Chapter 32

6.5K 253 10
                                    

"Kak Ana kenapa ya bang?" tanya Adel. Tadi saat melihat Ana pingsan, Adel langsung menarik Arka dan menyuruh nya untuk menggendong Ana masuk kerumahnya. Dia juga tak tau apa yang terjadi pada Ana sehingga tiba-tiba terjatuh dan kenapa cewek itu pulang sangat larut.

"Mana abang tau."

"Ish!" Adel menghentakan kakinya kesal. Bisa-bisanya abang nya bersikap biasa saja melihat orang yang sedang pingsan.

Adel menoleh kearah jam, sudah pukul 7 Ana hampir 2 jam pingsan. Tiba-tiba dirinya teringat akan teman nya, dia lupa jika dia ada janji malam ini.

"Bang, aku kerumah temen dulu ya?"

"Loh? Kok gitu si?"

"Sebentar doang kok! Adel juga tadi udah ngomong sama bang Adrian buat nganterin Adel."

"Terus abang sendiri disini gitu? Nungguin dia sadar?"

Adel mengangguk, "Iya dong bang! Gimana si? Sebentar doang kok! Awas ya kalo abang sampe ninggalin kak Ana!" Adel langsung berlari keluar tak mau mendengarkan apa yang Arka ucapkan.

Arka menghembuskan nafasnya. Adiknya benar-benar sangat menyebalkan. Matanya teralih melihat luka dikaki Ana. Seingat nya, lukanya kecil kemarin, tapi kenapa sekarang malah mengeluarkan darah? Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu?

Arka duduk di tepi tempat tidur Ana. Menatap gadis itu sebentar kemudian menarik selimut agar menutupi tubuh Ana. Sampai tiba-tiba..

"Bunda!" Ana terbangun dengan nafas ngos-ngosan. Orang pertama yang dilihatnya adalah Arka, tanpa aba-aba Ana langsung menubruk badan cowok itu. Tubuhnya nya bergetar hebat. Dia terisak.

"Gue takut.."

Arka diam, dia masih bingung apa yang terjadi pada Ana sebenarnya. Setelah Ana tenang, Arka melepas pelukan nya. Memegang kedua bahu gadis itu, "Lo kenapa? Lo tau Adel nyariin lo dari tadi? Hp lo juga mati! Lo tau seberapa panik nya Adel nyariin lo?!"

Ana menundukan kepalanya, kini hanya isakan kecil yang terdengar, bibirnya bergetar, "Pengawal bokap ngeliat gue, gue dikejar sama mereka, gue nggak tau kemana gue lari, yang gue fikirin cuma lari dan lari, gue kesasar tapi untungnya ada yang mau nebengin gue sampe sini."

Arka menatap diam Ana. "Pengawal bokap ngeliat gue." satu kata yang masih menjadi pertanyaan baginya.

"Hp gue juga mati, makanya gue nggak nggabarin lo atupun Adel. Gue takut Ar.."

Arka menangkup wajah Ana dengan kedua tangannya, menyuruhnya untuk kembali menatap dia. Mengusap air mata yang membasahi pipinya, "Jangan takut, lo aman sekarang."

Ana mengangguk, kemudian memeluk Arka kembali, menutup matanya. Kini Arka juga balas memeluk cewek itu, Ana sering menolong dia, tak mungkin jika tidak terdapat sedikit rasa empati dihatinya.

"Kaki lo kenapa? Kok lukanya tambah parah gitu?"

Ana mengusap air matanya, "Gue tadi keseleo pas mereka ngejar gue, sepatu gue juga nggak nyaman banget makanya kaki gue sampe lecet gitu."

"Ceroboh." cibir cowok itu membuat Ana mencerutkan bibirnya kesal.

"Ar, laper.."

"Gue nggak punya makanan, gue masak aja, bentar." Arka bangun dari duduknya sebelum tiba-tiba Ana memanggil cowok itu langsung membuat nya menoleh kembali.

"Ikut!"

Arka menyerit, "Kaki lo luka, kasian kalo dipaksain jalan."

Ana mencebikan bibirnya kesal, "Gue nggak mau dikamar terus, sumpek, kalo dikamar terus mana bisa sembuh, gue juga bel—"

Ana tersentak saat tiba-tiba Arka menggendong nya. Matanya masih membulat sempurna serta mulut yang masih terbuka lebar.

Arka kemudian mendudukan Ana dibangku meja makan,"Diem!"

Ana mengangguk, cewek itu menopang dagunya dengan tangan sambil terus melihat apa yang sedang Arka lakukan. Cara cowok itu memakai celemek dan menggoreng, membuat ia tak bisa menahan kedutan disudut bibirnya.

Ingatannya tiba-tiba jatuh pada kejadian sore tadi. Dia masih tak mengerti bagaimana bisa pengawal ayahnya tau keberadaan dia, padahal seingatnya dia bersembunyi dengan rapih.

Dia juga sangat khawatir akan keadan tante nya. Tapi dia tak bisa melakukan apapun karna Revan melarang nya menghubungi langsung tantenya karna takut akan terlacak oleh ayah nya.

Lamunan nya buyar saat Arka memberikan sepiring nasi goreng padanya.

"Thanks Ar." Ana tersenyum kearah cowok itu. Arka kemudian mencopot celemek nya dan menarik kursi didepan Ana.

"Ngapain ngeliatin gitu?" tanya Arka saat melihat Ana malah menatap dirinya.

Ana tersentak kemudian menggeleng cepat, "Ngggak papa."

"Udah buruan abisin." ucapnya ketus.

Ana hanya melirik sebentar ia lalu segera menyantap nasi goreng buatan Arka dengan lahap seperti orang yang sudah tak diberi makan 3 hari. Bahkan setiap suapan dimulutnya sangat besar.

"Pelan-pelan kalo makan! Entar keselek terus mati, gue bisa digantung sama Adel."

Tadi katanya suruh abisin!

Ana memperlambat makan nya. Menatap kesal orang didepannya.

"Makan yang cepet!"

Salah teroooss..

"Kenapa tiba-tiba pengawal bokap lo tau lo ada disini?" tanya Arka.

Ana menghentikan kegiatannya, "Gue nggak tau."

"Terus lo mau gimana?"

"Gue mau kasih tau Revan, gue juga mau nanya kenapa tante belakangan ini susah dikabarin, gue khawatir banget sama dia Ar."

Arka mengangguk, "Lo nggak boleh kemana-mana sendiri, sekarang."

"Loh? Terus sama siapa?"

"Gue yang bakal nganterin lo kemana-mana, gue nggak mau lo ngerepotin gue lagi. Harusnya tau seberapa panik nya adik gue tadi."

Ana menatap diam Arka ada sesuatu yang membucah didadanya mendengar apa yang cowok itu ucapkan.

"Oh iya, luka lo gimana?"

"Nggak papa kok, gue obatin sendiri aja." Ana tersenyum.

Arka bangun kemudian masuk kekamar Ana. Tak lama dia kembali dan membawa kotak P3K ia lalu berjongkok dan menaruh kaki Ana dipangkuan nya.

"Gue nggak yakin cewek kayak lo bisa ngobatin ginian sendiri." ucapnya menatap sebentar Ana.

Ana tak meringis atau mengaduh bahkan saat Arka tak sengaja menekan lukanya. Cewek itu malah senyum-senyum sendiri sambil terus menatap kakinya.

Arka menyerit saat melihat tingkah Ana,"Kenapa lo? Gila?" ucapnya berhasil membuat gadis itu tersentak.

"Hah?"

"Obatin sendiri luka lo." Arka bangun dan menjatuhkan kaki Ana begitu saja sempat membuat gadis itu meringis.

Mana mungkin seorang Arka benar-benar akan peduli pada seseorang. Mustahil!

Tbc.

Apa yang bakal kalian lakuin kalo ketemu sama cowok modelan Arka?
Wajib jawab🤣

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang