[SSDP]. Dia

353 21 0
                                    

        Karel baru saja selesai menjalani hukumannya.

Terlambat adalah hal yang enggan ia rubah kembali.

Ya 'kembali', karena sebelumnya ia tidak demikian. Karena dirinya adalah siswa nomor satu di sekolahnya.

Panutan siswa lainnya.

Ketua osis.

Tapi itu dulu, sebelum jabatannya lengser dan digantikan oleh wakilnya, Brillova Jesselyn.

"Venus! Buruan!" mendengar seruan tertahan itu, Karel menoleh ke arah koridor kantin yang ia lewati.

Disana ada Venus yang ia kenal sebagai pentolan sekolah yang selalu dikejar banyak siswi cantik, tak terkecuali mantan wakil nya selama masih menjabat sebagai ketua osis.

Karel hanya melewatinya begitu saja.

Tak perduli apapun, karena memang selalu begitu.

Ia tak tau banyak soal Venus dan teman-temannya, ia hanya tau Venus dan Brillova adalah teman kecil.

Dan Brillova diam-diam menyukainya.

Tapi masih misteri bagi Venus yang seisi sekolah tau bahwa ia adalah siswa yang banyak dikagumi para gadis.

"Heh kamu dari mana?!!" sambut Pak Wira saat Karel baru tiba di depan jendela kelasnya.

Seorang gadis sedang berdiri di hadapannya.

Gadis yang ia lihat sedang berjalan di depannya.

"Maaf pak, saya murid baru, dari toilet, bingung mau balik ke kelas." jawabnya dengan santai di hadapan guru paling killer di SMA Wattpadian.

Karel masuk setelah mendapat isyarat dari Pak Wira yang tadi usai menghukumnya di lapangan.

⭐⭐⭐

       "Males banget hujan mulu."

"Ngantuk." gerutu Bagas.

"Sabar bentar lagi udah bel." Karel terkekeh kecil menoleh pada sahabatnya yang sudah setengah hati menanti pelajaran berakhir.

"Sst, To." panggil Bagas pada wakil ketua kelas.

"Belakang lo." lanjutnya sambil menunjuk penghuni baru di kelas itu.

Karel ikut menoleh mendengar ucapan Bagas.

Gadis itu tengah terlelap.

Karel menoleh ke guru pengajar yang sekarang masih menulis penjabaran rumus di papan.

Bel berdering, guru pengajar pun segera mengakhiri kelas dan Karel kembali menoleh pada gadis itu.

Ia tengah menjawab ketus semua yang Dito ucapkan, kemudian pergi.

Dito mengejarnya segera.

"Dia murid baru, homeschool dari SD, belum pernah sekolah umum." ucap Bagas saat mereka berjalan keluar kelas.

"Obsesi buat bebas." jawab Karel menumpukan tangannya di teralis batas beranda lantai 5.

"Gue denger-denger, dia pinter banget." kata Bagas menyandarkan punggungnya di teralis pembatas.

Sedangkan Karel yang ada di sebelahnya, tengah memicingkan mata elangnya demi melihat seseorang yang berjalan memecah hujan.

Gadis dengan tas putih, terlihat seperti ... siswi baru di kelasnya.

⭐⭐⭐

         "Baru juga masuk sehari, tuh anak udah gak masuk 3 hari." ucap Cika seusai beberapa anak kelasnya dipanggil oleh wali kelas.

"Ya namanya orang sakit kan gak tau kapan datengnya Cik." sahut Ranti, sekretaris kelas.

"Kalian gak ikut mobil Dito aja?" tanya Cika.

"Gue mau langsung mau balik soalnya." jawab Bagas sedangkan Karel hanya menggeleng.

"Yaudah, kalian ikutin mobil gue." ucap Dito segera mengemudikan mobilnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


         "Karel?"

"Kak Leon." jawab Karel balas menyapa.

"Yaudah yuk masuk dulu."

Bu Elia bilang, anak baru itu tinggal sama abangnya, kalo Kak Leon ada di sini?

"Bentar, gue liat Gladisnya dulu ya." pamit Leon segera masuk.

Mata elang Karel menyapu setiap sudut ruangan.

Tapi tidak ada satupun figura foto di sana.

Sampai kehebohan Leon yang mencari adiknya berlangsung, Karel masih sibuk mencari barang-barang yang menunjukkan dugaannya.

"Kalo kalian mau balik gapapa, gue mau cari adek gue dulu" Leon berjalan cepat ke arah ruang tamu.

"Hahhaahaaa"

Tawa yang perlahan hilang itu berhasil membuat semua menoleh, tak terkecuali Karel.

"Gladis!!! Lo dari mana?" geretak Leon.

Mata Karel melihat ke sebelah kiri Gladis, bukan kantung infus, tapi  cowok yang berdiri di sampingnya.

Sampai Gladis duduk di antara mereka, dan diikuti oleh cowok tadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


     "Rel, gue gak tau kalo adek gue, gue sekolahin di tempat yang sama kaya lo" ucap Leon saat mengajak Karel ke halaman depan.

"Lo pasti tau dari Bu Elia, kalo Gladis udah bikin ulah di hari pertama dia masuk sekolah"

Karel mengangguk.

"Gue gak tau harus sebersyukur apa karena ternyata lo juga sekelas sama adek gue, jadi gue mau titipin dia ke lo"

"Gue tau selama ini Gladis tertekan, dan ngelampiasin semuanya di sekolah semata cuma buat nyari perhatian" lanjut Karel.

"Gue minta tolong banget sama lo rel, jagain Gladis selama di sekolah, kelas 12 cukup bentar menurut gue, gue berharap Gladis gak nyia-nyiain usahanya belajar demi satu tahun terakhir yang dia jadikan pelampiasan" pesan Leon.

"Buat ngurus diri sendiri aja gue belum becus kak, kasih gue waktu buat mikir ya" jawab Karel berjalan kembali menuju beranda.

"Keputusan lo bakal ngaruh besar buat keluarga gue, rel"

"Venus"

Satu kata yang terbersit di kepala Karel begitu keduanya kembali masuk ke ruang tamu.

Mata Karel tertuju pada cowok yang duduk di hadapannya.

Dia bukan cowok yang baik buat Gladis. batin Karel.

⭐⭐⭐

Hohoow update ke-4 di hari ke-7 publish cerita ini 🧡🧡

Pekan pertama berlalu bersama 24 CHAPTER, fast update, kebut ending🤟

11:05 PM
27/01/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang