Chapter 60

7K 382 117
                                    

Musik di mulmed diplay ya👆

Happy reading:)))

Ada yang bilang, jika perpisahan yang paling menyakitkan adalah terpisahkan oleh kematian. Kita didunia pasti akan mengalami itu. Hanya tinggal menunggu giliran. Mengikhlas kan adalah bagian tersulit dari patah hati. Arka kini mulai bertanya pada dunia yang seakan mempermainkan takdirnya. Untuk apa mengirim Ana jika mereka tak bisa disatukan? Mengapa Arka harus selalu kehilangan orang penting didalam hidupnya?

Besok, dua hari kematian Ana.

Dan Arka belum sama sekali menutup matanya sejak kepergian gadis itu.

Ini terlalu menyakitkan untuknya. Setiap dia menutup mata, hanya ada bayang kenangan mereka yang mendominasi fikirkan Arka.

Arka juga sama sekali belum makan sejak kejadian itu. Berdiam diri dan menutup kamar membuat Adel dan yang lainnya khawatir akan kesehatan Arka.

Dinginnya kamar membuat cowok yang sedang berbaring itu meringkuk kedinginan. Cowok itu memejamkan matanya, Ia merasa Setetes air mata jatuh dan terasa hangat dipipinya yang dingin.

Arka terbangun, duduk ditepi ranjang dan mengrluarkan sebuah buku didalam nakas.

Ia mengusap buku itu. "Kenapa harus ninggalin gue, si? Kenapa harus secepet ini?" ia menggigit bibirnya namun airmatanya malah jatuh menetes.

"Lo bilang lo udah nulis kegiatan yang bakal kita lakuin kalo kita nikah, kan? Kita bahkan belum mulai apapun, Na." Arka mengecup buku itu. Nyeri seakan kian menghimpit dadanya.

Arka beranjak. Berjalan dengan langkah lesu menuju jendela kamar yang dirinya buka lebar sehingga angin malam bebas masuk.

"Kamu bilang Bintang bakal selalu ada nemenin aku kalo kamu nggak ada. Tapi nggak ada bintang malam ini, Na. Bintang nggak mau ngeliat laki-laki lemah kaya aku."

"Ini terlalu sulit buat aku." Arka mengusap airmatanya dengan tangan yang bergetar hebat. Berusaha terlihat tegar tak semudah yang dikatakan oleh lisan.

"Bilang sama aku apa yang harus aku lakuin.." lirihnya rapuh dengan suara yang bergetar. Ia menggigit lengannya untuk menahan isakan yang keluar.

 Ia menggigit lengannya untuk menahan isakan yang keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan sekarang, aku dihantam kehilangan. Semuanya nampak bisu. Bahkan bintang pun tak mau melihat laki-laki lemah seperti ku. Kini, aku sendiri. Sepi yang nyeri. Terkepung sunyi yang entah kapan henti. Hatiku mati. Perih. Saat kau tak bersamaku lagi.

Ana selalu mengatakan agar ia mengikhlas kan apapun yang sudah terjadi. Nyatanya, tak semudah yang dapat dikatakan. Bahkan kini, Arka merasa hidupnya mati. Tak ada lagi warna yang dapat menyinari dunianya yang sepi. Tak ada lagi yang tersisa didalam diri Arka selain rongga dengan luka yang menganga. Karna bersama kepergian Ana, hatinya mati.

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang