[SSDP]. Nona besar datang

747 45 3
                                    

         "Oh, jadi namanya Asih?"

Begitu laki-laki itu keluar bersama seorang wanita paruh baya, gadis bernama Gladis itu segera menoleh pada orang yang tadi membukakan gerbang.

"Asih, kalo pagi-pagi jangan tereak-tereak bisa kan?" ucapnya dengan satu alis terangkat.

"Gladis." tegur pria yang tak lain Arleon Panji itu, akhirnya turun ke halaman berumput tempat Gladis berdiri, dekat air mancur.

Tanpa menggubris Leon, Gladis melenggang masuk dengan melepaskan tasnya, dan menyeretnya di halaman berumput.

"Gladis, itu ransel bukan koper!" Leon mengejar Gladis.

Yang merasa terpanggil malah melepaskan tas ransel super besarnya di halaman dan ia berlari masuk.

"Gladis, jalannya sudah ada disana, ngapain lo mecah rumput taman?" ucap Leon memungut tas bawaan Gladis.

Gladis terus berjalan tanpa menggubris ucapan Leon sambil melangkah naik ke beranda.

"Gladis, itu di sebelah sana ada anak tangga, ngapain naik lewat situ sih?" Leon berdiri dengan jengah.

Gladis duduk di lantai untuk membuka sepatunya.

"Gladis-"

"Berisik banget sih, lagian kenapa taman nggak sekalian di marmer aja? Jalanannya kenapa mesti di buat muter? Makan waktu! Udah tau gerbangnya sebelah sana, tangganya masuknya dibuat sebelah sana! Udah tau orang capek, masih aja diomelin!"

Gadis yang sudah selesai melepas kedua sepatunya itu berdiri lalu melempar sepasang sepatunya ke halaman.

"Dosa apa hamba, Tuhan, punya adek cewek gini banget modelnya." ucap Leon menenteng tas ransel Gladis.

"Biar saya aja Mbok." kata Leon saat melihat Mbok Tami hendak mengambil sepatu Gladis di halaman.

"Asih, maafin Gladis ya." ucap Leon juga memungut sepatu pink adiknya.

"Iya dok, gapapa kok." jawab Asih, anak Mbok Tami.

⭐⭐⭐

          "Dis," panggil Leon meletakkan sepatu Gladis di rak sepatunya.

"Gladis!" panggilnya lagi memeriksa ruang keluarga, tapi tidak menemui adiknya.

Ia melihat pintu kamar di dekat tangga terbuka.

"Dis." Leon masuk ke kamar itu, kamar tidurnya.

Dilihatnya sang adik sedang menengkurapkan badan di kasurnya.

Leon membawa ransel Gladis ke sofa di kamarnya.

Dibuka-bukanya tas itu.

Baju, baju, baju, baju, dan baju, baju, baju.

Laptop, ponsel, charger, dan dompet.

"Bang!! Ngapain sih buka-buka tas gue?!" interupsi Gladis dari kasur, tapi enggan untuk turun.

"Ya ngebuka lah." jawab Leon.

"Lo naik apaan kesini?" tanya Leon.

"Rahasia."

Gladis kembali membenamkan wajahnya di bantal.

"Sama siapa?" tanya Leon lagi.

"Sendere...." jawabnya masih membenamkan wajah di bantal.

"Sama Tian?" tebak Leon.

"Tian gigi lo amblas, gue bilang sendiri juga." sahut adiknya.

"Siapa yang ajarin lo ngomong begitu?" Leon melempar bantal sofa pada adiknya.

"Rese lu." ucap Gladis melempar bantal sofa itu keluar jendela yang kebetulan terbuka.

"Heh, ambil gak?!" intsruksi Leon.

"Siapa suruh nimpuk gue? Ambil aja sendiri." jawab Gladis menindih kepalanya dengan guling.

Leon geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik perempuan satu-satunya itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Gue mau ke rumah sakit dulu, jangan kemana-mana." ucap Leon.

"Bang!" panggil Gladis mengangkat gulingnya dan menolehkan kepalanya ke arah pintu.

"Apaan?" Leon mengambil tas kerjanya di meja.

"Kalo mama atau papa nelfon jangan bilang gue disini." kata Gladis memelas.

"Kabur lagi lo?" Leon urung mengambil tas kerjanya dan duduk di bibir kasurnya.

"Kenapa?" tanya Leon lebih lembut.

"Arkkkh." Gladis guling-guling di kasur sampai selimut yang sudah rapi kembali berantakan.

"Diem dulu lah kalo ada yang lagi ngomong." Leon menangkap kedua tangan Gladis.

"Arrkh, POKOKNYA JANGAN!!!" raung Gladis.

"Iya, iya ... yaudah iya, dah gue berangkat." kata Leon kemudian beranjak.

"Janji ya?" kata Gladis duduk.

"Liat nanti." jawab Leon kemudian pergi.

"Abang!!!!!" teriak Gladis kembali merebahkan badannya.

⭐⭐⭐

Aku update lagi.
Double up🤟🧡

22/01/2020
4:12 PM

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang