49🔞

37.9K 2.4K 655
                                    

si manis jung itu berjalan ke dapur, membuka lemari pendingin untuk mengambil sebotol air yang hongjoong maksudkan. sambil menutup pintu lemari pendingin dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas, wooyoung menenggak minuman itu sampai hampir menghabiskan setengah botol.

“ah, lega banget.”

wooyoung mendudukkan dirinya di atas kasur king size yang empuk, memandangi langit malam yang tersorot dari pintu kaca balkon kamarnya dengan mata berbinar.

ah, malam ini wooyoung tidur bersama san, berbagi kasur dengan kekasihnya.

jujur sekali wooyoung sangat merindukan kekasih menyebalkannya itu tapi bentakan penuh emosi dan segala ucapan san saat itu masih terngiang di dalam kepalanya, membuat wooyoung bahkan terasa begitu malas hanya untuk sekedar melihat wajah si sulung choi itu.

“huh.. panas banget.”

wooyoung mennegadahkan kepalanya ke arah air conditioner yang meyala, menyernyit bingung melihat suhu yang tertera di sana.

seharusnya dengan suhu serendah itu sudah cukup dingin untuknya.

“buka dulu kali ya?”

wooyoung beranjak, berjalan menuju arah balkon untuk menggeser pintu dengan permukaan kaca itu kemudian berjalan menuju balkon.

angin malam berhembus bahkan ketika sejak awal ia membuka celah pintunya. tapi, kenapa rasanya tubuh wooyoung masih terasa panas?

“gue gak demam, kan?”

tidak, seharusnya bukan demam karena dia tidak merasakan gelaja demam itu.

“shh, kok makin panas.”

wooyoung mengibas-ngibaskan kaus longgar yang melekat di tubuhnya, berharap mendapat kesejukan walau tak berarti.

namun hasilnya nihil, wooyoung malah semakin kepanasan dan entah kenapa tubuhnya tiba-tiba merasa lemas. kedua tangannya mencengkram pembatas balkok kayu itu dengan erat sementara keringat terus mengucur dari tubuhnya yang entah sejak kapan keluar dari pori-porinya.

“uhh.. gue kenapa, sih?”

wooyoung menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan yang ia sanggah di atas pembatas balkon, tubuhnya terasa panas dan lemas entah kenapa bisa.

“wooyoung?”

mendengar suara itu, wooyoung lekas berbalik dan mendapati san berdiri di sana.

kedua alis san terangkat serta tungkainya lekas menghampiri wooyoung yang kini sedang berdiri sendirian di atas balkon.

“lo kenapa? muka lo kenapa merah gini?”

wooyoung menggeleng, mencoba menghindari tatapan san, berjalan menjauhi san, berniat kembali masuk ke dalam kamar.

tapi sayang tubuh wooyoung limbung, hampir terjatuh jika saja tak ada san yang menahannya.

“woo, gak papa? lo demam? hey―”

“s-san―a-anh..”

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang