san dan wooyoung berjalan beriringan dari parkiran menuju studio latihan di kampus. hari ini kampus sangat ramai, ada acara festival besar dan seperti biasa san bersama teman-temannya dipercaya untuk mengisi acara sore ini.
di sepanjang jalan, san memperhatikan sekeliling mereka yang berbisik dengan berbagai tatapan yang diarahkan kepadanya dan wooyoung. ini mengingatkan san pada wooyoung yang menangis beberapa malam yang lalu saat mabuk.
anak itu merakau tentang orang-orang yang tak menyukainya karena dia kekasih san. si choi itu sendiri tak pernah menyangka hal itu wooyoung simpan diam-diam jika bukan karena mabuk semuanya tak akan san ketahui.
san melirik ke arah sang kekasih di sampingnya, menatap wajah manis itu untuk memastikan bagaimana reaksi wooyoung ketika ditatap dengan berbagai macam ekspresi dan dibicarakan dengan bisikan menyebalkan.
wooyoung terlihat biasa saja, wajah itu hanya menampilkan raut datar tak berekspresi, seolah tak peduli dengan apa yang orang-orang disekitar bicarakan tentang dirinya.
hanya saja, meski begitu guratan sedih tak terelakkan dari sepasang mata san. dia tahu wooyoung sedang mencoba biasa saja, kekasihnya tidak benar-benar tak peduli, dia merasa tidak nyaman tapi hanya diam saja.
san mendengus, merasa kesal pada orang-orang di sekitar yang dengan tak sopan menatap bahkan membicarakan wooyoung dengan bisikan tak terdengar.
“ke studio, kan?” tanya wooyoung.
san mengangguk, mengulurkan tangannya ke belakang tubuh wooyoung, merangkul bahu itu kemudian menarik tubuh sang kekasih untuk lebih rapat dengannya.
wooyoung menoleh ke arah san, mengerutkan kening, merasa terheran-heran dengan apa yang baru saja san lakukan.
sementara san hanya memasang senyumnya, dengan gemas mengecup kening yang tertutupi sedikit helai poni panjang itu.
wooyoung yang diperlakukan seperti itu hanya mengedip-ngedipkan matanya dengan polos.
“lo manis banget hari ini.”
san tak berbohong dengan apa yang dia katakan. selain sengaja mengatakannya dengan suara lantang yang mampu didengar orang-orang di sekitarnya, wooyoung dengan balutan jeans longgar dan hoodie putih kebesaran juga sebuah beanie hat yang ia kenakan di kepalanya sungguh terlihat manis.
“gak usah keras-keras ngomongnya, malu tau!” timpal wooyoung sambil mencebikkan bibirnya.
san mengedikkan bahunya tak acuh, “sengaja, biar orang-orang denger kalo pacar gue manis banget hari ini.”
pipi wooyoung memanas dan sepertinya mulai dijalari rona merah muda.
san sendiri tertawa jenaka melihat bagaimana reaksi wooyoung atas ucapannya.
“lo aneh hari ini, biasanya gak pernah muji gue di depan umum,” cibir wooyoung.
“udah gue bilang biar orang-orang tau, biar mereka paham kalo lo sama gue itu cocok.”
usakan dari hidung san pada keningnya wooyoung terima.
wooyoung meringis sambil memasang raut geli, meski begitu perasaan senang juga ia rasakan ketika mendengar san mengucapkannya.
“gue pas mabuk waktu itu gak ngelakuin hal yang aneh, kan?” tanya wooyoung.
“gak aneh apanya? lo hampir mau perkosa gue.”
wooyoung membulatkan matanya, memukul dada san hingga sang empu meringis kesakitan.
“astaga, gue becanda, purple.”
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.