"Dis." Karel menggoyang bahu Gladis yang masih terlelap.
Ponsel Gladis terlepas dari tangannya.
Karel berniat mengambilnya, dan ia terkekeh saat melihat tampilan layar ponsel Gladis.
Pencarian internet, 'Karel'.
Deretan gambar laki-laki di depan piano muncul dengan keterangan 'Karel Angkasa' di bawahnya.
"Niat stalking gak sih nih anak? Malah molor." Karel terkekeh.
"Dis, udah sampe, gue pemotretannya di atas, lo gak mau naik bukit sendiri kan?" ucap Karel setelah mematikan ponsel Gladis dan meletakkannya di dashboard.
"Iya." jawab Gladis dengan suara seraknya, ia meregangkan badan sambil melepas seatbelt.
Keduanya bersamaan turun dari mobil Leon.
"Tunggu," ucap Gladis kembali ke mobil.
"HP gue ketinggalan." lanjutnya.
Karel menunggu gadis yang sekarang mengalungkan kamera digital di lehernya.
"Baru tau ada HP bentukannya begitu." kekeh Karel.
"Sekalian." ucap Gladis nyengir.
"Oh iya, tadi gue habis gugel," Gladis kembali mengambil ponselnya di saku.
"Stalker." tutur Karel berjalan bersisian dengan Gladis saat menanjaki tepian bukit yang dipenuhi orang-orang yang hilir mudik membawa beberapa alat.
"Gue baru tau nama lo Angkasa." kata Gladis menggeser-geser tampilan ponselnya.
"Gue udah pernah sebutin di depan muka lo." kata Karel.
"Emang iya? Lupa kali lo, bukan gue." Gladis masih fokus dengan ponselnya.
"Kalo gue jorokin lo di sini, lo bakal jadi bola abu loh, Dis, guling-guling sampe bawah sana."
"Waah." ucap Gladis membandingkan gambar di ponselnya dengan wajah asli Karel.
"Aarkhhh."
Gladis terpelosok akar pohon, "Tuh, belum juga gue jorokin, alam udah ngehukum lo duluan." ucap Karel menangkap kedua lengan Gladis.
⭐⭐⭐
"Lebih natural lagi Rel." perintah wanita yang sedang memegang kamera.
Beberapa orang lainnya berdiri tak jauh dari Karel yang duduk di hadapan grand piano besar berwarna putih.
Satu orang mengusap keringat Karel.
Satu lainnya membenahi tatanan rambut Karel.
Beberapa laki-laki memegang perlengkapan pemotretan.
Gladis duduk di akar pohon sambil kembali melihat hasil pencarian di ponselnya, yang belum ia keluarkan.
"Karel Angkasa, pianis muda, calon maestro masa depan. The next Beethoven, hhaahaa." Gladis menggeleng-geleng sambil terkekeh.
"Gak nyangka cowok sok, yang nyebelin itu ternyata punya banyak penggemar."
Gladis mengangkat kepala kameranya, dan diam-diam juga mengambil gambar Karel.
Karel sedang mendapat jeda membenahi penampilannya, tak sengaja Karel menangkap basah Gladis yang tengah memotretnya.
Karel menyeringai kecil, sebelum Gladis sadar dan gadis itu segera berdiri untuk mencari objek foto lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...