03

33.3K 4.1K 1.2K
                                    

san bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri mingi yang baru saja datang berseru mengejutkan ia dan wooyoung.

“temen lo, kan?”

mingi mengangguk saat san menunjuk wooyoung yang masih duduk di tempatnya.

“temenin, ya. kasian, lagi patah hati. gue mau manggil anak-anak dulu.”

setelah mendapat jawaban dari mingi, san lekas pergi keluar, tentunya setelah memberi salam sebelum pergi pada wooyoung.

sementara itu, mingi mulai melangkahkan kakinya ke dalam, mengambil spot di samping wooyoung untuk ikut mendudukkan dirinya.

“lo kenal san, woo?” tanya mingi.

“baru semalem.”

mingi ber―oh ria kemudian mengambil kaleng soda milik san yang masih tersisa banyak untuk ia teguk isinya.

“gue baru tau lo temenan sama dia,” seru wooyoung.

si surai jingga itu menoleh, “ada satu fakta yang harus anak apatis kaya lo tau, woo.”

ia bersandar pada kepala kursi, dengan mata yang tak pernah lepas menatap wooyoung.

“dia vocal sama bassist nya band kampus,” sambungnya.

“oh, iya?”

pantas saja san berani mengajaknya ke dalam studio band yang menurutnya cukup tak sopan jika orang luar masuk ke dalam.

“gue baru tau.”

mingi berdecak sebal, “gimana mau tau, lo anaknya apatis banget sama isi kampus.”

bukannya sebal, wooyoung malah menunjukkan cengiran lebarnya pada mingi.

“ikut ormawa gih, woo. mumpung mau jalan semester 4, biar gak keliatan apatis amat.”

wooyoung menggeleng, “gak tertarik, gi.”

mingi mendengus, “gitu terus jawabnya.”

sementara wooyoung hanya mengedikkan bahunya tak acuh, lantas kembali mendenggak soda pemberian san.

“lo bisa tau san dari mana, deh?” tanya mingi.

“bar.”

si surai jingga menoleh, menatap wooyoung dengan kening menyernyit.

“lo mabok lagi?”

sekali lagi, wooyoung hanya menunjukkan cengiran lebarnya, membuat mingi mendesis kecil melihatnya.

“ngomong soal san, hati-hati, anak band kebanyakan gak bener,” seru mingi.

raut wajah wooyoung berubah jengkel, ia ikut menyandarkan punggungnya di kepala kursi.

“udah tau, semalem gue diajak hs.”

mata sipit mingi membulat, tidak terlalu besar karena memang matanya cukup kecil.

“serius?!”

wooyoung hanya mengangguk.

“terus lo mau?”

bugh!

“aduh!”

kepalan tangan wooyoung mendarat keras di bahu mingi.

“ya engga lah, bangsat. semalem gue sakaw tapi masih waras, ya!”

mingi sendiri mengusap-usap bahunya yang habis kena pukul wooyoung sambil meringis.

“tumben banget itu anak ke bar mau ngomong sama orang, ngajak hs lagi, brengsek.”

wooyoung mengangkat sebelah alisnya, “emang kenapa?”

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang