[SSDP]. Duel rese

359 24 0
                                    

          "Sekarang terserah lo mau kemana dan ngapain aja." ucap Karel memilih duduk bersandar di tembok kusam beranda bekas bangunan.

"Lo pikir aja, apa yang bisa dilakuin di tempat kek gini." sahut Gladis ikut duduk di sebelah Karel yang mulai membaca buku.

Gladis mengintip sekilas apa yang Karel lakukan, "Sok rajin lo." cibirnya.

"Diem dan jangan berisik." Karel menjatuhkan sebuah buku di pangkuan Gladis.

"Buset dah-"

"Bukannya lo pinter?" Karel mengangkat satu alisnya ketika menoleh untuk bertatap wajah dengan Gladis.

"O." Gladis balas menatap nyalak.

"Lo nantangin gue ceritanya?" lanjutnya mengangkat buku tebal yang Karel berikan.

"Gue gak pernah ngomong gitu." jawab Karel membuka bukunya lagi.

"Eh songong, dengerin gue baik-baik, lo ada utang berapa sih sama abang gue sampe mau ngintilin gue begini?" ucap Gladis.

Karel enggan menanggapi.

Satu menit, dan beberapa detik selebihnya, Gladis geram menahan dirinya untuk tidak meneriaki manusia tembok di depannya.

"Belum aja dijodohin sama tembok nih orang." celetuk Gladis beranjak mencari tempat lain.

Tapi baru beberapa langkah, ia sudah membalik arahnya lagi.

"Gue udah lebih 5 kali baca yang begituan dari 3 tahun lalu." ucap Gladis melempar buku dari Karel ke lantai di sebelah sang empunya.

Membuat rahang Karel mengeras karena geram.

⭐⭐⭐


         Sekarang Gladis memilih untuk berjalan-jalan di sekitaran bangunan lama itu.

"Ini bekas kelas?" monolog nya sambil melongo untuk melihat isi ruangan persegi itu.

Dari pantulan kaca, Gladis mendapati Karel yang tengah berjalan ke arahnya.

Ia tak acuh, dan memilih melanjutkan aktifitasnya melihat-lihat.

"Sepinter-pinternya murid kalo di hari pertama dia masuk sekolah udah bikin onar, selamanya bakal di remehin sama guru." ucap Karel menyejajarkan langkahnya dengan Gladis.

"Ck, gak usah pake bahasa nyindir, kalo gak terima ngomong aja." ucap Gladis.

"Gue ngomongin diri sendiri." jawab Karel membuat Gladis menoleh tak mengerti.

"Ini bekas gedung kelas SMA Wattpadian sebelum ada gedung sekolah yang di dalem." ucap Karel mengalihkan pembicaraan.

"Lo kenal abang gue dari mana?" tanya Gladis juga memalingkan pembicaraan.

"Gak ada murid selain gue yang pernah masuk ke sini." jawab Karel.

"Lo kenal abang gue dari mana?" ulang Gladis.

"Gue nemu kunci gudang lama pas gue masih ja-"

"Gue ... " ucap Gladis menolehkan kepalanya menghadap Karel.

Karel balas menatap sambil mengangkat satu alisnya.

" ... pengen banget ngeremes mulut lo." Gladis meremas-remas kedua genggamannya sendiri dengan gemas di depan wajah Karel.

"Kunci ini gak ada duplikatnya, dan gak ada yang pernah tertarik buat dateng ke gudang itu." lanjut Karel di depan kedua tangan Gladis yang sedang geram.

"Otak lo keracunan apaan sih, nyebelin banget manusia!"

Gladis merampas buku-buku di tangan Karel dan menghentakkannya ke lantai berdebu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

        "Kalo ketemu tuh orang selama setahun terakhir ini, begitu lulus bisa-bisa gue kena darah tinggi." omel Gladis memasuki ruang kelasnya yang masih seberisik tadi.

Jam kosong masih berlanjut.

Gladis memilih mengambil lembaran tugas yang dibagikan oleh ketua kelas.

"Mau liat jawaban gue gak Dis?" tawar Dito menoleh dengan membawa lembarannya.

Gladis membaca dan segera menyilangnya tanpa ragu.

Dito menatap wajah Gladis yang membaca soal dengan serius.

Dia masih cewek yang sama kan? Cewek yang ngebolos di hari pertama pindah, cewek yang jalan santai di bawah hujan deres?

Dito masih terkesima mendapati sisi lain dari diri Gladis.

Ssreeet

Sebuah kursi berhasil terseret hingga ke meja Gladis, membuat gadis itu mengangkat dagunya.

"Mau duel?" ujarnya dengan seringai yang senantiasa menyiratkan keangkuhan.

"Kalo lo kalah, berhenti nurutin omongan abang gue."

"Kalo lo kalah, jauhin Venus." balas Karel sambil menoleh dengan tatapan elangnya pada Dito.

Sedangkan sang wakil ketua kelas hanya membalas juga dengan tatapan tajamnya dan segera membalik posisi duduknya.

10 menit berlalu dalam diam, dengan catatan hanya berlaku bagi dua orang murid di meja belakang,

Karel dan Gladis sama-sama menggerakkan bola mata dan tangannya dengan intens.

"Satu, dua, empat, OK, tujuh detik lebih dulu dari lo." Karel membaca jam tangannya.

"Mulai sekarang lo-"

"Emang lo siapa ngatur-ngatur hidup gue?!!" bisik Gladis dengan penuh penekanan.

Karel memajukan wajahnya lebih dekat, "Gue? Karelfian Angkasa."

"Rel, gue nyontek."

Kedua anak manusia yang tadi berseteru dalam tatap itu, sama-sama segera menjauhkan diri.

"Sekalian lo kumpulin punya dia." Karel menyodorkan lembar jawabannya pada Bagas.


⭐⭐⭐

Hari ini, triple update🤟🤭


9:38 PM
27/01/2020

Selamat Siang dari Pluto [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang