wooyoung mendekap tubuh lelaki itu dengan erat, mengusap-usap kepala dengan surai sehitam jelaga itu penuh rasa kasih sayang, dia menunduk lantas tersenyum pada wajah tampan yang sedari tadi terus menengadahkan kepala untuk menatapnya.
“tamat.”
lelaki dalam balutan peluk kedua tangan wooyoung itu mencebikkan bibirnya.
“jadi, gimana tanggapan kamu?” tanya wooyoung.
“dia sok keren.”
“siapa?”
“mantanmu itu.”
kekehan kecil mengalun dari bibir wooyoung sebelum kecupan ringan ia daratkan di atas kening lelaki itu.
“kamu gak sepenuhnya salah, aku juga kadang mikir kenapa dia sok keren?”
dengusan kecil keluar dari hidung si lelaki, “aku heran kenapa kamu cinta banget sama dia,” ucapnya sambil memajukan bibirnya.
wooyoung menaruh jari telunjuknya di atas dagunya, memikirkan apa yang baru saja dikatakan lelaki dalam dekapannya.
“aku juga gak tau, dia nyebelin, banyak hal yang dia lakuin dan banyak hal juga yang bikin sebel,” balas wooyoung, “tapi.. aku tetep cinta.”
raut wajah geli tertoreh di wajah lelaki itu, “kamu bucin banget.”
wooyoung mengerutkan keningnya, satu jitakan tak bertenaga mendarat mulus di atas kepala si lelaki.
“kamu kamu, aku ini orang tua kamu keenan, ngapain manggil kamu? gak sopan!”
cengiran lebar terulas di bibir lelaki bernama keenan itu, terlihat manis dengan mata membentuk pola eyesmile.
“maaf, jangan potong uang jajan keenan, ya, pi?”
“papa yang potong!”
kedua lelaki yang tengah berbaring di atas kasur luas itu menoleh ke arah sumber suara. lelaki dengan balutan kemeja putih dan dasi bersandar di ambang pintu kamar, sebelah tangannya menenteng tas kerja sementara sebelah tangannya lagi menenteng jas berwana navynya.
wooyoung bangkit, beranjak menghampirinya untuk mengambil tas dan jas milik lelaki terkasihnya itu.
“kamu sejak kapan ada di sini?” tanya wooyoung.
tak langsung menjawab, tengkuk wooyoung diraihnya dan satu kecupan lembut mendarat di atas dahi yang tertutup poni memanjang si manis.
“di bagian cerita ‘akhirnya choi san memutuskan hubungan pacaran kita dan ngelamar aku di hari wisuda s1 tujuh tahun yang lalu’, purple.”
wooyoung menunduk, tersipu mendengar kalimat yang baru saja san lontarkan dari mulutnya.
apa san melihat pipi wooyoung yang memerah saat ia menceritakan bagian itu pada putra mereka?
ah, tidak, wooyoung kan sedari tadi membelakangi pintu.
“mukamu pasti merah, ya?”
wooyoung mengangkat kepalanya lagi untuk menatap san lantas menggeleng, “ngga, sok tau!”
san sedikit merendahkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang kasih lantas memiringkan kepala sambil memasang raut wajah menyebalkan seperti biasa.
“kamu gak bisa bohong, tau.”
wooyoung mencebikkan bibirnya, dia hendak mengeluarkan protes, sebelum suara dehaman mengintrupsi mereka berdua untuk menoleh ke arah sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
gonbae, woosan.✔
Fanfiction🔞건배하자 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐭𝐡𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫. ―dom san! sub wooyoung! ―harsh word! ―written in lowercase.