"Bri, bareng gue yuk." Brillova yang sedang menunggu bus menoleh saat sebuah motor hitam berhenti di sebelahnya.
"Gak salah nih?" Brillova melihat jam tangannya.
"Tunggu, jam gue gak rusak kan?" Brillova mengeluarkan ponselnya.
"Ah lama, gue tinggal juga nih, gue gak nawarin dua kali loh." ucap Venus.
"Iya ini naik, bangor." ucap Brillova yang sekarang sudah ada di boncengan motor Venus.
"Jangan ngebut, ngebut dikit gue bilang mama pokoknya biar uang bensin lo dipotong." ujar Brillova.
"Ketos kang ancam emang kerjaannya." ucap Venus menutup kaca helmnya.
Saat Brillova hendak memukul pundak Venus, cowok itu malah menarik gas motornya membuat Brillova urung memukulnya dan memilih menyelamatkan diri dengan berpegangan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kerjaan kimia yang semalem udah lo bawa?" tanya Brillova saat turun dari motor Venus.
"Udah." jawab Venus melepas helm nya.
"Cek dulu, gue nggak mau ya capek-capek gue yang semalem gak guna gara-gara bukunya gak lo bawa." ujar Brillova yang masih berdiri di samping motor Venus.
"Ribet banget dah ibu negara." eluh Venus yang baru selesai membenahi rambutnya segera membawa tasnya ke depan dada.
Venus mengaduk-aduk isi tasnya, "Eh,"
"Kok nggak ada?" Venus hampir memasukkan kepalanya secara penuh ke dalam tasnya.
"Tuh kan, balik gak lo?!! Ambil buku lo, Venus!" Brillova memukuli Venus.
"Aarkh, bawa, bawa ... bawa kok, becanda." Venus mengeluarkan bukunya.
"Nyebelin banget sumpah, udah buruan masuk, jangan telat mulu." Brillova menarik kerah baju Venus.
"Iya sayang, ini masuk." jawab Venus pasrah digeret Brillova.
"Sayang-sayang, sayang pala lu bulet." kata Brillova melepaskan tangannya dari kerah baju Venus.
"Ciahh blushing, sayangnya Pak Jukri noh maksud gue." Venus menjulurkan lidahnya pada Brillova kemudian berlari masuk.
"Mati aja lo Venus!" teriak Brillova kemudian menangkup kedua pipinya yang terasa memanas.
⭐⭐⭐
"Ditooooo!!" dua pentolan, biang kerusuhan SMA Wattpadian memasuki kelas 12-6. Mereka mencari satu lagi partner in crime mereka, yang tak lain tak bukan adalah Dito.
Namun yang mereka cari tidak ada di singgasananya.
"Tumbenan nih kelas anyep, biasanya juga pada dangdutan pagi-pagi." ucap Rio keluar ketika mereka tidak menemukan temannya.
"Lagi pada sariawan kali." ucap Venus sekenanya sambil lalu ikut keluar dari ruang kelas itu.
"Jangan bilang si Dito gak masuk sekolah gara-gara sariawan?" tawa Rio pecah seketika.
"Suka gak ngotak lo kalo ngomong." sahut Venus yang terkekeh.
"Yakan sapa tau." cengir Rio.
"Bri!!" panggil Venus saat melihat Brillova.
"Gangguin Brillova dulu yuk, Yo, sekalian nunggu si Dito." usul Venus.
"Gue sumpahin lo bedua jodoh." sahut Rio.
"Yang kaga-kaga lo kalo ngomong." jawab Venus terus jalan mendekat ke arah Brillova bersama Rio.
"Lagian gak ada Ven yang namanya 'pertemanan' diantara anak cewek sama anak cowok." ucap Rio.
"Kan gue bukan anak-anak lagi." Venus mencebik sambil mengangkat kedua alisnya.
"Mbak ketos rajin banget, sapu kelas gue sekalian gih." Rio hanya memperhatikan Venus sambil bersedekap dada.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Gut morning epribadehhh, kembaran Jastin Biber is kaming." salam Dito yang seperti biasa, masuk kelas dengan sibuk mengacak-acak isi tas nya.
"Bwahh, buku gue kemana yak?" tiba-tiba Dito berhenti di dekat tempat ia duduk, kepalanya terangkat mengingat-ingat dimana bukunya.
"Udah gue masukin deh kayanya." monolognya dengan wajah seperti orang linglung.
"Di depan meja guru."
Mendengar ucapan temannya, Dito segera menoleh dan melihat bukunya ternyata terjatuh di sana.
Ia berlari ke depan meja guru dan mengambil bukunya. "Oh iya,"
"Ahaa, gue kira ketinggalan, bisa diamuk Pak Wira gue, thank you yak." Dito menoleh pada teman sekelasnya yang duduk di deret paling belakang.Dan seketika Dito membelalak dengan mulut ternganga saat melihat siswi yang sedang memegang ponsel dan melihat ke arahnya itu.
"Venus, Rio!!!!" teriaknya berlari keluar kelas.
"To, sini, apaan?" itu suara Rio.
Dito yang sudah berlari ke arah berlawanan segera berbalik arah menuju depan kelas 12-1.
Sebelum itu, Dito masih menyempatkan diri untuk menoleh ke arah kelasnya untuk memastikan yang ia lihat, "Huwwwaoouhhhhh."
Dito jingkrak-jingkrak mengguncang-guncang bahu Rio.
"Dito, diem! Berisik tau nggak!" tegur Brillova.
"Ven, Yo, kalian tau????" Dito membuka mata lebar-lebar.
"Apaan?" tanya Venus.
"Bri, please pukul gue pake sapu." ujar Dito.
"Siniin." Venus merebut sapu di tangan Brillova dan memukul lengan Dito cukup kencang.
"Huwwaaaa." pekik Dito menghentikan kegiatan Venus memukulinya.
"Apasih anying, gak penting lu." kata Rio.
"Yo, cewek yang kata gue di angkot ada di kelas gue." ucap Dito heboh lagi.
"Masih mimpi kali ya nih anak?" ucap Venus, sedangkan Rio dan Dito sudah berlari semangat menuju kelas Dito.
"Oee, tungguin gue!" Venus mengembalikan sapu tadi ke tangan Brillova kemudian mengejar dua sahabatnya.
Mereka berhenti di kaca jendela kelas 12-6, dan menempelkan wajah mereka ke kaca.
"Buat gue To, ngalah lu sama gue nyet, lu ganteng gampang nyari cewek cantik." ucap Rio.
"Gue yang nemu duluan." sahut Dito menyenggol Rio yang ada di sebelahnya.
"Cantik." ucap Venus nyengir tanpa kedip.
"HAHH?? GIMANA????!!" pekik dua sahabatnya bersamaan, membuat gadis di dalam menoleh ke arah kaca.
⭐⭐⭐
Update ke-dua kalinya pagi ini🧡
7:46 AM
23/01/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Siang dari Pluto [END] ✅
Teen FictionComplete dalam 24 hari ^.^ "Gue capek jadi anak baik." ucap Gladis duduk di motor yang terparkir di arena balap. "Lo anak cewek, abang lo bakal marah liat lo disini." Venus, sang empunya motor berkacak pinggang menatap Gladis. "Emang kenapa...