kedua alis itu saling bertaut, sorot matanya terlihat serius, sementara tangannya masih sibuk menambahkan topping di atas adonan cupcake yang sudah matang itu.
“wooyoung?”
wanita cantik itu berjalan menghampirinya dengan sebuah nampan berisi cupcake yang lain.
“jeruk sama anggur, ya? kamu pinter pilih topping.”
wooyoung tersenyum cerah, “bukan cuma buat topping, ma. buahnya gak terlalu manis, jadi enak kalo dikunyah bareng sama cupcakenya.”
ibu dari kekasihnya itu tersenyum lebar, tangannya terulur untuk mengusak surai wooyoung dengan gemas.
“kamu ini udah siap banget, loh, jadi mantunya mama, wooyoung.”
wooyoung tertawa kecil dengan pipi merona malu.
“belum siap, ma. belum ada pikiran sampe ke sana.”
mama mengangguk-anggukan kepalanya kemudian mulai membantu wooyoung menata topping di atas cupcake yang dibuatnya bersama wooyoung beberapa jam yang lalu.
“mama tau, kok, masa-masa pacaran emang indah banget. beda kalo udah nikah. suami nyebelin lah, anak-anak pada bandel lah, kamu bisa stress kalo dihadapin sama dua hal itu.”
wanita cantik itu kembali mengulas senyum sambil menatap wajah manis kekasih sulungnya.
“tapi kalo kelamaan pacaran juga gak baik. jenjang yang lebih serius itu perlu dan ikatan suci itu wajib.”
wooyoung terdiam, menunduk dengan tangan masih sibuk dengan topping cupcake sementara telinganya masih mendengarkan setiap penuturan sosok ibu di sampingnya.
“tapi gak usah buru-buru. kalian masih semester 4 juga, kan? lagian kalian pacarannya juga belum genap setahun, nikmatin aja dulu masa remaja menuju dewasanya.”
wooyoung tersenyum lalu mengangguk, “iya, ma.”
keduanya kembali disibukkan dengan cupcake di atas meja dapur itu.
wooyoung dan mama membuat banyak sekali cupcake hari ini. sebagian akan mama bagika kepada tetangganya, sebagiannya lagi akan mama suguhkan pada teman-teman san dan jongho yang berkunjung ke rumah hari ini.
“mama nyuruh ke rumah, minta bantuin masak.”
itu ucapan san ketika pagi-pagi sekali kekasihnya itu mengunjungi apartemen.
wooyoung yang masih sangat mengantuk dan berencana malas-malasan karena ini hari libur terpaksa mandi dan ikut san ke rumahnya yang terletak di sebuah perumahan elit di ibu kota.
lagi pula, mana bisa wooyoung menolak permintaan mama san, kan?
“wah! udah jadi, ya?”
wooyoung dan mama bersamaan menengadahkan kepalanya ketika san menghampiri ke dapur, mengintrupsi dengan suaranya.
si sulung choi itu mencolek whipped cream yang ada di atas cupcake kemudian mencicipinya. hal itu mengundang jitakan keras di atas kepalanya dari mama.
“kakak ini jorok banget, sih? ini ambil, gak mau ngasih orang yang bekas dicolek!”
mama memberikan cupcake tadi yang whipped creamnya sempat menjadi sasaran jari san, sementara si sulung choi itu hanya mengulas cengiran lebar lantas melahap cupcake di tangannya.
“ini enak, yang bikin pasti wooyoung,” celetuknya.
“bareng mama, san,” imbuh wooyoung.
mama memutar bola matanya dengan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.