wooyoung mengusapkan spons bersabun pada piringnya yang ke sekian, membersihkan noda yang mengotori permukaan putih itu.
sambil mencuci piring yang cukup banyak, wooyoung melamun sambil menatap piring di tangannya. ia masih terpikirkan dengan foto wanita cantik di kamar san tadi.
bodoh, seharusnya ia tak perlu ingin tahu, ini benar-benar membuat moodnya turun.
cemburu?
memang bisa dibilang begitu?
ah, entahlah.
lagi pula jika perasaan ini adalah rasa cemburu, untuk apa wooyoung cemburu?
harusnya wooyoung tahu diri, ia hanya orang baru di hidup san dan wanita itu kekasihnya. san kehilangan kekasihnya tanpa diinginkan, dia pasti masih sangat mencintai wanita bernama choi jisu itu.
‘cantik banget, pantes san masih cinta,’ batinnya sendu.
rasanya, wooyoung mulai tak percaya diri sekarang mengingat wajah cantik menawan itu. ditambah, ia ingat dengan perkataan jongho ketika menceritakan masa lalu san kala itu.
“dia baik banget, kak, ramah banget. satu angkatan sama gue, satu kelas juga waktu sma. pokoknya dulu bang san cinta banget sama dia.”
wooyoung tersenyum ketir. benar, jika diingat kembali dengan apa yang ia dengar dari mulut jongho tentang wanita itu, wooyoung tidak ada apa-apanya.
“hey..”
kepalanya menoleh ke samping, senyum simpul terulas ketika mendapati san tengah berdiri di sampingnya.
“gue disuruh kak seonghwa bantu lo cuci piring,” kata san, sambil mulai meraih sarung tangan karet di dalam lemari.
wooyoung hanya diam kemudian menggeser posisinya, memberi spot untuk san berdiri di depan wastafel.
“kalo lo capek, lo duduk aja. tadi kan udah masak sama kak hwa,” kata san lagi, ketika tangannya mulai mecuci piring pertama.
“gak capek, kok,” balas wooyoung seadanya, tanpa menoleh sedikitpun ke arah san di sampingnya.
hening melanda suasana dengan atmosfer canggung menguasai, ini persis seperti ketika dipertemukan kembali setelah pertemuan pertama.
sebenarnya, dalam hati san sangat ingin berbicara banyak pada wooyoung tentang hal di kamar san tadi, tapi san bingung harus mulai dari mana. dia benar-benar merasa tak enak hati pada si surai ungu itu.
“sorry, ya. tadi gue gak sopan.”
akhirnya, setelah beberapa menit hening, wooyoung membuka suaranya, meski begitu tak pernah menujukan pandangannya sedikitpun pada san.
“santai, woo.”
san tersenyum, sedikit senang mendengar suara wooyoung meski itu terdengar begitu pelan.
“dia cantik.”
hanya saja, senyumannya tak bertahan lama setelah wooyoung melanjutkan ucapannya.
san paham, kemana arah pembicaraan wooyoung saat ini. sungguh, san makin merasa tak enak hati pada wooyoung. padahal, ia yang pertama kali mengajak wooyoung untuk sama-sama move on, tapi ia bahkan masih menyimpan kenangannya.
bagaimana bisa move on?
“woo―”
“gak papa, wajar, lo cinta banget kan sama dia?”
wooyoung akhirnya mau menatap san, menengadahkan kepalanya sambil tersenyum manis pada si sulung choi.
san tak bisa menjawab apa-apa. jujur, nyatanya sampai saat ini ia sulit melupakan jisu meski rasa dalam hatinya mulai tumbuh untuk wooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fiksi Penggemar🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.