[SSDP]. Kebenaran

327 15 0
                                    

           "Venus, lo mau kita akrab kan?" tanya Gladis saat Bian dan Rose heboh memesan makanan.

Venus mengangguk semangat.

Gladis turut mengangguk singkat, "Kalo temen akrab itu biasanya ngejaga rahasia, jadi lo bisa gak jaga rahasia gue?"

"Asal lo tau aja, gue paling susah percaya sama orang baru." lanjut Gladis.

"OK, gue bakal simpen baik-baik." Venus mengunci mulutnya seolah mengunci pintu.

"Soal mereka, jangan sampe ada yang tau, kalo abang gue ataupun Karel tau, lo orang pertama yang bakal gue pites." ancam Gladis.

Venus mengengguk mengerti.

"Lo mau pesen apa, Dis?" tanya Bian mendekatkan badannya pada Gladis untuk memberikan buku menu.

Venus segera menarik buku menu itu serta menarik pula tangan Gladis untuk menjauh dari Bian.

Bian menyeringai menang menatap Rose.

"Porsi jumbo punya gue." bisik Bian terkekeh melihat Rose yang cemberut.

"Gue ini." Gladis menunjuk salah satu menu diikuti oleh Venus.

"Ih cakep banget tapi, gue ngedukung kok." kikik Rose berbisik pada Bian.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Ros, Bi, jadi dia temen sekolah gue, tetangga juga sih, namanya Venus." kenalkan Gladis.

"Venus." ucap Venus tersenyum pada Rose.

"Lo ganteng." kata Rose yang selalu blak-blakan saat berbicara.

"Thank you." Venus tersenyum lagi.

"Gue Rose." keduanya berjabat tangan.

"Dia sahabat gue di tempat lama gue, tapi setahun lalu Rose pindah ke sini, jadi kita baru ketemu lagi sekarang, meskipun masih sering chit-chat." jealskan Gladis.

"Bian." Bian juga bersalaman singkat dengan Venus.

"Mayanggi Bianca, tapi please jangan lo panggil May, apalagi Yang, kalo lo gak mau digebukin anak geng motor," ucap Gladis menghentikan penjelasannya saat melihat mata Venus melotot.

"Iya, dia cewek, bokapnya petinju,  nyokapnya dulu pembalap, panggil aja Bian, gak usah diliatin lama-lama, ntar lo naksir lagi sama temen gue." ujar Gladis.

"Eh, tapi serius kan Dis?"

"Lo beneran cewek?" tanya Venus pada Bian.

"Yeuu gak percaya, setepos-teposnya punya Bian, tapi dia juga punya asal lo tau." sergah Gladis.

Pletak.

"Sialan mulut lo sekarang ya, siapa yang ngajarin?" kata Bian seusai mengetuk kepala Gladis dengan sumpit besi yang di bawanya.

"Lo." ucap Gladis tertawa puas setelahnya.

"Belom aja lo gue terbangin dari motor." balas Bian terkekeh.

"Lo suka sama Gladis?" tanya Rose asal.

"Huh??" Venus mengangkat kedua alisnya terkejut.

"Gara-gara lo, porsi steak jumbo gue diembat Bian."

"Tadi kita berdua taruhan, kalo lo bertingkah aneh pas Bian deketin Gladis, berarti steak jumbo gue lewat, karena tebakan Bian bener, lo suka gak sama Gladis?" ucap Rose.

"Ooh, kalian taruhan gue? Yaudah bayar sendiri-sendiri." ucap Gladis segera dipeluk oleh Bian dan Rose yang segera bangkit dari kursinya demi mencapai Gladis.

"Euhm, Bi, gue boleh minta tolong gak?" ucap Venus.

Bian mengangkat kedua alisnya.

"Jangan peluk Gladis kaya gitu dong, kalo orang yang gak tau atau baru tau kaya gue, rasanya sakit banget sumpah." ucap Venus membuat tawa Rose dan Bian pecah.

"Muka dia abang-abang banget emangnya? Padahal rambutnya juga lumayan gondrong." ucap Gladis.

"Abang-abang pala lu, abang-abang." Bian mencubit hidung Gladis.

"May, sakit May." kekeh Gladis memukul-mukul lengan Bian.

⭐⭐⭐

        "Dadah Kak Gladis, besok minggu aku main sama kakak ya." ucap Bintang saat berpamitan pada Gladis.

"OK, Kak Gladis tunggu." Gladis melambai pada Bintang.

"Tante duluan ya, Dis." pamit Tamara.

"Iya tante." jawab Gladis mengangguk sopan.

"Gue cabut ya, guys." Venus juga berpamitan.

"Jangan peluk atau gandeng Gladis ya, Bi." bisik Venus sebelum pergi.

"Bacot, my eyes on you, kalo sampe rahasia ini bocor, lo orang pertama yang bakal dikejar anak geng nya Bian." ancam Gladis.

"Rahasia negara aman di tangan Venus, bye."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

          "Tian? Bian? Namanya mirip, atau mungkin mereka orang yang sama? Atau mereka anak kembar?" Karel sedang merebahkan badannya di kasur, dengan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal.

"Yang? Apa iya dia pacarnya Gladis?" Karel menggulingkan badannya untuk membekap wajah di bantal.

"Lo gila Karel!!!" teriaknya dalam bekapan bantal.

Karel segera duduk.

"Inget Rel, lo cuma diminta Kak Leon buat mastiin Gladis gak bikin masalah di sekolah."

"Dan tujuan utama lo deketin dia cuma buat bales dendam sama Venus, ngejauhin siapapun cewek yang lagi sama dia." kecamkan Karel pada dirinya sendiri, kemudian ia kembali rebahan.

Satu menit kemudian, ia kembali gemas sendiri ketika mengingat kejadian di bangunan lama bersama Gladis.

"Fokus Rel, fokus!! Lo cuma harus fokusss!!!!!" Karel kembali membekap wajahnya.


⭐⭐⭐

Up ke-4🤟🤟


7:00 PM
01/02/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang