wooyoung lekas menghalangi tubuh san ketik seonghwa hendak memukul si choi dengan talenan yang ia ambil dari dapur apartemen wooyoung.
“k-kak.. kak jangan pukul san, dia gak salah, udah.”
si surai ungu itu menahan lengan seonghwa dengan erat, sementara san masih berlindung di belakang tubuh wooyoung dan hongjoong memeluk tubuh kekasihnya itu dari belakang.
ini benar-benar mengerikan, wooyoung baru pertama kali melihat seonghwa semengerikan ini ketika marah.
“wooyoung, minggir gak?!”
seonghwa menunjuk adiknya dengan sorot penuh amarah. sementara wooyoung menggeleng, masih mempertahankan dirinya untuk melindungi san.
“hwa, udah.. gak gini juga.”
“diem lo!”
lelaki park itu bahkan membentak kekasihnya dengan intonasi galaknya.
“kak, aku yang salah, aku yang salah, udah, ya.”
wooyoung kelabakan, ia tak pernah menghadapi amarah seonghwa, dan sekarang ia bingung harus bagaimana.
“kakak bilang minggir!”
bruk!
“akh!”
tanpa sengaja, seonghwa mendorong wooyoung ke samping, mengakibatkan si mungil itu terjatuh, tak mampu menahan keseimbangan kakinya karena area selangkangannya yang masih sangat sakit.
seonghwa terkejut melihat kelakuannya. segera ia melempar talenan itu ke sembarang arah kemudian berjongkok menghampiri wooyoung.
“aduh, kak. marahnya nanti dulu bisa gak?” seru san dengan frustasi sambil menghampiri wooyoung yang tersungkur.
“ya ampun, dek. maaf, kakak gak sengaja.”
seonghwa menatap wooyoung yang sibuk meringis dengan tatapan penuh rasa bersalah. sementara hongjoong hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perbuatan sang kekasih.
“aku bilang juga apa, hwa.”
si surai pirang menarik bahu seonghwa untuk berdiri, “mending kamu ambil salep pereda nyeri di tas kamu, bawa gak?”
seonghwa mengangguk, kemudian berjalan ke arah meja makan di mana tasnya tersimpan.
mata san memicing curiga ketika melihat seonghwa kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.
“kak, lo kok punya yang kaya gitu?” tanya san penasaran.
“orang gue sama dia juga sering, kok, hs.”
itu bukan seonghwa yang menjawab, tapi hongjoong.
picingan mata san berubah mejadi tatapan penuh keterkejutan.
“j-jadi lo―”
“berisik! gendong wooyoung ke kamarnya, abis itu ke sini lagi. gue mau ngomong sama lo!”
seonghwa menarik tangan san, menaruh salep pereda nyeri itu di telapak tangan si lelaki choi, sebelum dia beranjak pergi ke ruang tamu sambil menarik tangan hongjoong.
“dasar, marahin gue tapi dianya juga sering gituan,” cibir san.
kepala si choi itu kembali menunduk untuk kembali menatap wooyoung.
“lo gak papa?”
wooyoung sendiri masih meringis kesakitan, “gak bisa dibilang baik juga.”
kerutan di dahi san muncul, ia tak bisa membayangkan seberapa sakit apa yang wooyoung rasa melihat dari bagaimana si surai ungu merintih.
“sorry, ya. ini salah gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.