suara nyaring dari kicau burung menjadi latar suara pagi ini, sedikit berisik hingga salah satu dari dua lelaki yang masih terlelap dengan balutan selimut itu membuka matanya.
hangat, itu yang dirasakan wooyoung saat ini hingga rasanya ia ingin kedua tangan yang mendekap tubuhnya itu terus menempel tak terlepas.
matanya kembali menutup karena rasa kantuk masih mendera, wajahnya semakin menelusup pada dada telanjang yang ada di hadapannya.
telanjang?
mata yang semula amat berat karena kantuk itu kini terbuka lebar, membola terkejut melihat pemandangan di hadapannya.
wooyoung hendak menjauh, tapi kedua tangan itu terlalu erat merengkuhnya.
“good morning, purple.”
san menyapa, masih dengan matanya yang tertutup enggan terbuka.
pikiran wooyoung total kacau, ia jelas ingat apa yang mereka lakukan semalam hingga tak heran begitu banyak ruam merah keunguan di leher dan dada san, begitu pula dengan dirinya yang memiliki lebih banyak dari san.
wooyoung tak menyangka ia benar-benar melakukannya dengan san, orang yang bahkan baru ia kenal kurang dari seminggu.
matanya menelisik ke bawah, tercekat melihat tubuh keduanya yang hanya terbungkus selimut tebal, tak ada sehelai benang lagi yang menutupinya.
“astaga.”
wooyoung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. ia meruntuk, sekaligus merasa malu pada san mengingat seliar apa mereka semalam.
karena.. mereka melakukannya lebih dari satu kali pelepasan.
sial, kenapa bisa wooyoung dikuasai nafsu mengerikannya.
“kenapa? kaget?”
wooyoung membuka jarinya, untuk memberi celah sebelah matanya menatap san yang kini sudah membuka mata.
ia sedikit terpesona melihat wajah san pagi ini, tak lupa suara serak khas orang bangun tidurnya yang terdengar cukup sexy di telinga wooyoung―
apa yang kau pikirkan, jung wooyoung?!
wooyoung kembali menutup matanya, menunduk sambil menggeleng keras, hal yang cukup mengundang tawa ringan san untuk mengalun.
“lo gak marah sama gue?” tanya san.
“marah kenapa?”
suara wooyoung terendam kedua telapaknya, terdengar menggemaskan sekali untuk san.
“yang semalem.”
wooyoung tak menjawab, ia membalikkan tubuhnya agar tak menghadap ke arah san.
“punggung lo masih bersih, minta ditandain, ya?”
mata wooyoung membola panik, ia menarik selimut sampai ke ujung kepalanya, menenggelamkan diri dalam balutan kain hangat itu.
tawa san meledak, gerak-gerik yang sungguh konyol namun menggemaskan.
“gak usah ngumpet, purple. gue bahkan udah lebih dari sekedar liat.”
“berisik lo!”
san tertawa lagi, kini lebih ringan.
“gue mau mandi.”
wooyoung bangkit, masih dengan selimut yang melilit tubuhnya, ia menurunkan kakinya dan lekas berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.