"Ada PR?" tanya Gladis memasukkan kepalanya di pintu kamar tamu yang terbuka sedikit.
Karel yang sedang duduk di meja belajar segera menoleh.
Ia menemui Gladis memasukkan kepalanya, dan membiarkan badannya masih di luar kamar.
"Lo udah baikan?" tanya Karel berjalan ke arah pintu.
Gladis menarik kepalanya, dan mundur selangkah saat Karel membuka pintu kamarnya, kemudian ia mengedik masabodo.
"Ada PR buat besok?" ulang Gladis menunjuk ke dalam kamar tamu yang di tempati Karel.
"Oh iya, besok ada ulangan, mau belajar bareng gak?" tawar Karel.
Gladis tidak memberi respon semangat, "Gue tunggu di bawah." kemudian Gladis berlalu.
"Tuh anak gak kepentok botol wine kan?" cicit Karel sambil kembali masuk ke kamarnya dan mengambil buku-bukunya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Dis,"
Karel tiba di lantai bawah dan ia tidak menemukan Gladis di sana.
"Jangan-jangan tuh anak ngibulin gue, masih mabok kali ya tuh anak." lanjut Karel mencoba mengecek ruang tamu.
"Mas Karel, ditungguin Gladis di belakang." Asih menghampiri Karel yang membawa buku-bukunya.
"Di belakang?"
Karel akhirnya berjalan menuju halaman belakang, ia bahkan baru tau jika di sebelah kolam renang ada gazebo.
Dan Gladis tengah membaca-baca salah satu dari beberapa tumpukan bukunya.
"Emang ngebaca buku segitu banyak dalam semalem bisa ngebantu lo jawab soal?" ujar Karel segera bergabung di gazebo.
"Cara belajar orang, beda-beda 'kan?" timpal Gladis meletakkan bukunya.
"Besok ujian materi apa?" lanjut Gladis membenahi kacamatanya.
"Hhm." Karel mendengus di sela seringai kecilnya.
"Kenapa lo?" tanya Gladis mengerutkan keningnya.
Karel menggeleng masih dengan seringainya, "Bukan lo banget."
"Inih?" Gladis menunjuk kacamatanya.
⭐⭐⭐
"Gue mau nantang lo buat duel soal lagi." ucap Gladis menunjukkan beberapa soal di buku pegangannya.
"Karena pertama kali duel waktu itu, gue belum penyesuaian sama materi sekolah, jadi sekarang gue mau nantang lo lagi." lanjut Gladis.
"Emang sekarang lo udah? Bukannya kerjaan lo bolos mulu?" ejek Karel.
"Liat aja nanti." kata Gladis tidak ambil pusing.
"OK, kalo gue menang? Lo jauhin Venus?! Deal?"
"Kesepakan yang sama kaya waktu itu." ucap Gladis mengotak-atik ponselnya.
"Deal atau nggak?" tanya Karel.
"Mulai, 3, 2,"
Trett.
Hitung mundur di ponsel Gladis mulai berjalan.
"Jadi kenapa gue harus jauhin Venus? Dan kenapa lo gak berenti nyuruh gue jauhin Venus?" ucap Gladis dengan tangan dan mata yang sibuk pada bukunya.
"Dia cuma mainin lo." jawab Karel yang sama sibuknya dengan soal.
"Gue bisa jaga diri,"
"Lo suka sama dia." potong Karel membuat Gladis memalingkan fokusnya dari buku.
"Maksud lo?" Gladis mengerutkan keningnya.
"Dan lo mungkin tau dia juga deket sama beberapa cewek lain, tapi juga mungkin lo gak tau cewek mana yang bener-bener dia kejar." jelaskan Karel tanpa berpaling dari 3 soalnya.
"Kenapa lo sepeduli itu sama gue?"
Karel diam.
Ia sibuk dengan bolpoin dan kertasnya.
"Kenapa?" ulang Gladis.
Tapi Karel tetap diam.
Greeep.
Gladis merampas bolpoin dari tangan Karel.
"Kalo gue gak mau jawab?" Karel juga mengangkat dagunya.
"Kenapa gue harus nurut omongan lo yang bahkan gue gak tau kenapa lo nyuruh gue ngelakuin itu?" bela Gladis.
"Dan gue tetep gak bakal jawab, karena gue udah kelar ngejawab, dan lo belum, artinya gue menang."
"Gak susah kan permintaan gue, kalo lo emang gak suka sama dia, bukan masalah besar buat ngejauhin dia." ucap Karel.
"Ini cemilannya, semangat belajarnya Dis, Mas Karel." Asih datang dengan semangatnya, di waktu yang tidak tepat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Iya juga sih, ngapain gue nyolot, gue emang beneran gak suka sama tuh planet.
Gladis masih melanjutkan kegiatannya menyelesaikan soalnya.
"Udah nih punya gue, bener gak?" Gladis menunjukkan jawabannya pada Karel.
Karel yang sibuk membaca catatannya terkesiap saat Gladis memintanya memeriksa jawabannya.
Karel memeriksanya dan Gladis sibuk dengan cemilannya, "Udah bener kok." kata Karel mengembalikan buku Gladis.
"Nih, makan." Gladis menerima bukunya, sambil menyodorkan piring cemilannya.
Karel terkesima.
"Lo kenapa gini sih, Dis?" ucap Karel terlihat tertarik.
"Gini, yang kaya gimana?" tanya Gladis mengangkat kedua alisnya.
"Semau-mau lo, tadi lo ngotot banget sekarang sesantai ini, lo kadang ngeselin tapi bisa se-humble ini, lo bisa seberisik toak, tapi lo bisa friendly itu sama anak kecil." ucap Karel sambil memakan kudapan di piring.
Gladis nampak berfikir keras, "Karena...."
"... karena gue cuma Gladis Nelsaf." jawabnya santai.
"Hhhaaahhh huhfh hahh...."
"Hwhahhahaaa...."
Gladis tertawa puas.
"Lo gak bisa makan pedes?" ucap Gladis menyeka sudut matanya yang basah.
"Haaahh ... air, gue butuh ekstra air." setelah menenggak dua galas air, Karel berlari memasuki rumah untuk mencari tambahan air.
⭐⭐⭐
Double up, today🤟
8:52 PM
12/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...