wooyoung mengerutkan kening bingung ketika mendapati sosok jongho berdiri di depan pintu apartemennya dengan senyuman yang lebar.
“ada apa, jongho?” tanya wooyoung, pada si bungsu choi lucu itu.
“gue beli bahan masakan, kak. tapi lupa bang san gak bisa masak. kakak sibuk, gak?”
wooyoung menggeleng sambil tersenyum manis pada sosok adik si choi san itu.
“mau dimasakin?”
jongho lekas mengangguk penuh semangat, lantas menarik tangan wooyoung menuju apartemen san di depannya.
“masaknya di dapur bang san aja, kalo di dapur kakak nanti kotor.”
keduanya memasuki apartemen mewah itu. di dalam sudah ada san yang hanya mengenakan kaus oblong dan celana longgar, rambut hitam berantakan dan wajah yang terlihat sekali masih mengantuk.
sepertinya si sulung choi itu baru―terpaksa―bangun tidur saat jongho datang.
“bang, dibilangin mandi!”
jongho, yang melihat kakaknya itu masih terududuk di sofa ruang tv dengan sebelah mata terbuka, mengomel berisik.
“malu dong diliat kak wooyoung!”
mendengar nama wooyoung disebutkan, san lekas menoleh.
“oh, ada lo,” serunya, lalu bangkit dari duduknya.
“gue disuruh mandi sama jongho.”
wooyoung mengangkat sebelah alisnya, “terus?”
san meraih lengan wooyoung, “mandiin, dong.”
bugh!
sungguh, itu bukan wooyoung yang melakukannya, dia mana berani memukul kepala san?
hanya jongho yang berani.
“lo nunggu patah tulang dulu baru mandi apa gimana, hah?! mandi, bangsat!”
jongho melepaskan pegangan tangan san pada tangan wooyoung, kemudian menarik wooyoung untuk pergi ke dapur.
“dasar otak sempak!”
wooyoung diam-diam terkekeh geli melihat bagaimana san meringis dan menuruti jongho setelah mendapat pukulan itu untuk pergi ke kamar mandi.
“yang sabar, ya, kak. bang san emang geser otaknya,” cibir jongho sambil memberikan satu apron berwarna coklat untuk wooyoung.
“gak papa, kok, jongho.”
wooyoung mulai memakai apronnya, menyusul jongho yang sudah memakai apron duluan.
“mau bantuin gue?” tanya wooyoung.
“iya, kak. biar kakak gak kerepotan.”
“makasih, ya.”
senyum manis terulas di bibir wooyoung, membuat jongho yang melihatnya merasa cukup terpana.
“manis banget, sih, kak. pantes abang gue naksir.”
wooyoung tertawa mendengar kata seperti pujian itu dari sosok yang lebih muda.
“apa, sih? mending kamu motong bawang sana.”
jongho mengerutkan keningnya, “gak mau, nanti nangis.”
“ya ampun.”
wooyoung mendaratkan usakan gemas pada surai hitam jongho.
“bawang daun, gemes.”
jongho ber-oh ria setelah mendengar seruan si surai ungu manis itu.
ia mengambil duduk di depan meja makan setelah wooyoung memberikan bawang daun, talenan, dan pisau untuknya mengerjakan apa yang disuruh wooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.