Melihat Gladis turun dari bus, Karel segera menepikan motornya dan meninggalkannya sembarang demi mengejar Gladis.
Ia mempercepat larinya saat Gladis terlihat tergesa memasuki sebuah kelab.
"KTP." seorang penjaga bertubuh besar menahan Karel yang berlari hendak masuk.
"Pak saya udah 18 tahun, anak cewek yang tadi temen saya, dia bahkan belum 18 tahun." Karel menunjuk pintu masuk.
"Dia VIP di sini, tunjukkan KTP kamu!" kata pria itu.
"Hhharkhhh!!" Karel menghentakkan tangan kekar pria itu, ia sedang tidak membawa dompetnya karena terburu-buru mencari Gladis.
"Sial!" umpatnya berjalan frustasi ke arah motor sambil menendang paving.
Namun langkahnya terhenti.
Ia mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya.
"Pak, saya ada scan nya, bisa kan? Ini berkas resmi untuk passport." Karel menunjukkan ponselnya.
Perdebadan cukup panjang sempat terjadi, namun akhirnya Karel berhasil juga masuk ke kelab itu.
Rungan pengap, gelap, nan berisik itu disoroti lampu-lampu warna-warni di antara kegaduhan.
Suasana yang sesak segera tiba di indera Karel.
Tanpa perduli lagi, ia hiraukan dan sibuk mencari Gladis.
Matanya begitu sibuk menyapu setiap sudut ruangan, selagi badannya menyelip sana-sini memecah kerumunan manusia yang sedang menari ria.
Di sebuah meja bar panjang terlihat beberapa orang duduk di sana, Karel bisa menangkap gadis dengan rambut dicepol itu tengah menelungkupkan kepalanya di bawah botol serta gelas berisi wine.
Karel bergegas menghampiri gadis yang mengenakan kaus putih lengan panjang dan ripped jeans itu.
"Dis..." Karel mengguncang pelan bahu Gladis.
⭐⭐⭐
"Lo udah gila ya?!!" Karel merampas botol yang bahkan sudah tersisa setengah itu, ketika Gladis dengan beleberan menuangkannya lagi ke gelas.
"Sini." dengan lemas Gladis meminta kembali botolnya.
"Dis, sadar!" Karel meletakkan botol itu jauh dari Gladis, kemudian ia mengguncang bahu Gladis kuat-kuat.
Gadis yang setengah sadar itu malah tertawa di saat yang seharusnya membuatnya naik pitam ketika sedang sadar sepenuhnya.
"Hikss hiks."
Usai Karel berusaha menyadarkannya, Gladis malah menangis dalam tunduk.
"Dis...." Karel yang khawatir segera turun dari kursi bar dan menunduk demi mengecek wajah Gladis.
Syuuutttt
Gladis mengalungkan kedua tangannya di leher Karel.
Wajahnya terbenam di bahu Karel.
"Bang Leon, jangan tinggalin Gladis lagi, hikssss gue takutuuuuhhut hikks."
Gladis bahkan berjinjit agar bisa memeluk Karel yang jauh lebih tinggi darinya.
Karel yang terkejut karena Gladis tiba-tiba memeluknya, segera berusaha melepaskan tangan Gladis dari lehernya.
Namun Gladis mempertahankannya lebih kencang, dan meracau dengan kata-katanya.
"Abang macem apa lo? Lo ninggalin gue, lo lupa sama janji lo yang bakal jadi temen gue di rumah!!! Hahaa hiksss hiks."
"Gue sendiri Yon, mereka sibuk ke sana-sini nyari duit, dan sekarang lo juga, sialan lo, abangsat lo, hiksss,"
Gladis memukuli punggung Karel dengan sisa tenaganya, "Kenapa gak mati aja kalian, biar gue lebih menderita, anji-"
"Ssstt sttt sssssttttt." penggal Karel sambil mengangkat kedua tangannya untuk membalas pelukan Gladis.
Kedua tangannya mengusap punggung Gladis yang sekarang menangis sejadi-jadinya.
"Abang lo sayang banget sama lo, Dis." bisik Karel tepat di depan telinga Gladis yang masih membekap wajahnya di bahu Karel.
⭐⭐⭐
"Gue haus, mau minum dulu bang." ucap Gladis meraih botol wine nya ketika Karel hendak menggiringnya pulang.
"Dis, udah, jangan lagi." Karel mengerutkan keningnya, dia kesal namun masih berusaha menenangkan dirinya.
Diambilnya lagi botol dari Gladis.
Namun gadis itu malah merengek dan duduk jongkok layaknya anak kecil yang merajuk.
"Huuhftt." Karel meletakkan botol itu ke meja dan menarik Gladis agar berdiri.
"Ayo pulang!" Karel masih berusaha menarik Gladis yang balik meronta.
"Lepasin gue gak!! Gue panggil security nih!" ancam Gladis namun jika didengar itu lebih seperti ancaman anak kecil.
Karel memutar bola matanya, "Terakhir, habis itu pulang!" Karel menuangkan setengah gelas wine, yang segera ditandaskan oleh Gladis.
Seusainya, Gladis berjalan sempoyongan dalam dekapan Karel keluar dari kelab itu.
Sekarang ia kembali bingung.
Pasalnya, ia kemari dengan membawa motor.
Dan tidak mungkin membawa Gladis yang mabuk, pulang dengan motor.
Gladis melepas rangkulan Karel, ia duduk jongkok di torotoar jalan dengan wajahnya yang terlihat agak merah dan agak membengkak.
Karel menatap wajah lesu tanpa semangat itu.
"Hhharkhhh." Karel menendang ban motornya dengan kesal.
Triickkk Trickk
Sebuah pajero putih menepi dengan lampu depan yang menyorot tajam.
Oh iya, gue lupa kalo udah kabari Bang Leon.
Karel akhirnya sedikit lega.
⭐⭐⭐
Ohooo aku up lagi nih.
Ngebut, ngebut, ngebut...
Mulai minggu depan kayanya aku bakal agak sibuk soalnya🤭9:30 AM
11/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...