“san..”
yang dipanggil menunduk pada sang kekasih dalam dekapannya.
“hm?”
wooyoung tak menjawab, dia malah mencebikkan bibirnya sambil kembali mengarahkan matanya pada layar ponsel miring yang tengah menunjukkan video seseorang sedang makan dengan porsi yang besar.
“kenapa, sayang?”
san mengusap kepala wooyoung dengan lembut kemudian beralih mengusap pipi gembil itu.
“bosen,” cicit wooyoung, “harusnya hari ini kita jalan-jalan kaya yang lain,” lanjutnya sambil mendengus kesal.
kini, di villa hanya tersisa san dan wooyoung saja. keenam temannya itu pergi berpencar untuk berkencan menikmati lingkungan yang kata hongjoong sangat bagus untuk dijelajahi.
wooyoung sudah merencanakan itu sejak awal, berjalan-jalan menikmati tempat menenangkan di ujung kota ini.
tapi―
“jalan aja susah, gimana mau jalan-jalan?”
itu masalahnya.
area bawahnya masih sangat perih, berjalan saja tak mampu dan san harus selalu menggendongnya kemana pun.
bagaimana bisa berjalan-jalan?
“ck, bosen!”
wooyoung mematikan ponselnya, lama kelamaan muak terus menontoni video mukbang yang membuatnya malah tergiur namun masih kenyang.
si manis jung itu mengulurkan tangannya untuk memeluk leher san, menelusupkan wajahnya pada area leher sang dominan, menghirup aroma san yang sudah sangat menjadi favoritnya.
san yang melihat pergerakan sang kekasih hanya mampu mengulas senyumnya.
hari ini wooyoung manis sekali, menempel pada san, terus memelukinya bak koala yang manja. bahkan di sofa yang sempit sekalipun, wooyoung tumben sekali tak banyak mengeluh tentang ukurannya yang kecil dan masih dengan santai menempeli san tanpa ingin melepas.
“terus mau apa? gak mungkin jalan-jalan, kan?”
wooyoung mendongak, menatap san dengan sendu.
“maaf, ya. gara-gara gue jadi gak bisa jalan-jalan,” ucap san kemudian mengecup ringan bibir merah muda wooyoung.
sementara itu si jung menggeleng, “bukan salah lo, salah kita.”
san tersenyum, lantas mendaratkan satu kecupan ringan di atas bibir wooyoung.
“kata bang hongjoong di belakang ada taman, mau ke sana?”
wooyoung mengangkat kedua alisnya, lantas mengangguk dengan semangat.
sementara itu san lekas bangkit, turun dari sofa kemudian berjongkok di depan wooyoung.
“ayo naik.”
si manis menurut, menaikkan tubuhnya ke atas punggung san kemudian melingkarkan kedua tangannya dengan erat pada leher sang dominan.
“lo makin berat, ya. jangan bilang ngisi?”
wooyoung merengut, jika sedang tidak dalam mode jinak ia bisa saja memukul kepala si choi itu.
“siapa, ya, yang bilang kalo aku harus banyak makan biar gak kurus kaya orang penyakitan?”
san terkekeh, menoleh kan kepalanya ke samping untuk menatap wajah manis di atas bahunya itu kemudian mengecup gemas pipi gembil favoritnya.
“aku nyuruh banyak makan biar kamu gak gampang sakit aja. mau kamu kurus atau berisi, kamu tetep pacarnya choi san.”
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.