san duduk diam di tepi kasur, matanya tak penah lepas tatap dari sosok wooyoung yang berbaring dengan mata tertutup di atas kasurnya.
wooyoung pingsan ketika tiba-tiba merasakan sesak di dadanya, dia kesulitan mengatur napasnya hingga kesadarannya hilang kala tubuhnya masih san peluk dengan erat.
“joong, jadi gimana?”
seonghwa yang saat itu sedang melilitkan perban pada tangan wooyoung yang terluka dibagian telapaknya, bertanya lirih pada hongjoong yang berdiri di sampingnya.
“abis denger cerita san, awalnya gue pikir itu gak papa.”
hongjoong bersedekap dada sambil menatap wajah wooyoung.
“wooyoung ngerasain rasa sakit yang berlebihan di hatinya, itu bikin emosi dia gak stabil dan kacau sampai dia bingung harus mengekpresikannya seperti apa. nangis sambil ketawa itu masih sedikit wajar―”
helaan napas dari mulut hongjoong terdengar saat ia menjeda ucapannya.
“tapi, udah gak wajar kalau keseringan,” lanjutnya.
tatapan mata hongjoong menyendu, masih menatap wajah tidur tak tenang adik kesayangan kekasihnya.
“san bilang kalau wooyoung mulai ngomong gak jelas, ada yang nyuruh dia mati. kayaknya dia halusinasi, dan ini udah gak bisa dibilang baik-baik aja.”
tangan hongjoong terulur untuk mengusap puncuk kepala seonghwa yang melamun sambil mendengarkannya berbicara.
“wooyoung makin sakit.”
san yang sedari tadi mendengarkannya diserang rasa bersalah yang amat besar. ia merasa jika ini salahnya.
jika saja san terus mengejar wooyoung saat itu dan memaksanya untuk mendengarkannya, wooyoung tak akan pulang ke rumahnya dan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya hingga ikut campur pada urusan mereka.
bagaimana san bisa tahu wooyoung pulang ke rumah dan ikut campur dalam pertengkaran kedua orang tuanya?
tentu san sudah menduga wooyoung akan pulang ke rumahnya, maka dari itu ia menguhubungi bude untuk menanyakan keberadaan wooyoung.
“yang gue takutin kejadian, kan.”
seonghwa berseru, sambil tangannya terulur untuk mengusap surai ungu wooyoung dengan lembut. matanya menatap sendu sosok adik manis kesayangannya.
melihat itu, san semakin dibelenggu rasa bersalah. dia tidak bisa menjaga wooyoung seperti apa yang seonghwa pinta padanya.
san gagal.
“maafin gue, kak.”
seonghwa mengangkat kepalanya untuk menatap san yang duduk bersebrangan dengannya.
matanya menatap wajah adik tingkatnya itu dengan sorot dingin.
sejujurnya, seonghwa ingin sekali marah, meluapkan emosinya melihat kondisi wooyoung saat ini.
tapi dia juga tak bisa menyalahkan san, ini bukan salah san.
wooyoung memang sedari dulu sudah terluka, dia rapuh, beberapa rasa sakit menghantamnya sedikit lagi, maka dia akan hancur.
dan inilah waktunya.
seonghwa menghela napas kasar, lantas beranjak, membuat jongho yang sedari tadi duduk diam di samping san mulai menengadahkan kepala.
ya, semuanya ada di sini setelah san menghubungi tentang kekacauan wooyoung hari ini.
san, seonghwa, hongjoong dan jongho menetap di kamar wooyoung sementara yang lain membereskan kekacauan yang wooyoung buat di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.