[SSDP]. Champing

293 18 0
                                    

"Ini Kak Gladis, sama kan? Kak Karel jago banget ya, kak." Bintang memperhatikan hasil gambaran Karel lekat-lekat.

"Nih, Bintang kasih love, biar lebih cantik." kekeh Bintang yang sedang menggambar sesuatu.

"Bintang!!!" teriakan Venus berhasil membuat Gladis yang hendak terkesima akan gambar Karel menjadi terkesiap.

"Sialan!"

"Awww!" lanjut Gladis memekik karena Karel mencubit lengannya.

"Mulut lo, ada anak kecil." bisik Karel.

Gladis melirik tajam pada Karel kemudian meninggalkannya.

"Apasih lo teriak-teriak di rumah orang?!!" Gladis menemukan Venus yang berdiri bersama Brillova dan Asih di ujung tangga.

"Adik gue ada di sini, 'kan? Lo cuma sama si tembok karena Bang Leon lagi tugas, lo pikir gue gak tau? Kakak gue junior abang lo-"

"Bacot lu, cot." penggal Gladis.

"Terus kenapa kalo Bintang gak mau cuma berdua sama abangnya yang sok sibuk dan milih nginep di rumah gue karena gue anaknya seru?"

"Hati-hati keretanya nabrak, Dis, gak ada titik koma perasaan." Brillova tertawa kecil.

"H H." jawab Gladis.

"Kita berdua bakal bermalam di sini juga." ucap Venus.

"Gak ada, gak ada, kamar di sini udah keisi semua." tolak Gladis.

"Tenang aja, kita ber-6, bakal free camp." Venus menunjuk carrier dipunggungnya.

"Tang ... ayo kemping, katanya lo pengen kemah-kemahan." teriak Venus dari ujung tangga.

Tak beberapa detik kemudian, Bintang sudah berlari sambil menarik tangan Karel.

⭐⭐⭐


Brillova dan Asih tengah duduk di beranda menemani Bintang yang seru dengan kegiatan menggambarnya.

"Duduk aja Dis, biar gue sama dia aja yang bikin tendanya." ucap Venus selayaknya kata-kata yang ia tuturkan pada Brillova tadi.

Gladis tidak menggubrisnya, dan sibuk menyatukan besi-besi tenda selagi Karel dan Venus membangun satu tenda lainnya.

"Biar gue aja, lo nyalain api nya." tutur Karel mengambil alih besi-besi di tangan Gladis.

"Suruh aja si Brillova, ngapain ganggu gue sih!" Gladis merampas balik besi-besinya.

"Ini kalo cewek-cewek lain diginiin nih bakal klepek-klepek, ini cewek satu malah marah-marah." cicit Venus di sisi tenda.

"Asih, bantuin gue sini!" panggil Gladis tanpa menoleh dari besi-besi di tangannya.

"Mana sini gue bantuin."

Mendengar bukan suara Asih yang tiba di gendang telinganya, Gladis memutar bola matanya dengan jengah.

"Duduk aja Bri, biar gue sama dia aja yang bikin tendanya," ucap Gladis dengan membuat-buat suaranya.

"Lo ngerti kata duduk kan?!" lanjut Gladis.

"Gapapa Mbak Lova, duduk aja, biar saya yang bantu Gladis, jangan dimasukin hati ya," bisik Asih menyetuh bahu Brillova.

"Sih, tong yang depan gerbang bukan dari plastik 'kan?" tanya Gladis berdiri untuk mulai merangkai tendanya.

"Bukan Dis, mau aku ambilin?" tanya Asih.

"Gak usah, biar gue aja, lo lanjutin ini." ucap Gladis langsung berlari.

"Tapi Dis ... aku kan belum pernah bikin tenda." ujar Asih saat Gladis sudah menjauh.


⭐⭐⭐

"Lo ngapain sih?! Kan udah gue bilang, gak usah ganggu tenda gue, gue bisa!"

Gladis meletakkan tong sampah kosong yang ia bawa dari gerbang, dan segera mencuri posisi Karel yang sedang membangun tendanya.

"Pegang sebelah sini." instruksi Karel.

"Kalo gue bilang angkat, tahan tangan kanan lo, dan angkat rangka yang ini pake tangan kiri lo." Karel meletakkan kedua tangan Gladis di posisi yang tepat.

"Ishh." Gladis menghempaskan tangan Karel dari punggung tangannya.

"Yaudah lo aja yang bikin!!" Gladis merengut dan kembali mengambil tong nya tadi.

"Lah ngambek dia, tadi semangat banget mau bikin tenda-"

"Buruan angkat." potong Venus mengambil sisi seberang tenda.

Dan keduanya bersama-sama membuatkan tenda untuk tim cewek, Gladis, Brillova dan Asih.

⭐⭐⭐


"Kenapa pula, gue seniat gini nurutin omongannya tuh planet." Gladis selesai dengan membuat api unggun ala dia.

Kemudian ia duduk beralaskan rumput, tepat di tepian tong. Memejamkan matanya berusaha merasakan ketenangan malam hari, sebuah rasa nyeri ia temukan di dadanya.

Nyeri, namun lebih menenangkan.

Perasaan yang selalu membuat Gladis tidak karuan.

"Udah hampir tengah malem, kenapa gak tidur?"

Gladis membuka matanya dan menoleh.

Karel sudah duduk di sebelahnya, dan yang lain sudah beberapa jam lalu masuk ke tenda.

"Malem itu waktu paling tepat buat ngerasain semua rasa sakit. Gue suka ngerasain semuanya secara bersamaan, dan berharap setelah gue bangun pagi semuanya hilang dari penderitaan gue."

Mendengar ucapan Gladis yang mulai melanjutkan memejamkan mata, Karel tidak ingin menyinggung lebih jauh lagi.

"Dingin, gue habis bikin cokelat hangat, mau gak?" Karel menyodorkan segelas cokelat untuk Gladis.

"Gue gak seberapa suka cokelat, tapi gapapa." Gladis akhirnya menerima juga cokelat itu.

"Soal Bian, dia temen lama lo pas sebelum pindah ke sini?" tanya Karel.

Gladis mengangguk ringan.

Ia menatap kobaran api kecil di dalam tong sampah terbuat dari seng.

"Kalo Tian?"

Gladis yang masih melamun manatap api, mengerjab sekenanya.

⭐⭐⭐

Selamat hari minggu🧡
Selamat pagi🧡
Selamat update kembali🧡

Finally setelah hampir seminggu belum up, sekarang aku dapet hidayah buat kembali up.
Deg-deg-an ku sudah berlalu setelah wawancara ku akhirnya selesai juga🤭



6:28 AM
09/02/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang