[SSDP]. Mengenaskan

391 24 0
                                    

          Bel istirahat sudah berdering beberapa waktu lalu, dan Brillova masih berdiri di depan kelasnya.

"Venus." panggilnya saat orang yang ia tunggu akhirnya lewat.

"Yups, ibu ketos kita yang super sibuk akhirnya inget gue selain pas waktu mau nebeng doang." ucap Venus pada dua sahabatnya.

"Eeerggh, iye-iye maap." ucap Brillova mendangakkan kepala demi meregangkan otot lehernya yang terasa kebas selama pelajaran berlangsung.

"Terus sekarang gimana?" tanya Venus.

"Apanya yang gimana?" Brillova berhasil dibuat linglung.

"Kita, lo sama gue." Venus menunjuk antar dirinya dengan Brillova.

"Huh??" Brillova makin bingung.

"Udah Ven, kasian si Brillova." ucap Dito terkekeh.

"Hhaha, ya terus sekarang apa? Tumben lo gak malu ngomong sama siswa begajulan kek gue di sekolah." ucap Venus sok jual mahal berjalan ke arah kantin.

"Sialan lo." Brillova memukul kencang lengan Venus.

"Thank you." jawab Venus menahan tangan Brillova yang memukulnya.

"Bodo lah." Brillova menarik paksa tangannya.

"Huft ... kayanya Gladis salah paham sama gue deh, Ven." ucap Brillova kemudian.

"Kok bisa? Emang kalian berdua ngapain?" tanya Rio menyela.

"Sttt, berisik lo!" tukas Brillova.

"Kayanya dia ngira gue gak suka sama dia." lanjut Brillova selagi berjalan menuju kantin.

"Wwoaahhhhh, Bri ... lo kalo gak ditembak-tembak juga sama Venus bukan gini pelampiasannya." ucap Dito membuat Venus, Brillova dan Rio menoleh kearahnya.

"Jangan bilang lo sama Gladis ... saling suka?" bisik Dito.

Plak

Plakk

Plakkkk

"Awwwww!" Dito sibuk melindungi kepala dan badannya yang mendapat hajaran dari massa seribu umat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Pas di taman, Gladis keliatan banget gak suka sama gue, dia langsung ninggalin Bintang gitu aja pas ngeliat kita dateng." ucap Brillova.

"Gak usah dipikirin Bri, lo ngapain musingin hal yang belum tentu?" jawab Venus menyodorkan semangkuk soto pesanan Brillova.

"Emang kita ketinggalan cerita apaan sih?" tanya Rio.

"Panjang lah ceritanya, nanti lo minta Brillova ceritain aja." jawab Venus.

"Terus, waktu di tempat nasi goreng, pas dia ngebujuk Bintang soal vitamin, kepaksa banget dia pas ngejadiin gue umpan biar Bintang mau." Brillova melanjutkan ceritanya setelah menyesap sesendok kuah pertamanya.

"Ehm ... Gladis emang ngira Bintang itu adik lo." potong Venus teringat sesuatu.

"Serius?" Brillova membelalak.

"Tapi gue udah bilang kok kalo Bintang adik gue."

"Makanya lo tenang aja udah, gak usah mikir yang nggak-nggak." ucap Venus melihat Brillova membuka mangkuk kecil tempat sambal.

"Tapi gue gak enak sendiri, Ven." ucap Brillova kemudian membatu.

Venus menadahi sambal yang Brillova hendak tuang ke kuah sotonya dengan mangkuknya yang berisi baso.

"Masih pagi, jangan makan pedes, kaya gak punya penyakit perut aja." ucap Venus kemudian mengambil secuil sambal di mangkuknya dengan seujung sendok, dan mengembalikannya ke mangkuk Brillova.

"Errkhhemmm." Rio berdeham.

"Uukhukkh ukhhuk ukhuuk air air ukhukk!!" Dito memegangi lehernya dengan wajah memerah dan air mata yang siap tumpah.

"Hahahahaaaa sukurin lo, makan tuh kuah sambel!" tawa Venus pecah, karena pada hakikatnya, mangkuk baso yang ia pegang tadi adalah milik Dito.

⭐⭐⭐


         "Lo yakin mau jenguk Gladis?" tanya Venus saat ia berjalan ke parkiran bersama Brillova.

"Yakin, gue gak enak sama dia, gue sekalian mau minta maaf." jawab Brillova menyejajari langkah Venus.

"Yaudah, kita langsung ke rumah Gladis." jawab Venus menaiki motornya.

"Kalimat 'kita langsung ke rumah Gladis' agak gimana pas inget realita rumah kita cuma nyebrang jalan." tutur Brillova sambil naik ke boncangan Venus tanpa disuruh.

"Turun dulu, siapa suruh naik?" ucap Venus membuat Brillova merengut turun.

"Nih pake dulu, gue harus ngebut, udah gerimis nih." Venus menyodorkan jaketnya pada Brillova untuk menutupi rok seragamnya yang hanya selutut.

Brillova segera menuruti ucapan Venus dan bergegas naik ke motor Venus untuk segera pulang.

"Ven, gausah ngebut-ngebut deh, bentar lagi udah sampe kok." lantang Brillova demi melawan suara deru angin.

"Iya." jawab Venus mengurangi kecepatannya.

"Venus, awas!!!!!!" pekik Brillova.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

       Mengenaskan.

Satu kata yang dapat menguraikan pemandangan saat ini.

Brillova dan Venus sama-sama membatu.

"Udah sana minggir!" Gladis menerjang dada kakaknya yang sedang memegang kaki kirinya.

Perang berakhir.

Atas kemenangan Gladis yang berhasil membuat Leon berseru tertahan memegang dadanya.

"Sorry berantakan, sini masuk." ucap Gladis mengambil bungkus-bungkus camilan di meja.

"Barusan kaget hampir nabrak anak kucing Pak Haris, sekarang gue shock ngeliat betapa berantakannya tempat ini." bisik Brillova pada Venus.

"Duduk dulu, Asih bantuin!" teriak Leon yang juga membereskan bantal sofa.

Asih keluar dengan tebirit-birit, "Biar saya aja dok." ucap Asih mengambil alih.

Venus dan Brillova duduk dengan ragu.

Sedangkan Gladis masih membantu Asih membersihkan ruang tamu, ia hendak keluar untuk membuang sampah, tapi Leon menahan tangannya.

"Gue aja, lo di sini aja." Leon mengambil alih sampah itu dan membawanya ke tempat sampah yang ada di dapur.

Gladis mengedik tak perduli kemudian duduk dengan mengangkat kedua alisnya sambil menatap kedua tamunya.


⭐⭐⭐

Ayeee ayee
Double up, today



9:46 AM
26/01/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang