46

14K 2.2K 950
                                    

“wooyoung tunggu dulu!”

grep!

akhirnya, san berhasil menahan pergelangan tangan itu untuk berhenti melaju lebih jauh lagi.

dapat san lihat wajah tak menyenangkan dari kekasihnya, memerah dengan sorot tajam tak terelakkan.

karena takut wooyoung bisa saja meledak dan mereka masih di area kampus, san lekas menarik kekasihnya itu ke arah parkiran mobil dekat gedung fakultasnya, memilih untuk memasukkan diri bersama wooyoung ke dalam mobilnya.

hening melanda suasana di dalam sana, wooyoung masih mengatur napasnya yang memburu sedangkan san hanya menyandarkan punggungnya dengan raut lelah. sebenarnya, ada rasa tak enak hati pada wooyoung, tapi...

“harusnya lo gak lemparin handphonenya, itu punya orang, wooyoung.”

wooyoung menukikkan alisnya, menoleh ke arah san dengan raut wajah tak bersahabat.

“terus maksud lo gue harus diem aja liat pacar sendiri dipeluk-peluk, gitu?” tanya wooyoung dengan intonasi suaranya yang tinggi.

“ya tapi jangan dilempar juga, woo. itu punya orang, lo boleh marah tapi jangan kaya tadi.”

“oh, jadi lo mau kalo gue jambak rambut si cewek tadi dari pada lempar hpnya? gue balik lagi sekarang, mau gue jambak rambutnya.”

sret!

san menarik tangan wooyoung yang hendak melangkah keluar dari mobil san.

“woo, jangan gini.”

“jangan gini apanya? semua orang juga bakal kaya gini liat pacarnya digodain―oh, atau emang lo nya aja kan yang suka digituin?”

si sulung choi mengerutkan keningnya, mulai memasang wajah tak menyenangkan ketika mendengar ucapan wooyoung.

“maksud lo apa?”

wooyoung mendecih, “lo diem aja dipeluk-peluk, lo enak banget ngerangkul mereka, emang dasarnya lo genit! diem aja digituin!”

“yang kaya gitu emang biasa, gue udah sering gitu sama yang minta foto, itu namanya profesional, jung wooyoung!”

“jadi lo masih mau sesering itu bahkan pacar lo ada di sana liatin lo? harusnya lo jaga perasaan gue, san!”

san menghela napasnya, ia mencoba untuk bersabar menghadapi wooyoung saat ini atau dirinya yang lelah itu akan terpancing emosi dengan segala ucapan yang wooyoung keluarkan.

“woo, udah, ya? jangan bahas ini, gue gak mau ribut―”

“lo gak mau ribut tapi lo diem aja digituin.”

san mendengus, “gue harus bersikap profesional, woo. udahlah, please.”

“iya, bersikap profesional aja, jangan pikirin pacarnya! emang dasarnya lo suka digitu―”

“GUE BILANG UDAH LO DENGER GAK?!”

wooyoung berjengit, tersentak ketika san membentaknya dengan intonasi yang sangat tinggi. suara itu bahkan sepertinya bisa terdengar sampai keluar mobil.

“gak usah kekanakan jung wooyoung! lo harus biasain diri lo!”

kenapa sekarang malah san yang berbalik marah?

dia bahkan menatap wooyoung dengan tatapan nyalang dan wajah memerahnya.

“jisu aja gak pernah sekekanakan ini, ya, jung wooyoung! gue gak pernah liat jisu sampai kaya apa yang lo lakuin tadi!”

wooyoung menatap san tak percaya. apa-apaan ini?

“lo harusnya ngerti! ini sebagian dari kerjaan gue! ini cuma hal sepele dan reaksi lo gak usah lebay kaya tadi! jisu aja yang sering nemenin gue di acara gak pernah gitu!”

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang