29

15.8K 2.4K 484
                                    

part ini lumayan panjang, aku harap kalian engga bosen, hehe♡

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

wooyoung memarkirkan motor besarnya di halaman rumahnya yang luas. ia lekas melepas helm yang melindungi kepalanya kemudian segera melangkahkan tungkainya menuju pintu rumah mewahnya.

suara bising adu mulut yang sudah sangat biasa ia dengar itu memasuki indra pendengarannya bahkan di saat posisinya yang masih ada di depan pintu.

meski begitu, wooyoung tak menggubris semuanya, ia masuk tanpa mempedulikan suara bising yang berasal dari arah dapur rumahnya itu dan tetap berjalan mengabaikan eksistensi kedua orang tuanya yang bahkan mungkin mereka tak menyadari kedatangan wooyoung ke rumah.

perasaan wooyoung kacau, sangat kacau. ia tak ingin mempedulikan sekitarnya, hatinya saja sedang hancur, tak ada waktu untuk mengurusi pertengkaran orang tuanya.

ya, awalnya wooyoung akan seperti itu, bersikap masa bodo dan membiarkan suara kedua orang tuanya terus membising di dapur.

tapi, ia tak bisa tinggal diam ketika melihat kepalan tangan sang ayah mengapung ke arah sang bunda untuk siap dihantamkan.

wooyoung membulatkan matanya, berlari ke arah keduanya dan―



bugh!

menerima pukulan keras sang ayah telak di pipinya.

sakit rasanya, tapi ia tidak setega itu membiarkan bundanya dipukul sang ayah. meski tak disayang oleh sang ayah dan sang bunda, tidak menutup satu fakta bahwa wooyoung sangat menyayangi kedua orang tuanya.

“ayo pukul lagi! pukul aku!”

“wooyoung!”

selama hidupnya mendengarkan setiap pertengkarang kedua orang tua, ini adalah kali pertama ia ikut campur dengan urusan mereka.

mungkin, memang sudah saatnya ia bersuara, melepaskan keluhannya selama 21 tahun hidup dengan kebisingan yang tiada henti.

“kalo ayah pukul bunda, aku bales pukul ayah!”

“berani kamu sama ayah?!”

sang ayah membentaknya, menatap wooyoung dengan sorot mata tajam penuh amarah.

“kenapa engga?! kenapa harus takut?!”

wooyoung maju selangkah, menatap sang ayah dengan tatapan menantang tanpa ada rasa takut.

“wooyoung, ayah gak pernah ngajarin kamu buat gak sopan sama orang tua!”

wooyoung tertawa lantas mendecih sarkas.

“emang gak pernah!”

dia beralih menatap bunda dan ayahnya secara bergantian.

“emang kapan ayah sama bunda punya waktu buat ngajarin aku sopan santun?! kapan?!” wooyoung meninggikan suaranya.

“wooyoung uda―”

“kalian cuma ngabisin waktu kalian buat berantem, berantem terus, mau sampe kapan?!”

mata wooyoung memerah, getaran pada bola mata diiringi genangan yang membendung di pelupuk tertangkap oleh pasang mata masing-masing milik kedua orang tuanya.

“sampe anaknya ini jadi gila?!”

napas wooyoung memburu tak beraturan, perasaan emosional mulai membelenggu dirinya, melepaskan semua rasa yang ingin ia buang sedari dulu.

tentang hidupnya, ayah dan bundanya.

“wooyoung, kamu berlebihan.”

si tunggal jung itu menatap ibunya tak percaya.

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang