"Gimana bang? Belum bisa juga?"
Arka menggeleng kemudian kembali menekan tombol telfon ada nomer Ana. Ini sudah hampir dua puluh menit cewek itu pamit pergi dan belum juga kembali. Arka tau wanita membutuhkan waktu yang lama untuk berbelanja. Tapi yang menjadi masalah adalah, ponsel Ana yang tidak bisa dihubungi dan juga Adel bilang semua toko tutup karna sedang ada perbaikan jalan. Lalu kemana perginya gadis itu?
"Kok Ana sering ngilang-ngilang ya sekarang. Udah kek doi aja."
Adel melemparkan tatapan jengah pada Adrian. "Bisa diem nggak bang? Orang lagi serius ini lagi tegang."
"Tegang?" Adrian menatap langit seolah sedang berfikir. Sedetik kemudian dirinya menggeleng-gelengkan kepala. "ambigu gua."
Adel menoyor kepala Adrian. "Itu otak makanya jangan diisi sama yang begituan mulu."
"Halah! Isi wattpad lu juga begituan iya kan? Yang delapan belas plus-plus gitu. Ngaku lo?!"
"Idih! Isi library wattpad gue itu cerita badboy-badboy gitu! Jangan ngaco lo."
Adrian menopang kepalanya menggunakan dagu. "Pantes hidup lo drama. Banyakan halu tau nggak lo. Lagian nih ya gue yakin nggak ada cerita yang sama kaya di dunia orane itu. Apalagi kalo tokoh utamanya itu lo."
Adel mendengus. "Liat aja, gue pastiin suatu saat nanti gue bakal buat cerita dengan gue sebagai tokoh utamanya. Dan, yang berhak menentukan alurnya adalah gue. Bukan lo! Ataupun orang lain." ucap Adel sungguh. Ia melirik tajam Adrian. "udah deh, lagian lagi serius gini lo kok malah ngajak gue becanda sih!"
"Ya kalo gue ngajak lo serius gue yakin lo gamau."
Adel mentap Adrian datar. "Lu lama-lama jangan minta gue gampar ya, bang."
Adrian menyengir lebar. "Hehehe yamaha."
"Semakin di depan."
Adrian melempar botol kearah Adel. "Ye! Lo malah nyaut lagi kampret."
"Kalian bisa nggak si diem sekali aja? Ana lagi ilang dan kalian malah berantem terus." sela Arka kesal.
"Adek lo tuh Ar. Tukerin aja sama anaknya kambing."
Adel melirik Adrian tajam. "Elu bapaknya kambing."
Arka yang muak pun memutuskan untuk pergi mencari Ana sendiri. Percuma saja dia terus duduk dan mendengarkan mereka berdua berdebat.
***
Ana menoleh lagi ke belakang untuk memastikan apakah pengawal sang ayah masih mengejarnya. Ya, mereka kembali dan mengejar Ana lagi. Sialnya, saat dalam kondisi seperti ini, ponselnya malah mati.
Ana menoleh saat mendengar suara langkah mendekat. Ia terkejut saat pengawal ayahnya melihat kearahnya. Ia pun kembali berlari namun sialnya, kakinya tersandung batu dan jadilah ia terjatuh.
Pengawal ayahnya tersenyum miring. "Udah gue bilang jangan lari-lari, bocah. Sakit kan, jatuh?"
Ana mengangkat kepalanya sambil memegang sikunya yang berdarah. Pengawal ayahnya pun mendekat dan menarik tangan Ana kasar. "Ayo bangun! Balik ke tempat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...