bukan Arka yang berkata demikian cowok ini benar-benar bermulut pedas.
"Wah mau jadi Dilan bang?"
Arka mengendikan bahunya acuh dan memilih melanjutkan game dihandpone nya. Mereka lalu sama-sama terjaga sampai malam yang larut. Arka bahkan tak henti-henti menahan agar tak menghujat Ana. Gadis ini benar-benar sangat cerewet. Lihat saja dati tadi dia tak henti-henti nya menanyakan hal yang tak penting pada Arka seperti..
"Kira-kira Adel disana lagi ngapain ya?"
"Untung mati lampu gini nggak ada Adel."
"Gue bakal gendut nggak ya? akhir-akhir ini gue makan banyak soalnya."
"Kalo gue make up yang tebel Kira-kira masih imut nggak ya?"
Huft Arka saja hampir budeg mendengar nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...