16

19.4K 2.9K 527
                                    

san dan wooyoung semakin menempel, sangat menempel apalagi san kepada wooyoung.

tak jarang wooyoung ikut menonton latihan sunrise di studio band kampus, tak jarang pula san selalu mengantar dan menunggu kepulangan wooyoung dari kelasnya agar bisa kembali bersama menghabiskan waktu.

wooyoung seakan lupa pada rumahnya hingga tak sadar sudah cukup lama ia tinggal di apartemen miliknya yang bahkan dulu dapat terhitung berapa kali ia menginjakkan kakinya di sana.

“kalian berdua pacaran, ya?”

selalu, kata itu mereka dengar dari teman-teman ketika sedang mengobrol santai bersama.

dan selalu, mereka hanya sama-sama mengulas senyum tipis tanpa jawaban yang memuaskan untuk sang penanya.

“lagi sama-sama move on.”

paling jauh, mereka hanya menjawab dengan kata itu, membuat orang-orang merasa kecewa dengan jawaban yang mereka dapat.

terkesan mengurusi dan penasaran pada hubungan keduanya, memang. tapi siapa yang tidak akan kesal sekaligus gemas ketika disuguhkan adegan mesra keduanya yang membuat orang disekitar merasa hanya menjadi figuran di sana.

san yang agresif dan wooyoung yang selalu menerima dengan baik setiap perlakuan aneh san padanya. sungguh, perpaduan yang pas.

seperti saat ini, di apartemen si surai ungu.

wooyoung sedang bertanding game di playstation bersama mingi, duduk di antara kaki san dengan punggung yang bersandar pada dada si choi. tangan san, tak pernah lepas rengkuhan posesifnya dari pinggang wooyoung, pun hidungnya tak pernah diam untuk mengendusi leher si ungu favoritnya itu.

ah, ngomong-ngomong, wooyoung baru selesai mandi sekitar tiga puluh menit yang lalu, menjadi alasan bagi san untuk tak pernah melepaskan pelukannya pada wooyoung karena katanya si lelaki jung itu sangat wangi.

jongho, yeosang, dan yunho yang kebetulan juga ada di sana mendecih sebal ketika mendengar alasan itu.

“mau wooyoung engga mandi seminggu juga lo emang sukanya nempelin dia.”

jelas, mau di mana pun tempatnya, dua orang itu memang senang melakukan skinship, apalagi san, tak heran dia yang paling agresif.

“san, diem dulu!”

wooyoung yang mulai serius dengan gamenya hingga kedua mata itu memicing melihat layar tv led di depannya, mulai meronta ketika san mengganggu.

“gue diem, kok, dari tadi.”

bilangnya, sih, begitu. tapi lihat bagaimana san memeluk tubuh wooyoung dengan cara kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam kaus longgar si surai ungu.

beberapa kali, wooyoung bahkan terlihat menggigit bibirnya ketika tangan sialan itu mengelus-elus pinggangnya.

“bangsat! ke kamar sana!”

yeosang melemparkan gulungan kertas tugas di tangannya ke arah kepala san, kesal lama-lama melihat adegan menyebalkan di depannya, apalagi di situ ada jongho yang duduk di samping san.

sebenarnya bukan masalah besar, jongho sudah mengerti tentang hal dewasa, dia juga sudah dua puluh tahun dan cukup umur untuk mengerti hal semacam itu.

“kalo gak tahan liat gue, mending lo aja yang ke kamar sama jongho.”

iya, ini masalahnya, ada di yeosang.

“emang san doang abang yang paling goblok relain adeknya dinodain,” cibir mingi yang masih sibuk bertanding dengan wooyoung.

“halah, padahal udah sering tuh gue gap si yeosang lagi pegang-pegang adek gue,” timpal san.

gonbae, woosan.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang