[SSDP]. Padam

419 24 0
                                    

          "Gue masih mijak tanah kan?"

Gladis melompat-lompat di tempat dengan hebohnya.

"Dis bangun Dis, lo gak boleh mati sekarang!!"

"Awwww!" pekiknya setelah menampar pipinya sendiri.

"Pak Haris!" dengan sesekali menabrak barang-barang di depannya, dan sekali jatuh karena tersandung permadani yang digelarnya sendiri, akhirnya Gladis sampai di beranda rumah.

Hujan masih mengguyur di luar sana.

Tapi tidak ada pertimbangan lagi. Gladis segera melompat ke taman, dan untuk kesekian kalinya ia mengambil jalan pintas menuju gerbang, memecah jalan di taman.

"Ini gimana cara bukanya?" Gladis kebingungan di bawah gelap.

Rumah-rumah di sekitarnya terang benderang, hanya rumahnya yang terlihat aneh, gelap.

"Kenapa di kunci sih-"

"Ehh, nggak ya? Ah tau ah." ternyata penyakit lama, Gladis punya paranoid yang berlebihan, padahal pintu gerbang tidak dikunci, tapi ia heboh.

Kemudian ia keluar dari gerbang.

Tujuannya hanya satu.

Satu-satunya orang yang ia kenal.

"Pak Haris!!" panggil Gladis begitu ia baru berlari meninggalkan gerbang.

Hujan turun jauh lebih lebat dari saat sore tadi. Dengan sesekali ia mengusap air hujan yang menghalangi pandangannya.

"Pak Haris!!!" panggil Gladis sambil mengusap sisa air di wajahnya.

"Pak Haris!" panggil Gladis menempelkan wajah ke kaca demi memastikan satpam komplek itu benar-benar tidak ada di pos.

"Duh," eluhnya bertolak pinggang dengan masih menempelkan keningnya di kaca pos.

Trrriiickk

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


       "Cari siapa?" tanya seorang Pria.

Setelah bunyi klakson mobil yang membuat Gladis menoleh, sepasang berpakaian rapi terlihat iba di balik jendela mobil yang diturunkan.

"Ini, Pak Haris, tapi gak ada di pos." jawab Gladis menoleh ke dalam pos yang kosong.

"Oh, Pak Haris masih pulang kalo jam segini, jam 9 biasanya baru balik, kenapa sayang?" tanya wanita yang duduk di sebelah pria tadi.

"Euh, om, ngerti masalah listrik gak?" tanya Gladis memohon.

"Tolong bantuin saya om, mendadak listrik di rumah padam." lanjut Gladis.

"Bintang tolong buka pintunya buat kakaknya, ayo sayang masuk, rumahnya dimana?" tawar wanita itu.

"Gak usah tante, Gladis basah-basahan ini." tolak Gladis.

"Sini kak masuk aja, hujan." ternyata ada seorang bocah laki-laki yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.

"Gapapa gak usah."

"Rumah saya deket tante, ayo om." Gladis berlari menuju rumahnya.

"Ayo pah, kasian." ucap wanita itu pada suaminya.

Sang suami mengemudikan mobilnya dengan perlahan, sekaligus ia menerangi jalan dengan sorot lampu mobilnya agar Gladis leluasa berlari.

Gladis berhenti dan ia bersusah payah mendorong gerbang rumahnya lebar-lebar, agar mobil pasangan itu bisa masuk.

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang