[SSDP]. Silent treatment

663 35 0
                                    

          "Brillova." teriak Venus mengetuk-ngetukkan kunci motornya ke gerbang rumah tetangganya.

"Bri," sahut Rio turut meramaikan suasana, membuat nada tak beraturan dengan ketukan kunci motornya di gerbang besi.

"Duh Venus, Rio, Dito, kalian pada ngapain sih? Berisik banget, tau gak?" seorang gadis kemudian keluar dengan piyama tidurnya.

"Buset dah," Venus melihat jam tangannya, jam 6 sore.

"Jam segini lo udah mau ngebo aja Bri?" lanjutnya.

"Suka-suka gue lah." sahut Brillova.

"Kalian mau ngapain kesini?" tanya Brillova.

"Bukain dulu napa Bril?" celetuk Dito.

Brillova akhirnya membuka pintu gerbangnya.

"Ajarin kita bikin PR kimia, buruan." Venus menarik lengan Brillova.

"Gak mau, bunda ... Brillova diculik." teriak Brillova balik menarik tangannya.

"Bunda, Brillovanya aku culik dulu ya." Venus ikutan teriak.

"Iya." terdengar sahutan yang juga berteriak dari dalam rumah.

"Ih, bunda gue begitu amat dah, kalo anaknya dimutilasi aja baru nangis-nangis." ucap Brillova mencak-mencak karena Venus berhasil membawanya.

"Kalo ada yang berani mau mutilasi lo, bilang Venus aja Bri." timpal Dito.

"Sial, gue kira lo bakal ngomong 'bilang gue aja Bri', ternyata...." sahut Rio.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

           "Udah buruan mana PR nya, gue mau buru-buru tidur habis ini." kata Brillova begitu mereka masuk gerbang rumah Venus.

"Bentar kale, lo pikir gue sekolah pake tembok,  buku gue ada di dalem." kata Venus yang sudah melepas tangan Brillova.

"Malam, cantik." sapa seorang wanita di ruang tamu.

"Malam mama cantik ... tapi anaknya buluk." jawab Brillova dengan segera menerima toyoran di kepalanya.

"Venus!" tegur mamanya.

"Itu nggak bakal sakit ma, mama mau coba?" goda Venus.

"Tobat Ven, tobat." Rio menoyor keras kepala Venus.

"Udah Rio kasih pelajaran berharga tante, tenang aja." ujar Rio kemudian mendorong punggung Venus untuk membuatnya segera berjalan.

"Lova bantuin Venus ngerjain PR dulu ya, ma." pamit Brillova menunjuk ke-tiga anak laki-laki yang sedang berjalan sambil saling toyor itu.

"Iya sayang, makasih ya udah mau bantuin Venus sama temen-temennya." ucap mama Venus.

Brillova hanya mengangguk sekali.

⭐⭐⭐


        "Sih, sorry ya buat omongan gue kapan hari." ucap Gladis saat ia sedang duduk bersama Asih di salah satu meja yang ada di depan gerobak nasi goreng.

"Gapapa kok mbak-"

"Jangan panggil gue mbak dong, please." jawab Gladis dengan ekspresinya yang memelas, membuat kesan lucu di wajahnya.

Ia sedang silent treatment alias ngambek pada kakaknya, karena sudah tiga hari tapi Leon belum juga membicarakan soal sekolah dengannya.

"Hahhaaa, iya deh." jawab Asih yang terlihat sangat ramah.

"Ini mbak nasi gorengnya." akhirnya pesanan mereka datang.

"Makasih, mas." jawab Asih menerima pesanan itu kemudian memberikan uangnya.

"Lo gak kuliah, sih?" tanya Gladis saat mereka berjalan pulang.

"Nggak, Dis." jawab Asih menggeleng.

"Udah lama kerja sama abang gue?" tanya Gladis lagi.

"Sejak dua tahun lalu ibu pindah ke Jakarta, Dokter Leon kebetulan butuh orang, dan kita juga bisa tinggal di sini." jawab Asih.

"Makasih banyak ya, Dis." lanjut Asih.

"Buat apaan?" tanya Gladis.

"Karena udah kasih kerjaan buat ibu-"

"Kan Bang Leon yang kalian bantuin, gue belum juga seminggu di sini."

"Oh iya, jangan sungkan-sungkan ya sama gue, kalo gue punya salah, lo ngomong langsung aja ke gue, soalnya gue kadang agak sering sensian anaknya." jelas Gladis.

"Iya." jawab Asih sambil membuka gerbang.

Gladis melihat mobil kakaknya yang sudah terparkir di depan rolling door garasi, "Sih, bawain makan gue ke sini ya, kalo lo mau makan di dalem gapapa, inget, itu buat lo sama Mbok Tami, bukan orang lain, ngerti?" ingatkan Gladis.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

  
 

        "Dis, ngapain disitu? Ini nasi goreng nya udah aku pindahin ke piring." ucap Asih ketika melihat Gladis tengah duduk melamun di pinggiran kolam air mancur.

Mendengar ucapan Asih, Gladis menoleh kemudian beranjak menuju beranda.

Ia menerima satu piring dari Asih, kemudian ia melepaskan sandalnya untuk ia jadikan alas duduk.

"Kamu yakin makan di sini kaya gini, Dis?" pastikan Asih ketika melihat Gladis sudah menyantap nasi gorengnya, dengan duduk beralaskan sandal.

Gladis yakin, apa salahnya, jadi dia hanya mencebik dengan mulutnya yang penuh nasi goreng.

Sedangkan di balik jendela, Leon sudah lama memperhatikan Gladis dan sudah lama pula ia memperhatikan apa yang sedang dilihat oleh adiknya.

⭐⭐⭐

Selamat pagi

6:29 AM
23/01/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang