28

18.6K 2.4K 750
                                    

“ming ke kiri goblok!”

“tar dulu bangsat ini musuhnya masih gue lawan!”

“san itu belakang lo! tembak jingan!”

“woy anjing bantuin kek gue diserang nih!”

seonghwa hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kebisingan yang diciptakan adik-adik tingkatnya di dalam studio. ingin menegur tapi tak tega juga mengetahui mereka terlihat senang dan terlarut dengan game di ponsel masing-masing.

“abis main dimakan makanannya, ya,” seru seonghwa pada keempat adik-adiknya.

mereka menjawab serempak, membuat seonghwa refleks melukiskan senyum yang tak bisa ditahan.

ia benar-benar terlihat memiliki banyak adik yang kekanakan, suka bermain, menyebalkan dan berisik. tapi melihatnya membuat seonghwa merasa senang, ia tak pernah memiliki adik, mendapat banyak adik di jenjang perkuliahan membuat dia bahagia. meski mereka menyebalkan, setidaknya mereka sangat menurut pada seonghwa.

“san, wooyoung mana?” tanya seonghwa, pada san yang masih fokus dengan game di ponsel miringnya.

“gak ada kelas hari ini, kak. tapi bilangnya mau nyusul ke sini, beres-beres apart dulu,” balas san.

seonghwa mengangguk-anggukkan kepalanya.

“kaya kak wooyoung, dong, bang. apartnya dibersihin, gak berantakan kaya apart lo,” cibir jongho masih dengan fokus matanya pada ponsel dan gamenya.

“berisik bocah!” balas san sebal.

“tapi semenjak ada wooyoung, apart san bersihan, sih. seenggaknya gue gak pernah liat lagi ada sempak di sofa.”

“gak ada ciki-cikian ngotorin karpet juga.”

“tau gak, sih? wooyoung punya obsesi sama kerapihan. jadi, kalo san anaknya masih berantakan, wooyoung ngomelnya bakal seharian.”

san mengerutkan keningnya tak suka. kenapa mereka semua sekongkol untuk memojokkannya seperti ini, sih?

“berisik lo semua!”

setelah permainan selesai, mereka semua menaruh ponselnya masing-masing kemudian mengambil jatah makanan yang sudah seonghwa belikan untuk mereka.

“eh, san. kata mingi kemarin lo sakit?” tanya yeosang.

“udah sembuh dia, diurusin wooyoung, sih,” timpal mingi.

san menatap mingi dengan tatapan penuh kemusuhan.

“sekarang udah baikan?”

si sulung choi itu menoleh pada seonghwa yang duduk di sampingnya.

ah, memang hanya seonghwa, yang meskipun terlihat sangat galak tapi begitu perhatian pada adik-adiknya.

“udah, kak, tenang aja,” balas san.

“tumben sakit gak telepon gue?”

san menengadahkan kepalanya untuk menatap jongho.

“gue gak mau diurusin anak babi.”

“telepon papa mama, ah. mau bilang bang san baru aja ngatain mereka babi.”

yang lebih tua melotot, “gue ngatain lo, ya! bukan papa sama mama!”

“tapi lo ngatain gue anak babi!”

“emang, gue doang yang dilahirin mama jadi manusia, lo brojolnya jadi babi.”

“bANG SAN!”

seonghwa menghela napas kasar kemudian beringsut untuk menepuk-nepuk puncak kepala jongho.

anak itu terlihat kesal melihat kakaknya tertawa dengan amat puas.

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang