"Venus!" seorang gadis terburu-buru keluar dari salah satu gerbang rumah ketika mendengar deru motor dari rumah tetangganya.
"Woee woe woee, masih pagi Bri, lo udah tereak-tereak kaya kang sayur." sahut anak laki-laki yang berseragam sama dengannya.
"Gue nebeng lo, ayo buruan." tanpa aba-aba gadis dengan rambut dijepit rapi itu langsung naik ke boncengan motor cowok pemilik nama Venus itu.
"Tumben mbak ketos telat?" ucap Venus cepat karena tau Brillova akan memenggal ucapannya.
"Nanti aja ngomongnya Ven, sekarang cepet berangkat." amuk Brillova memukuli pundak Venus.
"Berangkat, Yang Mulia." Venus menarik gas motornya dengan sengaja.
"VENUS!!! Lo ada dendam sama gue?!" Brillova sekali lagi menggebuki punggung Venus.
"Oh iya lupa, pegangan kenceng-kenceng Yang Mulia, safety first." tutur Venus di balik helm full face nya.
"Kenapa dari kecil gue harus kenal lo sih." Brillova menggeplak helm hitam Venus.
"Aww." pekiknya selanjutnya.
"Venus Julian!!!!" Brillova memejamkan matanya begitu Venus mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.
Jalanan pagi mulai sesak dengan kendaraan yang sibuk mencari celah kosong untuk saling mendahului.
"Ven, gue pengen muntah." Brillova menepuk pundak Venus dengan lemas.
Sedangkan sang empunya pundak tidak memperdulikannya, ia terus memecah jalanan yang tersisa beberapa puluh meter lagi menuju sekolahnya.
Crrryieekkkkk
Derit gerbang besar sudah menyambut, gerbang hitam nan menjulang itu tengah di dorong oleh dua orang satpam sekolah.
"Pageee, pak." teriak Venus membuka kaca helm nya.
Brrruummmmm
Motor sport hitamnya sudah melaju menuju parkiran.
Belum sempurna mesin motor Venus mati, Brillova sudah beranjak turun dari motor besar itu.
Hweelk
⭐⭐⭐
"Ih berisik banget toa, pagi-pagi gini udah bikin ketentraman jiwa dan raga terguncang."Seorang gadis dengan tas ransel super besar nya baru saja memasuki gapura komplek begitu motor Venus beranjak.
Pandangannya tidak lepas dari dua anak manusia yang berlalu dengan motor yang sama dari arah perumahan.
"Pagi, pak." sapanya pada security komplek dari depan kaca pos jaga.
"Pagi, ada yang bisa dibantu?" tanya security lewat celah kaca.
"Yang tadi lewat siapa pak? Masih pagi udah tereak-tereak aja." ucapnya sedikit menunduk untuk lebih dekat dengan celah kaca agar suaranya jelas.
"Yang mana ya dek?" security itu balik bertanya.
"Ah gak penting sih, pak disini ada yang namanya Arleon Panji nggak?"
"Arleon Panji?" security itu terlihat berfikir.
"Ini komplek Tagara kan, pak? Tau alamat ini gak?" gadis itu menunjukkan buku note nya.
"Oh deket sini dek, rumah yang ada air mancur nya." ucap security itu sambil berjalan keluar dari pos.
"Dari sini, kearah mana pak?" tanya ia menerima bukunya lagi.
"Mari saya antar." ucap security itu.
"OK, makasih pak ... ?" gadis itu menoleh sambil mengangkat kedua alisnya.
"Haris." jawab security itu.
"OK, makasih Pak Haris." ucap nya memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Saya taunya Dokter Leon dek, baru denger kalo Arleon Panji, siapanya Dokter Leon kalo boleh tau?" tanya Pak Haris.
"Saya sodara Dokter Leon dari kampung, pak." jawabnya.
"Oh, yang ini rumahnya dek, biar saya bantu panggil, saya kenal baik dengan pembantu di rumah ini." ucap Pak Haris.
"Gak usah pak, gapapa kok, Pak Haris balik aja ke pos, kalo ntar ada maling masuk komplek gimana?"
"Eeuhm, iya juga, kalo gitu saya tinggal ya dek." pamit Pak Haris kemudian berlari menuju pos.
Ting dong
Ting ting ting ting... Ting dong
Ting ting ... ting dong
"Iya sebentar." seorang gadis yang beberapa tahun lebih tua darinya terbirit-birit di halaman.
Ia segera membuka pintu kecil di sebelah gerbang tempat dimana seorang anak gadis sedang berdiri memandanginya dari atas sampai bawah.
"Ada perlu ap-"
Belum usai kata-katanya, gadis itu sudah berlalu masuk menyelinap di sebelahnya.
"Heiiii!! Mau kemana kamu!" teriaknya mengangkat serbet dapur yang dibawanya.
Tapi yang diteriaki tidak menggubris.
"Heiii!" teriak gadis itu lagi.
"Asih, ada apa?" terdengar suara laki-laki dari arah rumah.
Kemudian muncullah seorang laki-laki berkemeja rapi yang tengah berlari kecil bersama seorang wanita paruh baya yang mengenakan daster.
"Gladis?" ucap pria tadi begitu melihat gadis yang berdiri di halaman rumahnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
⭐⭐⭐
Hohhowwww work baru.
Numpuk work terozzz🤟🤭Gapapa lah, dari pada idenya muter-muter doang di kepala yekan, bikin pusing🤣🤣
8:37 PM
21/01/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...