"Lo mau ngapain?" Gladis menarik tangannya yang dicengkram oleh Karel.
"Pulang lah." sahutnya santai.
"Gue mau balik sama-"
"Gue!" Karel enggan melepas tangan Gladis.
"Karel, lepasin gak?!" Gladis berusaha melepaskan tangan Karel.
"Asal lo tau aja, berkat lo, gue dikerjain sama cewek yang maniac sama lo! Gue gak mau ya ada yang apa-apain gue lagi." ucap Gladis.
"Kalo nanti ada yang nyelakain gue gimana? Untung aja sekarang gue cuma difitnah, dan untungnya ada Tian yang bawa bukt-"
"Makanya lo jangan jauh-jauh dari gue kalo gak mau kenapa-napa!" geretak Karel membuat Gladis mengerjab.
"Lo cemburu?" Gladis terkekeh.
"Gak ada otak emang lo!" Karel memasangkan helm di kepala Gladis.
"Cihhh, sejak kapan lo pake motor bebek?" ledek Gladis saat melihat motor Asih terparkir di parkiran sekolah.
"Udah buruan naik, mau hujan nih." kata Karel juga memakai helmnya. "Pasang dulu pengait helm lo." tuturnya sambil menaiki motor Asih.
Cklakk klik klik cklak.
"Heeuhh...." Karel menghela nafasnya, "Sini." ucapnya sambil memasangkan pengait helm Gladis.
"Gak usah ngeliatin gue begitu banget." kata Gladis dengan tawa mengejeknya.
"Siapa juga, GR."
Plakkk.
"Arkkh," pekik Gladis karena Karel menepuk helm nya.
"Kasar banget sih lo sama cewek." ujar Gladis memukul pundak Karel yang hanya dilapisi kain seragam sekolahnya.
"Ngomel ya ngomel aja, tangan gak usah ikutan mukul bisa kan?" ujar Karel.
⭐⭐⭐
Sejak pulang sekolah, Gladis menodong Karel untuk belajar bersama di halaman belakang.
Dia bilang, dirinya masih sakit hati di tuduh mencontek oleh walikelas 12-1.
"Emang gue gak bisa ngerjain soal beginian doang? Orang gue bolos gegara sekolahnya ngebosenin gitu, enak aja nuduh gue nyontek."
"Pake acara bilang gue harus jaga omongan, emang omongan dia cocok jadi guru?"
"Nyerocos aja kerjaannya-"
"Kaya lo." potong Karel yang bahkan lebih tertarik memandang Gladis yang mengomel dari pada membaca bukunya.
"Ini udah malem loh Dis, tenaga lo masih sekuat siang buat ngomel-ngomel gini-"
"Suka-suka gue, udah lo diem aja, gue lagi fokus belajar nih." potong Gladis.
"Ngerjain soal aja, mulut balapan sama tangan." Karel menggeleng-geleng.
Krikkk krikk krikkk.
Sepi.
Pada tidur kah?
Karel mengangkat dagunya.
Gladis sedang membuka soal homeschooling nya, ia tengah serius membedah soal dari pelajaran sekolah umumnya dengan soal-soal lamanya.
Keningnya berlipat begitu dalam.
"Jangan liatin mulu kenapa sih?" lontar Gladis membuat Karel tersadar.
"Lo lebih cocok belajar, dan diem aja kaya gini." kata Karel.
"Lo suka sama gue kan?" Gladis membuka kacamatanya.
"Idihh PD!" Karel menegakkan posisi duduknya.
"Emang iya." sahut Gladis dengan enteng.
"Lo kalo ngomong bisa diotakin dulu gak, Dis?" ucap Karel.
"Kenapa? Lo deg-degan?" Gladis menyeringai.
Karel menggeleng, "Enak aja." elaknya.
"Kalo gue sih iya." sahut Gladis kembali memasang kacamatanya, sambil mengedik.
"Huh?" Karel mengangkat kedua alisnya.
"Gladis, sayang...."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Mama, papa ngapain di sini?" tanya Gladis fokus pada bukunya.
Sedangkan Karel dan Leon duduk di gazebo, dan papa mamanya berdiri di depan gazebo.
"Tian bilang ke mama, katanya ada murid yang nge-fitnah kamu." mamanya memeluk Gladis.
Gladis menolaknya.
"Gak penting banget, aku bisa ngatasin masalah ku sendiri, gak usah repot-repot ke sini." Gladis enggan menatap kedua orang tuanya.
"Dis, dengerin papa, jangan kabur-kaburan lagi sayang." ucap papanya mengusap kepala Gladis.
"Blablablaaaa, ngomongnya nanti aja, Gladis mau belajar," sahut Gladis dengan suaranya yang bergetar."Sayang...." mamanya memeluk Gladis yang membuang muka.
"Mama itu orang nomor 1 yang paling percaya sama Gladis, gak mungkin anak mama nyontek, mama tau sendiri, anak cantik ini gak pernah ngecewain papa mama soal pelajaran." tutur mamanya membuat Gladis tak kuasa menahan tangisnya.
"Tian udah lebih dulu kabari mama, kalo Gladis minta anter ke rumah Bang Leon-"
"Dan soal kelab, soal kejadian di sekolah, semuanya Tian selalu contact-an sama mama."
Pupus sudah Rel, Tian-Tian itu udah sedeket itu sama keluarga Gladis.
Batin Karel yang saat ini masih duduk di samping Leon.
"Sepupu sialan emang si Bastian, eh sini kamu! Ngapain ngumpet di sana?!" Gladis menunjuk pintu ruang makan yang berlapis tirai.
Hah? Gimana? Gimana? Gimana?
Karel yang tadinya tertunduk, segera mengangkat dagunya dengan semangat.
⭐⭐⭐
Yeheyyyyy tamat.
Udah gini doang 🤭
Bye.
Dengkiu.
🤟
9:12 PM
13/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Fiksi RemajaComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...