"To." panggil Venus yang sedang berjalan bersama Brillova dan Rio.
"Eh, duluan aja, gue masih dipanggil Bu Elia." jawab Dito yang terlihat terburu-buru keluar dari kelasnya bersama beberapa siswa lainnya.
"Kenapa lagi sih lo, To? Wakil ketua kelas gak ada tobat-tobatnya." timpal Brillova.
"Jangan sombong dulu kao ibu ketos, gue nih pengabdi kelas yang bertanggung jawab dan-"
"Dito! Buruan!!" teriak Cika.
"Iye, tungguin! bye." Dito berlari mengejar teman-temannya yang lain.
"Yaudah yuk." ajak Venus kemudian berlalu.
⭐⭐⭐
Hari ketiga Gladis sakit, Leon harus tetap bekerja, karena ia juga masih tergolong dokter muda, jadi harus selalu aktif.
Menjelang sore, Leon datang dengan sebuah mobil mengikuti mobilnya yang belum lama memasuki gerbang.
Leon menunggu di luar mobil untuk mengetahui siapa yang datang.
Ternyata ada dua motor lain yang menyusul kemudian.
Mereka adalah para murid.
Satu almamater dengan Gladis.
Kemeja putih, bawahan jingga kotak-kotak, dengan blazer berwarna senada dengan bawahannya.
"Sore kak, Gladisnya di rumah?" tanya salah satu dari mereka.
"Sore, iya." jawab Leon.
"Katanya Gladis sakit ya kak? Kita perwakilan dari kelas 12-6." lanjutnya.
"Oh iya, dari kemaren malem dia demam tinggi, ayo masuk dulu." ajak Leon sambil lalu menunggu dua siswa lain yang mengemudikan motor.
"Karel?" pastikan Leon.
5 murid lainnya menoleh pada anak yang Leon tunjuk.
"Kak Leon." jawabnya cukup santai.
"Ooh iya, ayo masuk dulu." ajak Leon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Gue Dito kak, wakil ketua kelas." perkenalkan Dito saat mereka sudah duduk di ruang tamu.
"Leon." jawab Leon membalas jabatan tangan Dito.
"Aku Cika, ketua kelas 12-6 kak, sama sekalian mau sampain maaf dari Bu Elia, karena gak bisa ikut jenguk." ucap Cika.
"Iya gapapa kok." jawab Leon.
"Ini Bagas, yang di sana Ranti, Aira, yang paling tinggi-"
"Karel." potong Leon.
"Gue liat Gladis nya dulu ya." pamit Leon kemudian.
"Asih," panggil Leon saat hendak masuk ke kamar Gladis.
"Iya dok?" anak Mbok Tami itu segera mengerti maksud Leon saat ia melihat beberapa remaja dengan seragam yang sama dengan Gladis.
"Dis, lo tidur? Ada temen-temen kelas lo tuh, mau jenguk." Leon mengetuk pintu kamar Gladis.
Tidak ada jawaban.
Leon membukanya.
Rapi.
Leon membelalak.
"Asih!!" panggilnya berlari ke dapur.
"Ada apa, den?" Mbok Tami yang baru turun dari lantai dua ikut terkejut.
"Mbok, Gladis kemana?" tanya Leon.
"Ada di kamar tadi Mbok liat den." jawab Mbok Tami.
"Gak ada." jawab Leon segera masuk lagi ke kamar Gladis.
Ia mengecek kamar mandi, tapi tidak ada.
Pikirannya mulai kacau.
Sambil mengotak-atik ponselnya, Leon memeriksa jendela.
Tertutup rapat.
"Kenapa kak?" teman-teman Gladis berlarian mendekat.
"Bentar ya." ucap Leon berusaha tenang.
⭐⭐⭐
Drrrrttt ddrrrt
Ponsel Gladis bergetar.
Di atas meja.
Sial!
Leon meminta teman-teman Gladis untuk menunggu di ruang tamu. Dan mereka juga tau bahwa Gladis tidak ada di kamarnya. Namun mereka tidak tau harus melakukan apa.
"Nyusahin banget sih tuh cewek." ucap salah satu dari mereka membuat lima temannya menoleh.
"Rel," tegur Cika saat mendengar temannya berkata demikian.
"Kalo kalian mau balik, balik dulu aja gapapa, gue mau cari Gladis." ucap Leon menggulung lengan kemejanya.
"Rese lo anjir, hahahaaa."
"Hahhaahaaaa...." tawa itu meredup.
"Rame banget." lanjutnya.
"Gladis!! Lo dari mana?!" Leon melotot melihat Gladis yang berjalan sambil menenteng kantung infusnya.
"Beli nasi goreng." jawabnya santai.
"Kalian dari tadi?" lanjut Gladis duduk di antara teman-temannya.
"Ven, lo temennya Diki kan? Duduk, situ." ajak Gladis pada Venus yang masih berdiri.
"Dito, gue Dito, bukan Diki." sahut Dito.
"Kalian ngobrol dulu aja." ucap Leon kemudian pergi.
⭐⭐⭐
Orang lagi sakit itu gabut sumpah
🤧🤧🤧
Up ke-4 hari ini🤣3:51 PM
25/01/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...