wooyoung menghela napas―yang entah sudah berapakali ia melakukannya―sambil bertopang dagu. matanya menatap sendu gelas berisi teh tarik miliknya yang masih tersisa banyak.
harusnya, wooyoung merasa tenang hari ini karena ujian akhir semesternya telah berakhir, tapi perasaannya malah dilanda rasa cemas.
kepala wooyoung menoleh ke samping ketika merasa ujung blazer almamaternya ditarik-tarik oleh yunho yang duduk di sampingnya.
“udah, gak usah dipikirin.”
yunho selalu melontarkan kata itu dan wooyoung terus saja mengangguk menanggapinya, sesekali membalas ‘iya’ dengan intonasi yang sangat pelan.
“lo mah ngangguk sama iya-iya doang, tapi masih aja dipikirin,” cibir yunho.
“gue cuma takut―”
“woo, ada yang namanya sp. kalo lo lupa apa itu sp, itu semester pendek. udah tenang, percaya aja. optimis sp.”
wooyoung mendelik tajam ke arah mingi yang duduk di depan yunho, dengan santainya melontarkan kata itu sambil menyeruput teh tarik milik wooyoung.
“enak banget kalo ngomong,” seru wooyoung sambil merebut teh tarik miliknya.
“ya lo juga dipikirin amat, lo itu pinter, woo. se gak benernya jawaban lo, lebih gak bener pacar lo kalo uas malah gambar ilustrasi voice note whatsapp.”
“hah?”
wooyoung mengangkat sebelah alisnya, tak mengerti dengan apa yang mingi serukan.
“itu pacar lo, si san, masa ngegambar ilustrasi voice note di ljk. katanya males nulis, jawabnya pake vn aja. tolol.”
yunho tergelak sementara wooyoung hanya menepuk dahinya mendengar pernyataan mingi.
“tapi lo nasihatin gak, gi?” tanya wooyoung.
“ya iyalah, minta ditempeleng dosen killer, bego banget pacar lo, woo.”
“ditinggal bentar malah gibahin gue, bangsat.”
dari arah stand makanan, san datang membawa nampan berisi dua mangkuk soto ayam favorit wooyoung setiap kali menyempatkan diri untuk makan di kantin dekat fakultasnya.
san menaruh nampan itu di atas meja sebelum duduk di samping mingi, lantas menyodorkan satu mangkuk soto ayam ke hadapan wooyoung.
diusaknya surai kelam milik si lelaki jung oleh san, tak lupa sambil memasang senyum manisnya.
“makan, jangan dipikirin, cuma gak lengkap jawabannya aja dipikirin.”
“iya, woo. apakabar san yang jawabannya suka salah.”
san melirik tajam ke arah mingi lantas meninju bahu temannya itu dengan pelan.
“gak usah ngumbar jeleknya gue di depan pacar bisa gak sih?” seru san.
“gak usah diumbar, wooyoung juga udah tau kali, san, jeleknya lo.”
memang benar mitos tentang ‘mirip biasanya jodoh’. lihat saja yunho dan mingi, mereka sangat mirip, sudah tinggi menjulang, menyebalkan pula mulutnya ketika berbicara.
“oh iya, lo berdua jadi ke paris?” tanya yunho.
san mengangguk, “jadi.”
“berangkat kapan?”
“lusa.”
yunho mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian menoleh ke arah wooyoung di sampingnya yang kini terlihat fokus memakan soto ayamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.