[SSDP]. Degup

291 15 0
                                    

         "Iya mak?" Gladis yang baru saja turun dari salah satu bus, menerima panggilan saat ia mampir di pos satpam komplek.

"Pak Haris." sapanya sejenak kemudian duduk di lantai beranda.

"Jangan di lantai, Dis." Pak Haris tergopoh mengeluarkan kursi.

"Udah sampe kok mak, tenang aja, kalo ada apa-apa di jalan kan Adis bisa tunjukin foto, yang ada babeh nya." Gladis terkekeh sambil berpindah duduk di kursi, setelah mengisyaratkan terimakasih pada Pak Haris.

"OK mak, bye."

Gladis memasukkan ponselnya di dalam saku jaket yang sekali lagi Bian pinjamkan, sekalipun jaket lamanya belum Gladis kembalikan setelah Leon menyembunyikannya.

"Kok ada kursi lucu gini pak?" Gladis nyengir menatap kursi polka-dot berwarna hitam putih.

"Ya karena Gladis sering duduk di lantai, jadi saya bawakan kursi dari rumah." ujar Pak Haris.

"Repot-repot banget pak, kan aku kalo mampir bentar doang, pasti Pak Haris bawanya susah." kata Gladis merasa bersalah.

"Nggak kok Dis, sekalian nyobain motor habis di-service." jelaskan Pak Haris.

"Pak Haris aku balik dulu ya." ucap Gladis setelah mendapat pesan dari kakaknya yang menyuruhnya cepat pulang.

Pak Haris mengangguk sopan.

"Bang Leon! Mau kemana?" teriak Gladis berlari mengejar langkah Leon yang keluar dari gerbang rumahnya bersama Karel.

⭐⭐⭐


          "Bang, bungkus satu lagi ya." ucap Gladis yang sibuk makan nasi goreng Mas Pojok.

"Buat siapa Dis? Asih?" tanya Leon.

"Oh kalo gitu dua." lanjut Gladis.

"Sama Mbok Tami?" tanya Leon lagi.

"Oh kalo gitu tiga." sahut Gladis membuat Leon terbelalak.

"Udah pesenin aja dulu, pake duit gue kok." lanjut Gladis.

"Gimana ujian lo tadi?" tanya Karel saat Leon masih memesankan nasi goreng yang Gladis minta.

"Lancar lah, ngeremehin gue lo?" ucap Gladis dengan mulutnya yang penuh mengunyah.

"Syukur-syukur ntar lidah lo kegigit." timpal Leon yang kembali bergabung duduk.

"Gue aminin buat lo." sahut Gladis.

"Dari rumah siapa tadi? Kok sampe malem? Gak teflon gue lagi." lontar Leon.

"Kan lo bilangnya, 'kalo mau gue jemput telfon gue aja', kan gue gak mau dijemput, jadi gak perlu nelfon kan?" jawab Gladis santai.

"Jawab mulu kerjaan lo." ucap Karel selesai dengan makannya, menyusul Gladis yang sekarang sudah menenggak teh hangat nya.

"Lupa aja tadi gak gue tuangin sambel ke nasi goreng lo." jawab Gladis ketus.

"Udah, besok kalian berangkat jam berapa?" lerai Leon.

Gladis menggeleng.

"Jam 6 kita udah harus stay di bus, kak." jawab Karel.

"Besok gue anter jam setengah enam."

"Sebelum jam 5, gak boleh ada yang masih tidur." ingatkan Leon.

"Ya kalo ketinggalan bus, anterin aja ke tempat wisatanya, katanya mau jadi abang yang baik." sahut Gladis mengambil pesanannya di Mas Pojok.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Bukannya kalian satu sekolah sama Brillova?" tanya Leon saat ketiganya beriringan berjalan menuju rumah.

"Seragamnya sama gak?" sahut Gladis tak sabaran.

"Kenapa gak diundang? Kayanya banyak temen-temen sekolah lo, lagi ulang taun kali dia." ujar Leon.

Gladis membuang muka karena ucapannya tak digubris Leon.

"Mau diundang kek, gak diundang kek, gue gak punya duit beliin kado buat anak orang kaya." kata Gladis kemudian mengeluarkan dua bungkus nasi goreng.

"Kasih Mbak Asih sama Mbok Tami." perintahnya sambil meletakkan dua bungkusan panas itu di atas telapak tangan Leon, kemudian pergi.

"Dis!" panggil Leon tapi ia masih sibuk membenarkan posisi bungkusannya yang super panas.

"Gue kejar Gladis, kak." ucap Karel kemudian ikut berlari.

"Eh bocah, bantuin gue bawain, wah pada kurang ajar emang tuh anak dua." omel Leon berjalan masuk ke halaman rumahnya.

"Dis, lo mau kemana sih?" tanya Karel begitu tiba di sisi Gladis.

"Pos satpam," jawab Gladis menepikan langkahnya ke pos jaga. "Pak Haris...." sapanya dengan riang.

"Lo jadi tukang anter makanan atau gimana?" bisik Karel.

"Ssstt." Gladis menyodorkan nasi goreng itu untuk satpam di kompleks nya.

"Duh Dis, saya nanti juga dibawain bekal sama anak saya, jangan repot-repot gini." ucap Pak Haris sungkan untuk menerimanya.

"Gak repot kok pak, nih, dia yang beliin kok." Gladis menunjuk Karel setelah meletakkan bungkusan nasi di meja satpam.

Karel terbelalak, "Duh mas, makasih sekali, tapi lain kali jangan repot-repot mas." ucap Pak Haris membuat Karel gelagapan.

"Bu-buk-"

"Bubuk abon nya sudah habis pak, jadi pake sayur ekstra, biar Pak Haris semangat jaga malamnya." timpal Gladis.

"Duh maaf nih saya ngerepotin mas, omong-omong siapanya Gladis mas?" tanya Pak Haris.

"Sepupu." Gladis memeluk lengan Karel.

Dug

Dug

Dug

Dug

Dug

"Ini suara jantung siapa ya?" Gladis-Karel-Pak Haris.

⭐⭐⭐

Selamat pagi🤟






7:39 AM
13/02/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang