42

14.9K 2.2K 355
                                    

wooyoung mendengus, entah sudah berapa banyak napas yang terhenbus jengah di depan pintu apartemen san.

ting tong!

kembali, wooyoung memencet bel pintu apartemen kekasihnya itu, kali ini dengan sedikit tak sabaran, menekan-nekannya berharap sang pemilik apartemen merasa terganggu dan terbangun.

tapi, sia-sia.

tak ada pergerakan dari pintu di depannya hanya untuk sekedar terbuka.

“tidur apa latihan mati, sih? sialan.”

wooyoung menyerah, akhirnya menekan beberapa digit angka yang sudah sangat ia hafal. kalau sudah begini, wooyoung terpaksa harus membangunkan san tanpa menunggu sang pemilik apartemen membukakan pintu.

tungkai kakinya melesat masuk ke dalam apartemen itu, tak lupa menutup pintu sebelum berjalan menuju kamar sang kekasih.

wooyoung kembali mendengus ketika tangannya membuka pintu kamar san dan mendapati si choi masih tidur dengan posisi tengkurap sambil memeluk bantal guling di atas kasurnya.

lelaki manis itu berjalan ke arah jendela kamar, membuka gorden hingga cahaya matahari pagi masuk menerobos kamar dingin akibat suhu ac yang cukup rendah.

wooyoung meraih remot ac di atas meja nakas, menaikkan suhunya karena ini terlalu dingin dan san hanya tidur menggunakan training panjangnya saja, tanpa baju.

tukang nyari penyakit, kalau kata wooyoung.

sementara itu san yang merasakan silau cahaya menerpa wajahnya menyernyit tak nyaman, merasa terganggu dengan cahaya yang menerobos melalui jendela kamarnya itu.

“san, bangun.”

wooyoung duduk di tepi kasur sang kekasih, menepuk-nepuk pipi itu, berharap san segera mengumpulkan nyawanya untuk beranjak bangun.

“heum.. iya.”

bilangnya, sih, begitu. tapi malah beringsut membelakangi wooyoung dan mengeratkan pelukannya pada bantal guling.

wooyoung mengusap dadanya, bukan hal yang mudah membangunkan sosok menyebalkan seperti san, butuh kesabaran yang ekstra.

“san, kita perwalian hari ini. ayo, bangun.”

bahu telanjang itu diguncang pelan, sesekali ditepuk-tepuk agar san segera bangun karena matahari sudah semakin naik.

“lima menit.”

wooyoung memutarkan bola matanya dengan malas.

“lima menitnya lo itu lima jam, choi san. ayo bangun!”

tangan itu wooyoung tarik hingga sang empu terlentang, meski begitu tak kunjung membuat san membuka matanya.

wooyoung ingin marah saja rasanya tapi ini terlalu pagi untuk mengawali hari dengan memarahi san dan berteriak tak jelas.

senyum miring tercetak di bibirnya ketika mendapati sebuah ide jenaka yang melintas di kepalanya.

wooyoung membuka sandal rumah yang melekat di kakinya kemudian beringsut naik, merangkak ke atas tubuh san, mendudukkan pantatnya di atas perut sang dominan.

tubuh si manis itu dicondongkan ke depan, mengarahkan wajahnya ke sisi wajah san, tepat di hadapan telinganya.

“hey, wake up.. get up or i'll make ur lil-bro wake up?”

grep!

kedua tangan san melingkar pada pinggang wooyoung, menarik tubuh itu hingga terjatuh di atasnya.

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang