[SSDP]. BP

276 14 0
                                    

        "Panggilan kepada siswi Gladis Nelsaf 12-6 untuk segera menuju ke ruang BP."

Seisi kelas yang tengah sibuk dengan pemecahan soal fisika, mendadak riuh dan terfokus pada satu poros.

"Sekali lagi panggilan untuk siswi Gladis Nel-"

"Pak, saya izin ke ruang BP." Gladis mengangkat telapak tangannya.

"Iya silahkan." jawab guru fisikanya.

"Biasanya juga langsung nyelonong-"

"Ssst ssuutttt ... kerjain!! Ribet banget sih!!" tegur Dito.

"Ayo kembali kerjakan." lanjut gurunya.

"Emang sekolah tempat nyinyir ya? Nyesel gue minta sekolah umum, murid kok rumpi nya ngalahin tajemnya silet." omel Gladis selama perjalanan menuju ruang BP.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

        "Gladis!" panggil seseorang yang berlari dari arah lapangan.

"Kenapa dipanggil BP?" tanya Venus yang masih mengenakan kaus olahraganya.

"Gak tau, udah dulu ya." pamit Gladis kemudian berjalan ke arah ruang BP yang berdekatan dengan lapangan.

"Permisi." ucap Gladis di ambang pintu.

"Masuk." jawab Bu Sindia.

Di dalam sana ada Bu Hana, Bu Elis dan seorang siswi.

"Duduk." perintah Bu Sindia.

"Ada apa bu?" tanya Gladis.

"Kamu kenal anak ini?" tanya Bu Sindia.

Gladis menggeleng ragu.

"Amira, kamu tau dia siapa?" tanya Bu Sindia.

Gadis itu mengangguk patah-patah.

Gladis menoleh dengan kening mengerut.

"Lo anak kelas 11? Emang pernah ketemu gue dimana?" tanya Gladis.

"Kamu diem dulu!"

Gladis mengerjab saat Bu Sindia membentaknya.

"Amira, apa dia yang sudah merundung kamu?" tanya Bu Sindia.

Lagi-lagi anak itu mengangguk.

"Huh???" Gladis mengerutkan keningnya lebih dalam.

"Lo jangan main-main ya, oh jadi lo anak yang dikunciin di toilet??" Gladis teringat pada anak yang ia selamatkan di toilet.

"Gladis! Jangan mengelak lag-"

"Maaf bu, bisa kasih saya buktinya kalo emang saya yang ngelakuin itu?" ujar Gladis tak terima.

"Ada saksi matanya, Anya kamu bisa jelaskan dari awal?"

Seorang gadis lagi masuk.

Gladis sepertinya pernah melihat anak itu.

"Iya bu, saya kebetulan lagi ada di toilet, saya denger ada yang lagi berantem, dan suaranya mirip banget sama suara dia, begitu saya ngintip, saya liat dia ngunciin Amira di toilet." ucap anak itu.

"Eh, jangan sembarangan nuduh lo, gue bahkan lagi ujian-"

"Bu Hana, bisa sekalian kita bahas jawaban ujiannya?" ucap Bu Sindia.

"Maaf Bu Sindia, tapi-"

"Bu Elis, saya tau anda wali kelasnya dan berhak membela, tapi biarkan Bu Hana menjelaskan dulu." potong Bu Sindia.

"Nilai kamu selama hari pertama di SMA Wattpadian sama sekali berbeda dengan hasil homeschool kamu, sering absent di kelas saya, dan tugas juga jarang mengumpulkan,"

"Bagaimana saya percaya dengan nilai ujian kamu yang bisa sempurna?" jelaskan Bu Hana.

"Saya belajar, bu." ucap Gladis tak terima.


⭐⭐⭐


         "Maaf ya Gladis, saya belum bisa bantu banyak, tapi saya janji, untuk mediasi selanjutnya pasti akan say-"

"Maaf bu, apa semua sekolah memang begini? Mediasi? Gak salah denger saya? Kalo boleh jujur, saya lebih diintimidasi dari pada dimediasi."

Gladis tak takut menatap balik mata elang Bu Sindia yang paling ditakuti murid Wattpadian.

"Kamu beran-"

"Sekali lagi saya bilang maaf, tapi apa iya(?) pernyataan saksi mata tanpa bukti bisa buat menuntut tersangka di pengadilan?"

"Maaf kalau saya lancang, saya memang belum pernah sekolah umum, tapi saya bukan katak berumah tempurung berjuta tahun, pelajaran homeschooling saya sudah 3  grade lebih tinggi dari sekolah umum, maaf kalo kesannya saya sombong soal pelajaran, permisi."

Gladis meninggalkan ruangan.

"Gladis! Kembali!!!" pekik Bu Sindia.

"Wah murid baru sudah berani ngelawan guru nya, dimana nilai plus nya anak itu bisa diterima di sekolah ini?!" Bu Sindia naik pitam.

"Bu Elis, buat janji dengan orang tuanya, bukan walinya, saya mau bicara dengan orang tuanya!" lanjut Bu Sindia.

"Baik bu, nanti saya kabari lagi, saya permisi dulu." pamit Bu Elis, walikelas Gladis.

"Gladis ... Gladis tolong tunggu sebentar." panggil Bu Elis membuat Gladis menoleh.

"Gladis, ibu minta tolong, tolong ikuti instruksi dari ibu, ibu percaya sama kamu, tapi tolong ikuti saja prosedur sekol-"

"Saya gak salah bu, saya gak mau disalahin, saya punya hak membela diri, saya sekolah di sini juga bukan untuk ngemis-ngemis, maaf saya masih ada kelas." Gladis meninggalkan wali kelasnya.

⭐⭐⭐

Yeayyyh beyibeh



6:30 PM
13/02/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang