"Nggak usah macem-macem sama anak majikan gue ya!"
Dua laki-laki itu menoleh, cukup terkejut dengan kedatangan Ana yang tiba-tiba. "Ngapain lo disini? Nggak usah ikut campur urusan gue!" ucap salah satu diantara mereka.
"Gimana kalo lo aja yang jadi target kita?" cowok lainnya menyaut.
Yang lain memegang dagunya. "Boleh juga."
Mereka kemudian mendekat kearah Ana. Sementara Ana pun memutuskan untuk tak goyah dari berdirinya.
"Berani ngedeket! Gue teriak!" ancam Ana menunjuk kedua wajah laki-laki didepannya bergantian.
"Gausah galak gitu lah neng, main-main sebentar boleh kali." salah satu laki-laki tadi hendak menyentuh rambut Ana langsung ditepisnya kasar.
"D-denger ya bang! Kalian emang mau sama dia secara dia kan-" Ana menghentikan ucapannya. Sementara kedua laki-laki didepannya sudah menunggu Ana melanjutkan perkataan nya.
"Dia kenapa? Lanjutin dong!" suruh laki-laki itu.
"Gue sebenarnya nggak mau cerita ini sama kalian si bang, gue juga malu sebenernya. Karna, Gue juga ketularan." Ana menggeleng-gelengkan kepalanya sambil pura-pura terisak. "gue malu bang."
"Dia punya penyakit?"
Ana tersenyum kecil, "Mampus lo! Kena kan jebakan gue!" ucapnya dalam hati melirik kearah laki-laki itu.
"Dia itu bisu, bang. Dia juga punya penyakit yang menular, dan gue ini perawatan nya dia." Ana melirik sekilas cowok itu. "gue ketularan bang, dokter bilang umur gue udah nggak lama lagi. Dia juga sering banget kena ayan."
"Anjir nggak mau gue!"
"Bangsat jijik! Mana masih muda."
Ana merubah raut wajahnya menjadi sedih. "Gue orang nggak punya bang, makanya gue masih mau kerja sama orang tua dia. Dia juga pun-"
"Udah-udah nggak usah diterusin!" laki-laki tadi menepuk bahu teman nya. "pergi aja yuk! Ogah kalo harus ketularan gue mah."
Temannya tadi mengangguk kemudian pergi meninggalkan Ana dan gadis itu.
"Pergi jauh-jauh ya bang, kasian kalo sampe ketularan! Mana masih muda.." Ana melirik kebelakang. Menghembuskan nafasnya lega. Bersyukur, laki-laki tadi segera pergi.
Ana pun menoleh kebelakang. Ia segera berlari kecil menghampiri gadis tadi. "Kamu nggak papa?"
Gadis itu tersenyum kecil kemudian langsung memeluk Ana. "Makasih ya kak." ucapnya lirih.
Ana mengangguk. "Sama-sama."
"Mau kakak anterin pulang? Rumah kamu dimana?" tanya Ana.
"Rumah aku udah nggak jauh dari sini kok kak."
"Yaudah yuk!" Ana membantu gadis itu bangun. Mereka lalu berjalan pulang kerumah gadis tadi.
"Makasih ya kak sekali lagi." cewek itu menoleh kearah Ana yang berada disampingnya.
"Iya nggak papa. Eh, maaf ya, tadi kakak sempet bilang kamu punya penyakit ayan segala." ucap Ana malah membuat gadis itu terkekeh.
"Nggak papa kok kak."
Tak lama mereka pun sampai dirumah yang gadis tadi tunjukan. "Makasih juga udah nganterin sampe rumah." ucap gadis tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...