"Hahahh, masa makan ginian doang dia kalap." Gladis kembali mengumpulkan fokusnya pada buku-bukunya.
"Lo udah gila?"
Gladis menjatuhkan bukunya dengan malas.
"Mau mati aja gak?" ucap Leon berdiri di depan gazebo dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.
"Kalo gue idup, nyusahin lo banget ya, Bang?" Gladis tersenyum lebar dengan ikhlas.
Leon terdiam sejenak kemudian ia memutuskan untuk duduk di samping Gladis.
Ia meraih kepala Gladis dan membawanya mendekat.
Gladis mengelaknya, "Gue hidup hampir 18 tahun, dan lo tau? Cuma ada berapa hari gue bisa ngerasain bernafas kaya anak-anak lain?"
"Gue cuma mau ngerasain punya orang tua, gue cuma pengen ngerasain punya keluarga,"
"Emang salah gue yang bego, gue cuma mau kalian ngeliat gue bentar aja, seenggaknya inget gue meskipun cuma satu jam." Gladis kembali menepis tangan Leon yang hendak memeluknya.
"Dis-"
"Lo pinter, papa mama selalu nurutin apapun yang lo mau, lo punya temen, lo bebas, dan gue cuma upik abu nya!" Gladis berusaha membuang wajah karena air matanya yang sekarang tumpah.
"Akan lebih baik kalo gue bisa denger lo bilang, gue cuma anak pungut di keluarga lo, Bang!!!"
Syuuutttttt.
Leon menarik Gladis kuat-kuat, melawan penolakan adiknya. Ia memeluk Gladis dengan bahunya yang bergetar, tanda ia menangis.
⭐⭐⭐
"Gue pernah sama marahnya kaya lo sekarang Dis, gue abang lo, gue udah lebih dulu ada di posisi lo sekarang."
Leon sekarang sedang mengemudikan mobilnya memecah gelap.
"Gue pernah nakal, jauh dari kata biasa," Leon menepikan mobilnya.
Gladis hanya bersandar malas di kaca mobil kursi penumpang belakang.
"Dis." Leon melepas seatbelt nya dan turun untuk membukakan pintu untuk Gladis.
"Abang tunjukin, kenapa abang marah besar soal semalem." Leon setengah membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya dengan sang adik.
Leon menggandeng tangan Gladis yang ikut turun dengan malas.
Mereka sudah berkemudi hampir satu jam, dan Leon mengajak Gladis ke sebuah arena balap super besar, beberapa kali lebih ramai dari yang Gladis hampiri semalam.
Leon sama sekali menggenggam telapak tangan Gladis sepanjang jalan.
Mereka hanya melihat-lihat kehidupan malam di tempat yang membuat telinga pengang itu.
"Bang Leon!" sorak seseorang yang baru saja dikerumuni orang-orang.
Leon yang sedang mengenakan pakaian santai dihampiri oleh anak itu.
"Udah lama banget nih, tumben ke sini lagi, mau ambil race lagi?" ucap cowok yang memakai setelan balap itu.
Leon menggeleng, "Gue mau liat-liat aja, lo mau lagi perayaan menang kan? Balik aja Ben." ucap Leon.
"Kalo butuh sesuatu, bilang gue aja bang." pesan anak itu sebelum pergi.
"Ngap-"
"Liat mereka, anak cewek gak pantes ada di tempat kaya gini Dis, abang anak super bandel, tapi abang paling benci ngeliat anak cewek tengah malem, pake baju kurang bahan di tempat gini,"
"Mereka cuma jadi sasaran empuk cowok kurang ajar." Leon menunjuk arah lain dari sisi arena balap yang cukup remang itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Dan itu tempat yang paling abang sesali." Leon menunjuk sebuah bangunan di dekat arena balap.
Kelab malam.
"Gue gak pernah berpikiran adik gue satu-satunya juga nginjakin kaki di tempat kaya gini." sekarang keduanya berjalan memasuki bangunan itu.
Tanpa penjagaan.
Jadi keduanya bisa langsung masuk.
Sekali lagi, Leon menggandeng Gladis tanpa melepasnya sedetikpun.
"Minuman sialan itu juga pernah gue minum, gue pernah juga duduk di sana, ikut gila-gilaan di tengah sana." Leon merangkul Gladis di bibir pintu masuk.
"Dan gue gak mau adik gue jadi cewek-cewek yang mabok di kelab kaya gue. Gue gak pernah rela Dis." Leon memutar badan Gladis menoleh padanya.
"Tempat kaya gini bahaya banget buat lo, gue gak mau lo kaya mereka." Leon menoleh pada betapa bejad nya aktifitas bebas di dalam tempat itu.
"Gue gak rela adik cewek gue satu-satunya harus senakal gue dulu-"
Leon terbungkam saat Gladis memeluknya.
"Maafin abang ya, Dis." ucapnya mengalahkan denging musik di dalam kelap.
"Dan makasih udah mau jujur sama abang, selalu jadi Gladis yang selalu berani ngomong kalo abangnya gak becus, ya." ucap Leon balas memeluk Gladis dengan erat.
⭐⭐⭐
Lagi ada mood, mau ngelarin ini work🤣🤭
Sebelum masa liburanku berakhir, ehew, wqwqwqqq9:39 PM
12/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...