26🔞

40.4K 2.6K 645
                                    

setelah kejadian tugas wooyoung yang tak sempat disimpan karena laptopnya tiba-tiba habis daya kemarin, malam ini di apartemen wooyoung, san membantunya.

tidak, san tidak sepandai itu untuk mengerti apa yang wooyoung kerjakan pada tugasnya. san hanya membantu wooyoung mengetik tugasnya sementara si lelaki jung sibuk memberitahu apa yang harus san ketik.

“masih banyak, woo?” tanya san, sambil membenarkan letak dagunya di atas bahu wooyoung.

jika kalian ingin mengetahui posisi mereka saat ini, mari kuberi tahu.

keduanya duduk di atas karpet berbulu halus di kamar wooyoung dengan posisi sang tuan rumah yang duduk di antara kaki san. di depan mereka terdapat meja kecil dan laptop menyala dengan tangan san di atas keyboardnya.

sesekali ketika wooyoung menyuruh san beristirahat, si choi itu akan menelusupkan wajahnya pada ceruk leher wooyoung sambil memeluk erat tubuh yang lebih mungil dari belakang.

“lumayan.”

wooyoung menenggak bir kaleng di tangannya, “gantian aja kalo emang capek,” ucapnya sambil menyingkirkan tangan san dari atas keyboard laptopnya.

tapi, san menggeleng dan lekas mengembalikan tangannya ke atas keyboard.

“gak papa, ayo lanjut.”

wooyoung menolehkan kepalanya ke samping yang kemudian langsung di hadapkan dengan potret wajah san yang bertopang di pundaknya.

“lo tiduran aja di kasur gue, ini bukan tugas lo.”

surai hitam itu diusap lembut oleh wooyoung, membuat san refleks menutup matanya karena rasa nyaman akan sentuhan tangan milik si surai ungu favoritnya.

“tapi lo juga jangan lanjutin. kita lanjutin abis gue istirahat bentar, ya?”

wooyoung menggeleng, “gue bisa lanjutin sendiri, ngetik doang. lo keliatan ngantuk banget, san,” balasnya.

“gue kan udah janji mau bantuin ketik sampe selesai, jadi kalo gue istirahat lo jangan ngapa-ngapain, ini kerjaan gue.”

ah, choi san dan kekeras kepalaannya.

memang apa yang dikatakan san tentang janji membantu wooyoung adalah sebuah kebenaran, tapi wooyoung juga tak akan setega itu membiarkan san membantunya sampai selesai.

lagi pun, tugas wooyoung hilang bukan karena salah san, tapi salah wooyoung sendiri yang ceroboh karena tak ingat tentang daya laptopnya yang menipis saat itu.

“san―”

“udah dulu, ya, besok lagi. masih lama kan deadlinenya?”

“ya.. iya, sih. tapi―”

“udah, udah dulu pokoknya.”

san menggerakkan kursor di layar laptop ke arah tanda ‘x’ setelah sebelumnya sudah lebih dulu menyimpan file tugas wooyoung di folder dokumen. lantas, sa matikan daya laptop milik wooyoung dan menutupnya.

“kuliah jangan dibawa tegang, tugas doang, ngerjain mepet deadline lebih asik,” seru san sambil meraih kaleng bir miliknya untuk kemudian ia minum.

wooyoung merotasikan bola matanya dengan malas, “gue gak mau jadi pemalas,” katanya.

“tapi ambis bawaannya panik mulu,” balas san.

“enggak, tuh.”

san mengangkat sebelah alisnya, “oh? terus siapa yang kemaren nangis gara-gara tugasnya ilang?”

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang