Chapter 34

6.2K 233 8
                                    

Hari ini adalah Senin. Sudah menjadi rutinan Sma Pancasila mengadakan penertiban seragam. Tapi kali ini sepertinya berbeda, karna setiap siswa yang tak membawa atribut apapun itu akan dihukum dengan hukuman yang tak main-main yaitu membersihkan seluruh toilet siswa.

Ana sejak tadi tak henti-henti nya berlari kesana-kemari hanya sekedar meminjam topi dikelas lain untuk dirinya kenakan. Ana tak tau jika sekarang peraturan diperketat seperti ini.

Sementara Arka, Adrian dan Nathan baru saja keluar dari kelas mereka untuk menuju lapangan. Bisa dilihat jika hanya Arka lah yang sepertinya sangat santai karna tak membawa atribut padahal yang lainnya sudah berteriak dan berlarian. Cowok itu bahkan mengenakan dasi dengan asal dan seragam yang sudah beratakan padahal hari masih pagi.

"Arka!" teriak Cindy dari arah belakang membuat ketiga cowok itu menghentikan langkah nya.

Adrian dan Nathan lalu memutuskan untuk langsung pergi kelapangan tak mau tau dengan apa yang akan Arka dan Cindy bicarakan.

"Lo kok nggak bawa topi si, Ar? Kalo dihukum gimana?" tanya Cindy sementara Arka memutar bola matanya malas.

"Bukan urusan lo juga."

Cindy menunjukkan tangannya yang sejak tadi dirinya sembunyi kan dibelakang tubuhnya. "Nih buat lo," cewek itu memberikan sebuah topi pada Arka.

"Punya siapa?"

"Punya aku lah Arka! Gimana si? Udah ini terima aja nggak usah ngeyel! Yuk kebarisan, nanti pak Bams ngeliat kita malah kena omel!" Cindy menarik tangan Arka kearah lapangan dan berbaris dibarisan kelas mereka.

Cindy lalu menarik Arka kebarisan paling belakang sementara cowok itu hanya mengikutinya saja. Mata Arka terpaku pada Ana yang seperti nya sedang kebingungan.

"Lo pinjem punya siapa gitu?"

Samar-samar Arka mendengar ucapan Sarah yang berada disebelah cewek itu.

"Gue udah pinjem, tapi pada bawanya satu doang!" Ana menggerutu kesal.

Arka menggeleng kan kepalanya. Bukan Ana namanya jika tidak ceroboh.

Arka menepuk pundak teman sekelas nya yang berada didepannya. "Kasih ini ke Ana," Arka memberikan topi ditangan nya.

Cowok didepannya mengangguk kemudian mengoper lagi topi itu hingga sampai lah pada Ana. Lagipula itu adalah topi milik Cindy bukan miliknya.

"Dari siapa?" tanya Ana heran.

"Arka," ucap teman sekelasnya.

Ana cepat-cepat menoleh kebelakang dan langsung menemukan Arka yang sedang menatapnya datar.

Suara pak Bams dari arah depan membuat Ana meluruskan kembali barisanya. Cewek itu tersenyum kecil dan langsung memakai topi yang tadi diberikan oleh Arka. Mungkin cowok itu mempunyai topi lagi sehingga dia memberikan satunya pada Ana.

"Arka? Kamana topi kamu?" tanya pak Bams.

"Topi saya ketinggalan pak."

"Mau jadi apa kamu ini Arka, Arka.." pak Bams menggelengkan kepalanya.

"Jadi orang lah pak, masa iya saya nggak pake topi aja langsung jadi monyet." ucap Arka sontak membuat yang mendengar itupun tertawa.

"Sudah, sudah! Kamu ini kalo diomongin ngeyel terus! Kamu bersikan seluruh toilet setelah upacara selesai!"

***

Seperti suruhan pak Bams tadi, setelah selesai melakukan upacara Arka langsung ditarik menuju toilet. Bukan tanpa alasan pak Bams menarik Arka karna cowok itu akan kabur jika tidak cepat diawasi.

Ternyata bukan hanya Arka yang mendapat hukuman. Tapi beberapa siswa lain pun mendapatkan hukuman karna tak mambawa atribut.

"Arka bersihkan yang benar!" pak Bams menunjuk alat pel yang dibawa Arka.

Arka menghembuskan nafasnya. Kemudian mengepel kembali lantainya. Arka menatap sepatu yang tak asing baginya. Dia kemudian mendongak agar bisa melihat siapa orang tersebut.

"Ngapain lo disini?" tanya ketus.

"Elo kok ngasih topi lo ke gue si?" Ana malah balik bertanya.

"Bukan punya gue, tapi punya Cindy. Gausah gr."

Ana cengengesan kemudian menggaruk rambutnya, "Gue—"

"Ana!"

Ana menoleh saat seseorang memanggilnya. Cewek itu tersenyum kearah Ana, "Apa kabar?"

"Lo— Citra, kan? Sepupu nya Revan?" Ana menebak. Cewek bernama Citra itu mengangguk antusias.

"Iya gue Citra!"

Ana tersenyum, "Lo sekolah disini ternyata. Kok gue nggak pernah tau si?"

"Gue tau waktu lo dikantin pas ada Cindy juga si, awalnya mau nyapa tapi kayaknya lo lagi bete, yaudah gajadi."

Ana mengangguk, "Oh iya, ada apa?"

"Ini gue mau ngasih undangan," Citra memberikan undangan nya pada Ana, "dateng ya? Gue sebenernya nggak banyak ngundang temen sekolah si, cuman beberapa yang deket sama gue aja yang gue undang. Tapi karna lo pacar nya Revan gue undang lo! Revan juga bakal dateng kesana nanti."

"Gue pasti dateng kok. Oh iya, kalo bisa nggak usah ngasih tau Revan lo ngundang gue ya? Biar surpreis aja gitu."

Citra mengangguk, "Tenang aja aman!" dia mengacungkan jempolnya, "gue ke kelas dulu ya?"

Ana mengangguk, "Iya, Thanks ya!"

Setelah kepergian Citra Ana kemudian memasukan kartu itu kesakunya, "Oh iya gue tadi mau ngomong kalo gue—"

Ana menyerit saat melihat bahwa Arka sudah tak lagi dibelakang nya. Dia kemudian masuk ketoilet tersebut.

"Lo kok ninggalin gue sih?" ucapnya dengan nada kesal.

"Lah? Elo ngapain ngikutin gue mulu?!"

Ana menyengir lebar, "Ini kan harusnya gue yang ngerjain! Jadi.." Ana mengambil alih pel dari tangan Arka, "Biar gue aja yang selesai-in!"

Arka mengangguk, "Yaudah, beresin yang bersih," ucapnya kemudian pergi dari sana. Sementara Ana masih mentap kepergian Arka dengan mulut yang terbuka lebar.

Tbc.

Si Arka tuh bener2 nggak bisa manis kali ya? Kesel lama2 ih:(

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang