"Surat izin lo mana?" tanya Leon yang sekarang mengantarkan Gladis ke sekolah.
"Surat ijin apaan?" Gladis kali ini sudah duduk di kursi penumpang depan.
"Karel udah kasih surat izin buat perjalanan wisata kalian, kok lo belum kasih abang?" tanya Leon.
"Oh, ada, gak gue bawa, di kamar." jawab Gladis singkat.
"Lupa, besok ajalah gue kumpulin." ucap Gladis bersiap turun, karena gerbang sekolahnya sudah mulai terlihat.
Leon menepikan mobilnya, kemudian ia membuka dashboard mobilnya.
"Nih, kalo ada apa-apa pokoknya langsung bilang abang, kalo jadwal pengumpulannya hari ini jangan di sepelein,"
Leon menyerahkan lembaran persetujuan perjalanan wisata pada Gladis.
"Jawab ujiannya bener-bener, kalo nilai lo bagus, abang kasih hadiah." lanjut Leon membuat Gladis mencebik kemudian terkekeh.
Gadis itu mengedik, "Gue masuk dulu." ujar Gladis membuka pintu mobil.
"Buat abang bangga." Leon menahan tangan Gladis.
"Iyeh, bye." sebelum turun dari mobil, Gladis menyempatkan diri untuk mencium pipi kakaknya kemudian melambai dan segera turun.
Leon tersenyum sambil balas melambai pada Gladis yang berjalan masuk ke halaman sekolah yang mulai ramai.
"Yang gue takuti selama ini kayanya udah lewat, meskipun gue sedikit gagal." ucap Leon mulai menjalankan mobilnya kembali saat ia tidak melihat punggung Gladis lagi.
⭐⭐⭐
"Gladis...." Venus berlari mengejar Gladis yang hendak memasuki lobby sekolah.
"Paan?" tanya Gladis menoleh.
"Emang iya lo keracunan makanan?" tanya Venus.
"Terus lo nuduh abang gue bohong?" ucap Gladis santai sambil terkekeh.
"Ehh, gak gitu maksud gue, ah udah ah, hari ini Brillova ulang tahun, nanti malem dia ngadain party, dateng ya." Venus berjalan menyejajarkan langkah dengan Gladis.
"Gak bisa gue Nus, ada janji." geleng Gladis.
"Sama Bian? Atau Karel?" tebak Venus.
Gladis terkekeh.
"Kalo Bian kenapa, kalo Karel kenapa?" Gladis menoleh pada Venus.
"Euhm-"
"Gue gak tau tujuan lo sebenernya deketin gue dari awal apa. Intinya, gue gak mau dipaksa temenan sama Brillova. Gak usah susah-susah bujuk gue, dan fokus aja sama temen kecil lo itu."
"Ada mitos persahabatan antara cewek dan cowok itu gak pernah ada, gak perlu sibuk sama orang lain, dan liat aja siapa yang selalu ada di deket lo."
"Gue duluan ya, ada ujiannya Bu Hana."
Kemudian Gladis mempercepat langkahnya menuju kelas.
⭐⭐⭐
"Selamat pagi, Gladis." sapa Dito yang baru saja tiba.
"To," Gladis mengeluarkan kertas persetujuan yang sudah tertera tanda tangan Leon, pada Dito —si wakil ketua kelas—.
"OK, have fun buat besok ya, Dis." ucap Dito yang pernah jatuh hati pada Gladis.
"Rel, pinjem buku catatan lo." Gladis berdiri di samping meja Karel.
"Euhm? Nih, buruan kalo mau belajar, 5 menit lagi bel masuk." ucap Karel.
"Gue mau ambil kertas jawaban gue semalem, keselip." Gladis mengangkat kertasnya, kemudian kembali ke kursinya.
"Kertas jawaban gue yang semalem?" bisik Bagas, sahabat Karel yang duduk di belakangnya.
"Berisik lo, diem, udah ada Bu Hana tuh." sangkal Karel.
"Selamat pagi semuanya." sapanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Hikss hiks hiksss."
Gladis mematikan keran air wastafel nya.
Ia celingukan.
"Hikks hikss...."
Ini sekolah elit, tapi kenapa horor ya?
Gladis yang hendak menyalakan kembali keren air nya, namun sekali lagi ia mendengar isakan itu.
Langkahnya mulai terpanggil untuk mengecek setiap bilik kamar mandi.
Di jam selain waktu istirahat, cukup sulit untuk ijin walau hanya sekedar pergi ke toilet.
Maka dari itu, Gladis yang menyelesaikan ujiannya lebih cepat, agak ragu untuk membenarkan ada siswi di dalam toilet saat jam pelajaran.
Bilik ke-4 terlihat dikait sebuah kawat di kenop depannya.
Gladis membukanya, dan mendorong pintu bilik itu sedikit, kemudian bergegas pergi meninggalkan toilet.
Isakan itu terhenti dan seorang siswi dengan badge tertera kelas 11, berjalan gemetar keluar dari toilet.
"Amira! Kamu kenapa?" Bu Sindia berlari kecil membawa tubuh gempalnya mendekat pada siswi yang terlihat gemetar itu.
⭐⭐⭐
Apdet ke-4 hari ini.
10:22 PM
12/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Novela JuvenilComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...