Sejak kembali dari ruang BP, Gladis lebih banyak diam.
Ada banyak hal yang harusnya membuatnya marah-marah, namun Gladis masih lebih banyak terdiam.
Dito mengganggunya lebih dari sepuluh kali saat mengerjakan tugas dari guru yang sedang sakit.
Atau Venus yang tak berhenti menelfonnya.
Atau Karel yang berusaha menantangnya duel soal.
Semuanya sia-sia.
Bel istirahat baru terdengar, dan Gladis sudah beberapa menit lalu duduk di salah satu kursi taman.
Ia menyumpal kedua telinganya dengan earphone, dan memenuhi dirinya dengan musik klasik.
Gladis menghirup udara sebanyak-banyaknya, mengganti sesak di paru-paru nya. Di bawah payungan pohon teduh itu Gladis belum bisa berhenti mengumpat dalam hati.
"Sialan!!!!"
Gladis yang sejak tadi memejamkan matanya sekarang menghentak-hentakkan kakinya di tanah.
"Bentar deh, cewek tadi bukannya yang waktu itu di toilet ya? Dea? Eh, yang temennya!"
"Waah kurang ajar banget, ceritanya mau ngambing-hitamin gue?" Gladis menggenggam tangannya erat-erat, hingga buku-buku tangannya memutih.
"Sial!!!"
Gladis mengacak-acak rambutnya kemudian menunduk.
Huuwaaah gue pengen homeschool lagi, sekolah gini cuma gali kuburan sendiri, gila orang sinting dimana-mana!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kalo lo emang gak ngelakuin, gak usah ambil pusing," Gladis menoleh saat seseorang duduk di sebelahnya.
"Gue denger-denger lo dituduh nge-bully adik kelas? Dan nyontek di ujiannya Bu Hana?"
Itu Venus, yang sekarang menyodorkan minuman untuk Gladis.
Gladis tidak meliriknya sama sekali.
"Lo udah sering traktir Bintang, anggep aja ini dari Bintang." ucap Venus menyodorkannya lagi.
Venus merasakan kekakuan yang berarti di sana, "Gue harap masalah lo cepet kelar Dis, gue cabut dulu ya." Venus menepuk pundak Gladis sekali.
"Nus!" panggil Gladis membuat Venus kembali duduk di kursi itu.
"Lo kenal Dea gak?" tanya Gladis, dijawab anggukan oleh Venus.
"Mantan gue, kenapa?" sahut Venus.
"Sialan!! Atau jangan-jangan dia yang lo ceritain suka sama Karel?" tebak Gladis.
"Iya, Dea." Venus mengangguk semangat.
"Hhhaaaarkh...." eluh Gladis membiarkan duduknya merosot di kursi taman.
"Udah sana pergi." usir Gladis.
"Tapi Dis, boleh gak kalo panggil gue Ven aja? Kalo Nus, kedengerannya gak enak, sumpah." ujar Venus berniat menghibur Gladis.
Gladis menekan kedua kepala earphone nya agar lebih menutupi lubang telinganya.
"Gue cabut aja kalo gitu." Venus pergi dengan merengut.
⭐⭐⭐
"To, lo sahabat Venus kan?" tanya Gladis saat jam kosong kembali memberkahi kelasnya.
Dito mengangguk semangat.
"Dea kelas 12 mana?" tanya Gladis.
"Dea??" tanya Dito yang kemudian mengundang Karel untuk menoleh juga.
"Gak usah sok ling-lung, kasih tau gue dan gue kasih lo contekan." Gladis mengangkat buku berisi tugasnya yang bahkan sudah selesai.
"12-1." jawab Dito cepat.
Gladis memberikan bukunya kemudian keluar.
"Dis, mau kemana?" tanya Cika.
"Dipanggil BP." sahutnya keluar dari kelas.
"Karel, lo juga mau kemana?" cegat Cika lagi.
"Toilet." sahut Karel nyelonong keluar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Permisi," Gladis berdiri di ambang pintu kelas 12-1.
"Ada apa?" ternyata guru yang mengajar adalah walikelas 12-1 sendiri, Bu Hana.
"Mau panggil Dea bu." ujar Gladis masih di ambang pintu.
"Untuk urusan apa kamu mengganggu pelajaran saya?" ucap Bu Hana.
"Kalo bicaranya di BP aja, kayanya kita bertiga gak bakal ganggu kelas ibu."
#SavageGladis2020.
"Dea, keluar dulu sebentar." ajak Bu Hana.
"Kalo Bu Hana gak ijinin wali kelas saya buat bela saya, jangan harap saya biarin Bu Hana bisa ngebela anak kelas Anda di BP." kata Gladis menyambut Bu Hana yang baru saja keluar bersama Dea.
Di ruang BP.
"Saya punya masalah pribadi sama Dea, dan kejadian di toilet kemaren, saya bener-bener cuma ngebantu Amira bukain pintu toilet." jelaskan Gladis.
"Lantas urusannya dengan anak kelas saya apa?" timpal Bu Hana.
"Kalau tadi walikelas saya gak ada kesempatan bicara, jadi saya gak bawa walikelas saya ke sini, sekarang."
"Jadi mohon Bu Hana jangan lebih memperjelas keadaan kalau Anda mengintimidasi saya." jawab Gladis.
"Sebelum ke toilet, saya melihat Dea dan temannya —yang tadi Bu Sindia bilang saksi— juga keluar dari toilet dengan sebagian rok seragamnya basah." tutur Gladis.
"Bisa saja kamu cuma mengada-ada untuk membela diri-" potong Bu Sindia.
"Dan bisa jadi Dea dan temannya yang tadi mengada-ada untuk menjebak saya seolah saya pelakunya di sini." potong Gladis juga.
"Belajar di sekolah umum begini ternyata berita cepat menyebar, Anda kira berada di posisi saya sekarang akan nyaman?"
"Saya juga punya hak membela diri, karena saya memang gak ngelakuin bullying!" lanjut Gladis.
"Saya punya bukti nya, bu."
Semua mata menoleh bersamaan.
⭐⭐⭐
Hiyyahhh, sequyi lah gaskeun kelar kan🤣🤭
7:28 PM
13/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...