mama menatap sendu putra sulungnya yang disibukkan dengan baju-baju yang ia masukkan ke dalam koper.
dua minggu rasanya sangat sebentar bagi orang tua wanita itu merasakan kehadiran putranya di rumah, san sudah mau pulang saja pagi buta nanti.
“apa gak bisa lebih lama lagi, kak?” tanya sang mama.
san menoleh, lantas tersenyum menatap wajah awet muda sang mama yang cemberut lucu.
“kenapa gak gantian aja mama yang ke jakarta? kerjaan papa juga kayaknya udah hampir selesai.”
si sulung itu berjalan ke arah mama yang duduk sambil bertopang dagu di sofa kamarnya.
“kan kalo mama di jakarta, mama jadi lebih sering ketemu wooyoung.”
san tak mengerti entah sejak kapan sang mama melupakan eksistensi kedua anaknya yang terus digadang-gadang untuk pulang sedangkan di sini wanita itu sibuk bersama wooyoung.
ya, tak masalah juga bagi san. ia senang melihat mamanya yang terlihat merasa bahagia atas kedatangan wooyoung. wanita kesayangannya itu terlihat memperlakukan wooyoung dengan baik hingga kekasihnya terlihat begitu nyaman.
jongho juga sebenarnya tak merasa keberatan, wooyoung sudah banyak mengasuhnya seperti pada adik sendiri. lagi pula jongho di sini lebih banyak menghabiskan waktu bermainnya bersama nancy.
“lagian wooyoung pasti kangen bude sama pakde di jakarta.”
mama mengangkat kedua alisnya, “mereka siapa?”
“pengasuh wooyoung waktu kecil, kalau kata wooyoung orang tua keduanya.”
“berarti mama yang ketiga, dong? bukan yang kedua.”
san terkekeh ketika mama mendengus dan kembali memajukan bibirnya.
“peringkat gak bikin takaran bahagia wooyoung sama orang tua-orang tua baik bakal hilang, kok, ma.”
si sulung itu meraih kedua tangan sang mama, menggenggam erat telapak lentik itu.
“makasih, ma. udah sayang sama wooyoung,” ucap san, dengan lembut.
mama tersenyum lembut, “he deserve it. he deserves love from everyone.”
wanita cantik itu balas menggenggam tangan san dengan erat.
“jagain, jangan disakitin lagi. mama males denger kamu curhat sambil nangis-nangis ditinggal pergi dia.”
“ma!”
mama tertawa, mengingatkannya kembali pada san yang selalu meneleponnya setiap malam hanya untuk membicarakan wooyoung yang belum pulang dari kepergiannya saat itu.
wanita itu merasa kasihan, sekaligus merasa lucu mendengar san bercerita sambil terisak dan merakau merindukan wooyoung.
andai wooyoung tahu, si manis jung itu pasti akan mentertawakannya.
tok.. tok..
sepasang ibu dan anak itu menoleh ke arah pintu kamar, selanjutnya mata menangkap sosok wooyoung yang melengoskan kepalanya ke dalam pintu.
“eh, wooyoung? kok lama ngambil minumnya?” tanya mama sambil menepuk-nepuk spot kosong di sampingnya.
wooyoung berjalan menghampiri keduanya, mendudukkan diri di samping mama.
“tadi lewat kamar jongho, anaknya lagi bingung nyusun baju di koper sambil misuh. aku bantuin dia beresin baju di kopernya.”
san mendengus mendengar penjelasan wooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fiksi Penggemar🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.